Senin, 14 Juli 2014

Hukum pegang Al Qur'an tanpa keadaan Suci

HUKUM MEMEGANG ALQURAN TANPA KEADAAN SUCI
وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى ُأَنَّ غَيْرَ الْمُتَوَضِّئِ يَجُوْزُ لَهُ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَوِ النَّظَرُ إِلَيْهِ دُوْنَ لَمْسِهِ، كَمَا أَجَازُوْا لِلصَّبِيِّ لَمْسَ الْقُرْآنِ لِلتَّعَلُّمِ؛ لِأَنَّهُ غَيْرُ مُكَلَّفٍ، وَالْأَفْضَلُ اَلتَّوَضُّؤُ. وَقَدْ حَرَّمَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ مَسَّ الْقُرْآنِ بِالْحَدَثِ الْأَصْغَرِ وَلَوْ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ، وَأَجَازَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ مَسَّهُ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ طَاِهِرَيْنِ.
"Para Ulama Ahli Fiqh (Hanafiyah, Syafi’iyyah, malikiyyah dan hanabilah) sepakat membolehkan membaca alQuran atau sekedar melihatnya meskipun tanpa wudhu tapi tidak menyentuhnya, mereka juga sepakat bagi anak-anak kecil juga dibolehkan memegang al Quran untuk belajar karena mereka masih belum mukallaf namun yang utama tetap memakai wudhu. Kalangan Malikiyyah dan Syafi’iyyah mengharamkan memegang al Quran saat seseorang menanggung hadats kecil meskipun memakai sarana ha`il (penghalang) atau kayu (tidak menyentuhnya secara langsung) namun kalangan Hanafiyyah dan Hanabilah membolehkannya asalkan penghalang dan kayunya suci dari najis." (Fiqhul Islamy, 1/395).
Sumber Kitab :
Al Fiqhul Islaamy wa Adillatuhuu 1/395.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar