وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى ُأَنَّ غَيْرَ الْمُتَوَضِّئِ يَجُوْزُ لَهُ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَوِ النَّظَرُ إِلَيْهِ دُوْنَ لَمْسِهِ، كَمَا أَجَازُوْا لِلصَّبِيِّ لَمْسَ الْقُرْآنِ لِلتَّعَلُّمِ؛ لِأَنَّهُ غَيْرُ مُكَلَّفٍ، وَالْأَفْضَلُ اَلتَّوَضُّؤُ. وَقَدْ حَرَّمَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ مَسَّ الْقُرْآنِ بِالْحَدَثِ الْأَصْغَرِ وَلَوْ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ، وَأَجَازَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ مَسَّهُ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ طَاِهِرَيْنِ.
"Para Ulama Ahli Fiqh (Hanafiyah, Syafi’iyyah, malikiyyah dan
hanabilah) sepakat membolehkan membaca alQuran atau sekedar melihatnya
meskipun tanpa wudhu tapi tidak menyentuhnya, mereka juga sepakat bagi
anak-anak kecil juga dibolehkan memegang al Quran untuk belajar karena
mereka masih belum mukallaf namun yang utama tetap memakai wudhu.
Kalangan Malikiyyah dan Syafi’iyyah mengharamkan memegang al Quran saat
seseorang menanggung hadats kecil meskipun memakai sarana ha`il
(penghalang) atau kayu (tidak menyentuhnya secara langsung) namun
kalangan Hanafiyyah dan Hanabilah membolehkannya asalkan penghalang dan
kayunya suci dari najis." (Fiqhul Islamy, 1/395).
Sumber Kitab :
Al Fiqhul Islaamy wa Adillatuhuu 1/395.
Sumber Kitab :
Al Fiqhul Islaamy wa Adillatuhuu 1/395.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar