Kamis, 11 Juni 2015

Ilmu

Menolonga agama Allah SWT

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ


Artinya : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (QS. Al Hajj : 40)

Ath Thobari mengatakan bahwa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.” Yaitu Allah swt pasti meonolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat-Nya tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah bantuan-Nya kepadanya sedangkan makna pertolongan hamba-Nya kepada Allah adalah jihad orang itu dijalan-Nya untuk meninggikan kalimat-Nya.” (Tafsir At Thobari juz XVII hal 651)

Sedangkan al Qurthubi mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang menolong agama dan nabi-Nya. (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz XII hal 386)

وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ


Artinya : “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid : 25)

Belajar ilmu itu lebih baik ketimbang shalat sunat.

Menurut Imam Syafi'i belajar ilmu itu lebih baik ketimbang shalat sunat.

ومن اعظم الطاعات ( ومن ثم وجهوا قول الشافعي رضي الله عنه الاشتغال بالعلم افضل من صلاة النافلة بان الاشتغال بالعلم فرض كفاية وهو افضل من النفل وياءتي علي ما ذكرته بناء علي ان فرض الصدقة افضل من فرض الحج ونفلها افضل من نفله وهو ما يدل عليه كثير من العبارات فيما فهم منها كلام العمادي في زيادته من ان حج التطوع افضل من صدقة التطوع

Dan diantara amal-amal ketaatan yang paling besar dan ini sesuai dengan pernyataan Imam Syafi’I ra. adalah Belajar ilmu agama itu lebih utama dibandingkan shalat sunah karena belajar ilmu itu fardu kifaayah dan lebih utama ketimbang perkara sunah, Kewajiban bersedekah itu lebih utama ketimbang kewajiban haji dan sedekah sunah itu lebih utama ketimbang haji sunah. Menurut al’Ibaadi bahwa orang yang berhaji dengan haji sunah itu lebih utama ketimbang sedekah sunah. [ Iidhooh fi Muhyi as-Sunnah li Ibni Hajar alHaitamy Hal. 5 ].

 من أعان طالب العلم فقد أحب الأنبياء و كان معهم ، و من أبغض طالب العلم فقد أبغض الأنبياء فجزاؤه جهنم . و إن لطالب العلم شفاعة كشفاعة الأنبياء ، و له في جنة الفردوس ألف قصر من ذهب و في جنة الخلد مائة ألف مدينة من نور ، و في جنة المأوى ثمانون درجة من ياقوتة حمراء . و له بكل درهم أنفقه في طلب العلم : حورا بعدد النجوم و عدد الملائكة . من صافح طالب العلم : حرم الله جسده على النار ، و إن طالب العلم إذا مات غفر الله له و لمن حضر جنازته


“Barangsiapa menolong pencari ilmu maka ia telah mencintai para nabi dan kelak bersama mereka, dan barangsiapa membenci pencari ilmu maka ia telah membenci para nabi dan balasannya adalah jahannam. Dan sesungguhnya para pencari ilmu memiliki syafaat laksana syafaatnya para nabi, mereka disurga firdaus dengan 1000 panggung dari emas dan dalam syurga keabadian dengan 1000 kota dari cahaya dan dalam syurga al-Ma’waa dengan 80 derajat dari mutiara merah. Dari setiap dirham yang ia nafkahkan dalam mencari ilmu baginya bidadari laksana hitungan bintang dan malaikat. Barangsiapa berjabat tangan dengan pencari ilmu, diharamkan jasadnya dari api neraka, dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu saat ia meninggal, Allah ampuni dosanya dan dosa orang yang menghadiri kematiannya".(Irsyaad al-Quluub I/164)

Ilmu harus didatangi bukan Ilmu yang mendatangi


Inget, untuk mendapatkan ilmu (yang berkah dan manfaat itu) bukan dengan ongkang2 kaki dirumahh mendengarkan Radio atau TV (banyak kyak begini nih skrg), atau krena saking kayanya sampe mendatangkan guru ngaji kerumahnya tinggal bayar, tp datanglah ke majelis ta'lim, mondok, dan temui gurumu bit ta'dzim,, Kama qola Imam Malik:

كما قال الإمام مالك " العلم يُؤْتى ولا يأتي - البداية والنهاية 10/174


Imam Malik berkata : "Ilmu itu harus didatangi (dicari), tdak datang sendiri. - bidayah wan nihayah - Ibnu Katsir: 10/174

Allahumma innaa na'udzubika min ilmin la yunfa'.. Aamiin..

Ini sikap muslim sejati “Talkless do more!”

قال الإمام الأوزاعِيُّ: إنَّ المؤمن يقول قليلاً ويعمل كثيرًا، وإنَّ المنافق يقول كثيرًا ويعمل قليلاً

["حلية الأولياء" (6/142) وإسناده حسن]


Imam Al-Auza'i berkata : sesungguhnya orang mu'min itu sedikit ngomong dan banyak kerja (beramal) , sedangkan orang munafik banyak omong dan sedikit kerja. [Hilyatul Auliya' : 6/142, sanadnya hasan]

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ


Sa’id bin Ufair ([1]) berkata: Ibn Wahab([2]) telah menyampaikan hadits kepada kami dari Yunus([3]), dari Ibn Syihab([4]) yang menerangkan bahwa Humaid bin Abd al-Rahman([5]) mengatakan: Saya mendengar Mu’awiyah ([6]) sebagai khathib mengatakan: Saya mendengar rasul SAW bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, diberi-Nya kemampuan memahami agama secara mendalam. Saya hanyalah sebagai pembagi dan Allah sebagai pemberi. Tiada hentinya umat yang faham agama ini tegak atas ketentuan Allah. Orang yang melawannya tidak akan memadaratkan mereka sehingga keputusan Allah tiba di ahri nanti. Hr. Al-


Kemulyaan belajar walau tdk mendapatkan Ilmu


Dinukil dari kitab Tambihul Gofilin karangan Abul Laist As Samarqondi

يُقَالُ مَنِ انْتَهَى إِلَى الْعَالِمِ، وَجَلَسَ مَعَهُ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يَحْفَظَ الْعِلْمَ، فَلَهُ سَبْعُ كَرَامَاتٍ

dikatakan bahwa seseorang yg telah sampai kepada orang yg alim dan duduk bersamanya tetapi dia tdk mampu menghafalakan ilmu, maka orang tersebut mendapatkan tujuh kemuliaan:

أَوَّلُهَا: يَنَالُ فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِينَ.

1. mendapatkan keutamaan orang2 yg belajar.

وَالثَّانِي: مَا دَامَ جَالِسًا عِنْدَهُ كَانَ مَحْبُوسًا عَنِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَأِ.

2. selama masih duduk bersama orang alim maka dia tercegah dari melakukan dosa dan kesalahan.

وَالثَّالِثُ: إِذَا خَرَجَ مِنْ مَنْزِلِهِ تَنْزِلُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ.

3. ketika keluar dari rumahnya maka rahmat turun kepadanya.

وَالرَّابِعُ: إِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ، فَتَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَتُصِيبُهُ بِبَرَكَتِهِمْ.

4. ketika dia duduk disamping orang alim kemudian rahmat turun kepada mereka maka diapun mendapatkan rahmat sebab berkah mereka.

وَالْخَامِسُ: مَا دَامَ مُسْتَمِعًا تُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَةُ.

5. selama masih mendengarkan maka ditulis kebaikan baginya.

وَالسَّادِسُ: تَحُفُّ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا رِضًا وَهُوَ فِيهِمْ.

6. mereka dikepung malaikat dengan sayap2nya dan orang tersebut juga bersama mereka.

وَالسَّابِعُ: كُلُّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ، وَيَضَعُهُ يَكُونُ كَفَّارَةً لِلذُّنُوبِ، وَرَفْعًا لِلدَّرَجَاتِ لَهُ، وَزِيَادَةً فِي الْحَسَنَاتِ

7. setiap langkah kakinya yg diangkat dan diletakkan maka menjadi penghapus bagi dosa2, pengangkat derajat dan tambahan kebaikan baginya.

ثُمَّ يُكْرِمُهُ اللَّهُ تَعَالَى بِسِتِّ كَرَامَاتٍ أُخْرَى:

أَوَّلُهَا: يُكْرِمُهُ بِحُبِّ شُهُودِ مَجْلِسِ الْعُلَمَاءِ.

kemudian Allah memuliakannya lagi dengan enam kemuliaan yg lainnya:
1. Allah memuliakannya dengan cintanya melihat majlisnya ulama'

الثَّانِي: كُلُّ مَنْ يَقْتَدِي بِهِمْ، فَلَهُ مِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ.

2. setiap orang yg mengikuti mereka (ulama') maka baginya pahala sebagaimana pahala mereka tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka.

وَالثَّالِثُ لَوْ غَفَرَ لِوَاحِدٍ مِنْهُمْ يَشْفَعُ لَهُ.

3. jika salah seorang diantara mereka diampuni maka bisa memberikan syafaat kpdnya.

وَالرَّابِعُ: يُبَرِّدُ قَلْبَهُ مِنْ مَجْلِسِ الْفُسَّاقِ.

4. hatinya menjadi dingin dari majlisnya orang2 fasik.

وَالْخَامِسُ: يَدْخُلُ فِي طَرِيقِ الْمُتَعَلِّمِينَ وَالصَّالِحِينَ.

5. masuk kedalam jalannya para pelajar dan orang2 sholih.

وَالسَّادِسُ: يُقِيمُ أَمْرَ اللَّهِ تَعَالَى

6. mendirikan perintah Allah ta'ala.

هَذَا لِمَنْ لَمْ يَحْفَظْ شَيْئًا، وَأَمَّا الَّذِي يَحْفَظُ فَلَهُ أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ

" ini semua adalah bagi orang yg tdk memghafal ilmu sedikitpun, adapun bagi orang yg menghafal ilmu maka baginya kemuliaan yg berlipat ganda."
wallohu a'lam.

تنبيه الغافلين

أبو الليث السمرقندي


 Hadis kewajiban mencari ilmu


1. Hadits “Keutamaan Mempelajari Al Qur’an”

خَـيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya : ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari)
2. Hadits “Keutamaan Membaca Al Qur’an”

إِقْرَؤُالْقُرْاآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهْ

Artinya : ”Bacalah kamusekalian Al Qur’an, karena sesungguhnya Al Qur’an itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya”. (HR. Ahmad dan Muslim)
3. Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
4. Hadits “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”

مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
5. Hadits “Keutamaan Mencari Ilmu”

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
6. Hadits “Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu”

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى

الْجَنَّةِ
Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)
7. Hadits “Menuntut Ilmu”

أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ

Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)
8. Hadits “Keutamaan Kalimat Tahlil”

مَنْ قَالَ لَآإِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنّةَ

Artinya : ”Barang siapa yang mengucapkan ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ dengan ikhlas pasti masuk surga”.
9. Hadits “Allah tidak suka orang yang suka bertengkar”

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ الْأَلَدُّ الْخِصَامْ

Artinya : ”Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah yang suka bertengkar”. (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Hadits “Tiga Macam Dosa Besar”

أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ أَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ, وَقَتْلُ النَّفْسِ, وَعُقُوْقُ الْوَا لِدَيْنِ

وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ

Artinya : ”Dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dan membunuh manusia dan berani kepada orang tua dan kesaksian palsu.” (HR. Bukhari)
11. Hadits “Tiga Tanda Orang Munafiq”

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثُ؛ إِذَاحَدَّثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ, وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

Artinya : ”Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga: bila berbicara dusta dan apabila berjanji ingkar dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari & Muslim)
12. Hadits “Pengadu Domba Tidak Masuk Surga”

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةُ نَمَّامٌ

Artinya : ”Tidak Akan masuk surga pengadu domba”. (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Hadits “Menyambung Silaturrahim/ Persaudaraan”

إِتَّقُوْااللهَ وَصِلُوْا أَرْحَامَكُمْ

Artinya : ”Bertaqwalah kepada Allah dan sambunglah tali persaudaraan diantara kamu sekalian”. (HR. Ibnu ‘Asakir)
14. Hadits “Keutamaan Kebersihan”

أَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ

Artinya : ”Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Turmudzi)
15. Hadits “Dua Warisan Rasul”

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّ أَبَدًا مَاإِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ.

Artinya : ”Telah aku tinggalkan kepadamu dua perkara kamu tidak akan tersesat selamanya, selama kamu berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul”. (HR. Hakim dan Lain-lain)
16. Hadits “Kesempurnaan Iman”

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaqnya”. (HR.Ahmad)
17. Hadits “Hamba yang paling dicintai Allah SWT”

أَحَبُّ عِبَادِ اللهِ إِلَى اللهِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Artinya : ”Hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang paling baik akhlaqnya”. (HR. Thabrani)
18. Hadits “Orang mukmin bagai bangunan kokoh”

أَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya : ”Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagiannya kepada sebagian yang lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Hadits “Sikap Orang Beriman/ Islam tidak akan menyakiti”

أَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya : ”Orang islam sejati adalah apabila orang islam yang lain merasa aman dari ucapan dan tangannya”. (HR. Muslim)
20. Hadits “Yang Muda Menghormati yang lebih tua”

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا

Artinya : ”Bukan termasuk golongan kita orang yang tidak menyayangi generasi muda dan tidak menghormati generasi tua”. (HR. Turmudzi)
21. Hadits “Perintah Sholat”

صَلُّوْا كَمَارَأَيْتُمُوْنِى أُصَلِّى

Artinya : ”Shalatlah kamu sekalian seperti kamu melihatku melakukan shalat”. (HR. Bukhari)
22. Hadits “Keutamaan Menunjukkan kepada kebenaran”

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ

Artinya : ”Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala pelakunya”. (HR.Muslim)
23. Hadits “Amal yang paling dicintai oleh Allah SWT”

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَ

Artinya : ”Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Bukhari & Muslim)
24. Hadits “Larangan Membuka Aurat”

إِنَّانُهِيْنَا أَنْ تُرَى عَوْرَاتُنَا

Artinya : ”Sesungguhnya kita dilarang memperlihatkan aurat kita”.
25. Hadits “Perintah Kasih Sayang”

إِرْحَمْ مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِى السَّمَاءِ

Artinya : ”Sayangilah siapa saja yang ada di gmuka bumi niscaya akan menyayangi kamu siapa saja yang ada di langit”. (HR. Thabrani & Hakim)
26. Hadits “Hak dan Kewajiban Sesama Muslim”

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ؛ رَدُّالسَّلَامِ, وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ, وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ, وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ, وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ

Artinya : ”Kewajiban seorang muslim kepada muslim yang lainnya ada lima hal:
1. Menjawab salam
2. Menengok orang sakit
3. Mengiring jenazah
4. Menghadiri undangan
5. Dan mendoakan orang yang bersin”. (HR. Ibnu Majah)
27. Hadits “Senyum Adalah Shodaqoh”

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ

Artinya : ”Senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh”. (HR. Ibnu Hibban)
28. Hadits “Kedudukan Ibu Dalam Islam”

أَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ

Artinya : ”Surga itu di bawah telapak kaki ibu”. (HR. Ahmad)
29. Hadits “Kedudukan Orang Tua Dalam Agama Islam”

رِضَ اللهِ فِى رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

Artinya : ”Ridho Allah tergantung pada kerelaan kedua orang tua dan murka Allah tergantung pada kemarahan orang tua”. (HR. Turmudzi)
30. Hadits “Wanita Sholehah Adalah Hiasan Dunia”

أَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُمَتَاعِ الْدُّنْيَا أَلْمَرْءَةُ الصَّالِحَةُ

Artinya : ”Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah”.

31. Hadits “Allah Maha Indah”

إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ وَيُحِبُّ الْجَمَالَ

Artinya : ”Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan”. (HR. Muslim)

 إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ رَوَاه التِّرْمِذِيْ


Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, namun hanya mewariskan ilmu. Sehingga siapa yang mengambil ilmu tersebut maka telah mengambil bagian sempurna darinya (dari warisan tersebut). (HR At Tirmidzie )

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ


Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dgn cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat & menyesatkan. Berkata Al Firabri Telah menceritakan kepada kami 'Abbas berkata, Telah menceritakan kepada kami Qutaibah Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga. (HR. Bukhari No.98)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ.

“Diantara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan”.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Syaqiq, beliau berkata, “Aku pernah bersama ‘Abdullah dan Abu Musa, keduanya berkata, ‘Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ لسَّمَاعَةِ لأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيْهَا الْعِلْمُ.

“Sesungguhnya menjelang datangnya Hari Kiamat akan ada beberapa hari dimana kebodohan turun dan ilmu dihilangkan.”

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يَتَقَرَّبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ.

“Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.”
Ibnu Baththal berkata, “Semua yang terkandung dalam hadits ini termasuk tanda-tanda Kiamat yang telah kita saksikan secara jelas, ilmu telah berkurang, kebodohan nampak, kebakhilan dilemparkan ke dalam hati, fitnah tersebar dan banyak pembunuhan.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, mengomentari ungkapan itu dengan perkataannya, “Yang jelas, sesungguhnya yang beliau saksikan adalah banyak disertai adanya (tanda Kiamat) yang akan datang menyusulnya. Sementara yang dimaksud dalam hadits adalah kokohnya keadaan itu hingga tidak tersisa lagi keadaan yang sebaliknya kecuali sangat jarang, dan itulah isyarat dari ungakapan “dicabut ilmu”, maka tidak ada yang tersisa kecuali benar-benar kebodohan yang murni. Akan tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan adanya para ulama, karena mereka saat itu adalah orang yang tidak di tengah-tengah mereka.
Dicabutnya ilmu terjadi dengan diwafatkannya para ulama. Dijelaskan dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اِنَّ اللهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ, وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَالَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا, فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’ (Bukhari dan Muslim)

Minggu, 07 Juni 2015

Apakah Jin Kepanasan Jika Mendengar Al Qur’an?

Apakah Jin Kepanasan Jika Mendengar Al Qur’an?

بسم الله الرحمن الرحيم


Pertanyaan:

1.Apa yakin jin akan kepanasan jika mendengar Al Quran?

2.Kenapa orang kafir tdk kepanasan?

3.Tdk ada jin yg mau masuk Islam dong karna baru dngar dikit z sudah lari takut kpanasan?

4.Jin atau orang yg dpat hidayah masuk islam kn caranya bnyak minimal dngar dulu ayat2 alquran, bru z dngar sudah kepanasan, aneh gk?

Jawaban :

Bismillahirrahmanirrahim. Pertama, perlu kita ingat bahwa seorang muslim harus beriman kepada perkara yang ghaib, yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera tetapi sudah dinyatakan keberadaannya oleh dalil. Alloh ta’ala mengingatkan ;

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ


الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (Al Baqarah : 2-3).

Seorang muslim juga harus percaya bahwa salah satu sifat Al Qur’an adalah penawar penyakit. Alloh ta’ala berfirman :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al Isra’ : 82).

Seorang muslim juga harus percaya bahwa Al Qur’an –dengan izin Alloh-memiliki kekuatan yang luar biasa. Alloh ta’ala menegaskan :

لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al Hasyr : 21).

Adapun jawaban dari pertanyaan anda :

    Ya, dan ini sudah terbukti bagi yang pernah meruqyah atau menyaksikan proses ruqyah. Ada beberapa hadits yang mengisyaratkan tentang hal ini :

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim no. 780)

Rasulullah -shalallahu alaihi wa alihi wasallam- juga bersabda:

إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ

“Apabila azan dikumandangkan maka setan akan lari sambil kentut hingga dia tidak mendengarkan azan lagi. (HR. Al-Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389 dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu-).

Dan setan termasuk bangsa jin. Dalilnya adalah firman Alloh ta’ala :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu dia mendurhakai perintah Tuhannya.” (Al Kahfi : 50).

    Jika yang dimaksud dengan kepanasan adalah seperti kepanasannya jin yang diruqyah, maka itu tidak terjadi. Sebab, asal penciptaan mereka berbeda. Jin diciptakan dari api, sedangkan manusia yang kafir itu diciptakan dari tanah. Allah ta’ala yang telah menetapkan seperti itu agar ada orang kafir yang mendapat hidayah setelah mendengarkan bacaan Al Qur’an.

Adapun bila yang dimaksud dengan kepanasan adalah kegelisahan hati mereka dan kebencian mereka terhadap bacaan Al Qur’an itu, maka itu terjadi pada sebagian mereka. Alloh ta’ala berfirman :

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”. (Al Ahqaf : 7).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَّا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَن قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan: “Datangkanlah nenek moyang kami jika kalian adalah orang-orang yang benar.” (Al Jatsiyah : 25).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا الْمُنكَرَ يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا

“Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka.” (Al Hajj : 72).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا رَجُلٌ يُرِيدُ أَن يَصُدَّكُمْ عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُكُمْ وَقَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ مُّفْتَرًى وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌ

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata: “Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kalian dari apa yang disembah oleh nenek moyang kalian”, dan mereka berkata: “(Al Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja”. Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (Saba’ : 43).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَٰذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya sesuai kemauan diriku. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Yunus : 15).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ


“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah belum mendengarnya. Seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya. Maka berilah dia kabar gembira dengan azab yang pedih. (Luqman : 7).

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini, dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”. (Fushshilat : 26).

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَا إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya Kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau Kami menghendaki niscaya Kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang terdahulu”. (Al Anfal : 31).

    Jin yang kepanasan ketika diruqyah dengan Al Qur’an tidaklah langsung lari. Biasanya mereka akan berteriak dan meminta kepada orang yang meruqyah untuk menghentikan bacaan. Nah, saat itulah kesempatan untuk mengajaknya masuk Islam.

Tetapi para ulama mengatakan hendaknya orang yang meruqyah sebisa mungkin tidak berbicara kepada jin yang ada pada tubuh orang yang diruqyah, karena hal itu lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya. Bangsa jin terkenal sebagai bangsa yang banyak berdusta, sehingga walaupun jin itu sudah bicara tentang banyak hal yang menghabiskan waktu, perkataannya tidaklah bisa dipegang. Kemudian percakapan antara peruqyah dengan jin itu dijadikan sebagai waktu untuk istirahat dan memulihkan kekuatan oleh jin itu karena si peruqyah tidak lagi membacakan Al Qur’an. Percakapan tersebut juga menjadikan si sakit lebih menderita karena tubuhnya menjadi lebih lama dikendalikan oleh jin itu.

    Jin yang diruqyah dengan Al Qur’an tidaklah langsung kepanasan. Hal ini tergantung dengan kadar keikhlasan dan kekuatan iman si peruqyah, konsentrasi si penderita dalam mendengarkan ayat-ayat tersebut, serta sejauh mana dia menghadap kepada Alloh ta’ala.

Si peruqyah hendaknya tidak terlalu bersemangat menjadikan jin tersebut masuk Islam. Sebab, sebagaimana telah dijelaskan bahwa bangsa jin terkenal sebagai bangsa yang banyak berdusta. Sehingga walaupun secara dhahir jin itu sudah membaca syahadat dan berjanji untuk melaksanakan ajaran Islam, tetapi merupakan perkara yang mudah jika setelah jin itu keluar dari tubuh si sakit, dia akan kembali kafir. Lagipula, tujuan utama dari ruqyah itu adalah mengusir jin tersebut dari tubuh si sakit. Wabillahit taufiq.

Protokol pengajian

Assalamu’alaikum wr. wb.

الحمد لله رب العالمين- وبه نستعين على امورالدنياوالدين – والصلاةوالسلام على سيدناومولنامحمد- وعلى اله وصحبه اجمعين - ولاحول ولاقوةالابالله العلى العظيم - اما بعد

Yang terhormat para alim, ulama’, sesepuh-pinisepuh. Wabil khusus Bapak Ky. …….. yang kami nanti-nantikan segala fatwah dan mauidhoh hasanahnya.

Yang terhormat jajaran perangkat desa, Desa Pesantren yang kami patuhi segala peraturannya.

Tamu undangan, hadzirin walhadzirat yang kami hormati.

Muslimin walmuslimat rohimakumullah yang saya mulyakan.

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita. Sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid ini dengan tiada suatu halangan apapun. Semoga perkumpulan kita malam hari ini membawa manfaat di dunia dan di akhirat.

Keduanya shalawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang mana Beliau adalah Nabi yang membawa syafaat Allah dan mudah-mudahan kita selaku umatnya mendapatkan syafaatnya, dengan ucapan Amin Allahumma Amin.

Sebagai pemandu acara tidak lain saya akan membacakan susunan acara pada Pengajian malam hari ini:

Acara yang pertama             : Pembukaan

Acara yang kedua                : Pembacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Sholawat Nabi

Acara yang ketiga                : Tahlil

Acara yang keempat            : Sambutan-sambutan

Acara yang kelima               : Mauidzoh Hasanah, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Acara yang keenam             : Penutup

Untuk membuka acara, marilah kita baca bersama-sama Surat Ummul Kitab. Al-Faatihah! ….

Trimakasih.

Acara yang kedua yaitu Pembacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Sholawat Nabi yang akan dilantunkan oleh Sdr/Bpk ….

Kepadanya dipersilahkan.

Trimakasih.

Acara yang ketiga adalah Tahlil yang akan dipimpin oleh Bapak/Sdr. ….

Kepada Bapak/Sdr. …. dipersilahkan.

Trimakasih.

Untuk acara yang keempat yaitu sambutan-sambutan.

1. Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh Panitia Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kepada Bpk. ….. dipersilahkan.

Trimakasih atas sambutannya.

2. Sambutan yang kedua akan disampaikan oleh Atas nama sesepuh Dukuh Pesadean, Kepada Bpk. ….. kami persilahkan.

Trimakasih.

3. Sambutan ketiga akan disampaikan oleh Bapak Kepala Desa Pesantren, Kepada yang terhormat Bpk ….. kami persilahkan.

Trimakasih atas sambutannya.

Hadzirin walhadzirat kini tibalah pada acara yang kita nanti-nantikan, mauidzoh hasanah/uraian inti Peringatan Maulid Nabi kita Muhammad SAW yang akan disampaikan oleh Bpk Kyai …..

Kepada Beliau kami persilahkan.

Kami ucapkan terima kasih pada Bpk Kyai ….. yang sudah berkenan memberikan mauidzoh hasanah/uraian inti Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dipenghujung acara yaitu Penutup/Do’a akan dipimpin oleh Bapak. …. Kepadanya kami persilahkan.

Trimakasih.

Kami selaku penata acara mohon maaf apabila ada kata yang salah atau kurang berkenan dihati Bapak/Ibu, sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Cukup sekian.

Wassalamu’alaikum wr. wb.