Kamis, 07 Agustus 2014

Wahabi/Salafi ‘Menyusup’ di Kurikulum Pelajaran

Monggo dibantu sebarkan info ini demi kebaikan bersama.
Oleh Aulia P Lubis
SIAPAKAH DALANG DARI SEMUA INI YANG DUDUK DI DEPAG KHUSUSNYA KEMENAG, APAKAH INI PROYEK YANG SUDAH DIRENCANAKAN ATAU HANYA KELOLOSAN DARI OKNUM2 TERTENTU
Wahabi/Salafi ‘Menyusup’ di Kurikulum Pelajaran Akidah Untuk Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Kelas 1
Segala cara rupanya dilakukan kelompok salafi wahabi untuk menyebarkan ajarannya di Indonesia.
Kali ini mereka nampaknya berupaya untuk ‘menitipkan’ pahamnya pada buku pelajaran agama di Diniyah Takmiliyah Awwaliyah.
Bukti ini adalah benar DILIHAT DARI Buku Pelajaran Akidah Kelas tentang Tauhid. DENGAN YANG MENYUSUN OLEH TIM DARI FKDT NASIONAL.
Di dalam buku mata pelajaran Akidah tersebut diuraikan pembahasan tentang tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah. Yang mana setelah diteliti, materi tersebut ternyata tidak terdapat dalam berbagai referensi kitab tauhid yang umum dipakai Oleh Semua Jama’ah Ahlussunnah Wal Jama’ah termasuk Imam Mazhab yang Empat.
“Dalam buku mata pelajaran Akidah Kelas Satu tersebut dijelaskan tentang tauhid uluhiyah dan rububiyah. Yang mana itu adalah bagian dari ajaran mereka, yang lengkapnya ada tiga, tauhid uluhiyah, rububiyah dan asma’ wa sifat.
Maka, hal ini perlu diluruskan karena nanti arahnya akan memberikan pemahaman yang salah pada peserta didik yang ada di Seluruh Indonesia, karena tidak sesuai dengan pemahaman Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.
SEDIKIT PENJELASAN SERTA PEMBAHASAN TENTANG KONSEP TAUHID DI BAGI TIGA, AKIDAHNYA KAUM WAHABI/SALAFI YANG SALAH KAPRAH. ANDA DAPAT MELIHAT DI BLOGSPOT :
http://singkirkankepalsuan.blogspot.com/2012/07/diskusi-kerancuan-pembagian-tauhid.html



Diskusi kerancuan pembagian tauhid kepada tiga bagian

Penulis : Qultu Man Ana on 25 July 2012 | 23:18:00


Pertanyaan wahabi : saya sedikit musykil berkenan hal ini , pertanyaan saya adakah berbeda antara Ilah dan Rabb itu sendiri, andai kata tidak berbeda mengapa ada ungkapan yang berbeda antara keduanya. dan andai kata saudara menyatakan bahawa tidak beda, maka kenapa dalam kalimah syahadah kita menggunakan perkatan Ilah, kenapa tidak dengan kalimah Rabb? sebagai contoh, saya adalah saya, tapi pada saat yang sama saya dilihat secara berbeda dalam pelbagai perspektif, sebagai anak contohnya, dan juga sebagai kawan, juga sebagai pendidik dan pelajar, perspektif yang berbeda tapi tetap bertumpu kepada orang yang sama iaitu saya. jadi saya merasakan bahwa Ilah dan Rabb juga ada bedanya. atau apakah saya saja yang masih tidak jelas dan keliru tentang tauhid rububiah dan ilahiah ini, mohon penjelasan
Jawaban;
Di sini ada beberapa "point" utama dalam bahasan ini.
Pertama: Perbahasan Mengenai Kalimah Al-ILah dan Al-Rabb...
Sebenarnya perkataan ILAH an Rabb mempunyai dua makna yang berbeda dari sudut bahasa maupun istilah penggunaan itu sendiri. ILAH secara ringkas maksudnya : TUHAN. RABB juga maksudnya sama : TUHAN yang memiliki, mentadbir dan sebagainya. Dalam bahasa Arab, Ayah juga dipanggil sebagai RABBUL BAIT Yaitu tuan rumah yang memimpin dan mentadbir rumah atau keluarga. ILAH adalah berkaitan dengan TUHAN yang dsembah. JIka dikaitkan dengan kalimah Tauhid, Ilah bemaksud, tiada tuhan yang berhak disembah melainkan ALLAH s.w.t..
Dua kalimah itu memang berbeDa dari sudut maksud dan konteksnya. Namun, dalam Al-Qur'an, kedua kalimah tersebut digunakan dengan makna yang sama atau merujuk kepada Allah s.w.t. juga.
Tidak semestinya perkataan ILAH merujuk ATAU DI IDHOFATKAN/DI SANDARKAN kepada Tauhid karana Rabb juga merujuk kepada Tauhid dalam Islam, sebagaimana dalam hadith sahih Al-Bukhari di mana malaikat bertanya "Ma Rabbuka (siapa Rabb kamu)?" dalam rangka untuk menilai Tauhid seseorang yang di dalam kubur. Begitu juga soalan Nabi Yusuf a.s. kepada penghuni penjara dalam mengajar tauhid kepada mereka: "Adakah Arbab (banyak RABB) yang banyak atau (keesaan) Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (lebih baik dalam konsep ketuhanan)?".jadi emang maknanya berbeda tapi maksudnya sama yaitu menunjukan tuhan,jadi yang salah adalah mengidofatkanya dengan lafad tauhid pada kalimat masing2 sehingga jadi tauhid uluhiyah/tauhid rububiyah,ini yang rancu karena meniadakan talazum/kelaziman di antara keduanya.
Kedua: Pembahasan tentang Konsep Uluhiyyah dan Rububiyyah
Rububiyyah (dari RABB) membahas tentang keTUHANan Allah s.w.t. yang menciptakan alam ini, mentadbir seluruh alam ini, mengatur seluruh makhluk ini, memberi manfaat, menolak mudarat dan sebagainya.
Uluhiyyah (dari ILAH) juga membahas tentang KeTUHANan Allah s.w.t. yang merupakan satu-satunya yang berhak disembah, ditaati secara mutlak dan sebagainya.
memang kedua konsep tersebut mempunyai "perbedaan" mafhumnya, demikian sebagaimana yang dijelaskan sendiri oleh Ibn Taimiyyah yang mengasaskan ide pembahagian tauhid tersebut.
Ketiga: Pembahasan Maksud Tauhid
Adapun maksud Tauhid dalam ilmu aqidah adalah mengesakan Allah s.w.t..
Daripada tiga fokus ini, dapatlah kita fahami bahwasanya:
  1. Tauhid Rububiyyah: Mengesakan Allah s.w.t. dari sudut keTUHANanNya, pemilikanNya terhadap seluruh makhlukNya, dari sudut pentadbiranNya dalam alam ini dan sebagainya.
  2. Tauhid Uluhiyyah: Mengesakan Allah s.w.t. dari sudut keTUHANanNya, yang mana hanya Dialah Tuhan yang layak disembah dengan segala jenis ibadah.
Fokus BAHASAN :
Apa yang di PERMASALAHKAN dalam risalah di atas adalah berkaitan dengan konsep "memisahkan antara Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Uluhiyyah.
Apa itu konsep "memisahkan Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Uluhiyyah"?
Maksudnya adalah mendakwa bahwasanya barangsiapa yang berpegang dengan Tauhid Rububiyyah itu tidak mesti berpegang dengan Tauhid Uluhiyyah. Dengan kata lain, seseorang yang mengesakan Allah s.w.t. dari sudut RububiyyahNya, tidak mesti mengesakan Allah s.w.t. dari sudut UluhiyyahNya.
Konsep inilah yang ditolak karena dalam aqidah Islam, tidak ada pemisahan antara Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Uluhiyyah. Maksudnya, dalam Islam, barangsiapa yang berpegang dengan Tauhid Rububiyyah secara tidak langsung pasti berpegang dengan Tauhid Uluhiyyah. Seseorang yang mengakui hanya Allah s.w.t.-lah Maha Pencipta, Maha Pentadbir, Maha Memberi Manfaat dan Mudarat dalam alam ini (TAUHID RUBUBIYYAH), secara tidak langsung akan menyembah Allah s.w.t. dan mengesakanNya dari sudut penyembahan (TAUHID ULUHIYYAH).

Inilah maksud kami, tidak ada bedanya TAUHID ULUHIYYAH dengan TAUHID RUBUBIYYAH dalam arti kata, kedua konsep itu tidak boleh dipisah-pisahkan karana kedua saling lazim-melazimi antara satu sama lain.
Namun, menurut mereka yang mengikut Ibn Taimiyyah, mereka memisahkan kedua tauhid ini di mana mereka mendakwa barangsiapa yang bertauhid dengan TAUHID RUBUBIYYAH tidak mesti ia bertauhid dengan TAUHID ULUHIYYAH ,tetapi walau bagaimanapun, siapa yang bertauhid dengan TAUHID ULUHIYYAH maka secara tidak langsung telah bertauhid dengan TAUHID RUBUBIYYAH.
Konsep pemisahan antara kedua tauhid:

  1. org bertauhid dgn TAUHID RUBUBIYYAH "TAK" mesti bertauhid dgn TAUHID ULUHIYYAH
  2. org bertauhid dgn TAUHID ULUHIYYAH mesti bertauhid dgn TAUHID RUBUBIYYAH 
Adapun Konsep sebenarnya dalam aqidah Islam yang menekankan kelaziman antara kedua tauhid:

  1. org bertauhid dgn TAUHID RUBUBIYYAH semestinya bertauhid dgn TAUHID ULUHIYYAH
  2. org bertauhid dgn TAUHID ULUHIYYAH semestinya bertauhid dgn TAUHID RUBUBIYYAH
 Maka konsep pertama yg memisahkan antara RUBUBIYYAH dgn ULUHIYYAH secara praktikal ditolak, .
Wahabi: menurut pendapat saya mereka yang mencuba mengatakan tauhid terbagi kepada 3 ini tidak ada dari salafus soleh adalah mereka yang mencoba menentang ahli sunnah wal jamaah yang sebenarmya (bukan asya'irah dan bukan sufi).. Masa tauhid terbagi kepada 3 ini dikatakan di buat buat atau rekaan, sedangkan tauhid sifat 20 lebih jelas-jelas tidak ada di zaman salafus-soleh. Saya tidak bermaksud isi kandungan sifat2 tersebut, akan tetapi manhaj pembelajaran dan membataskan hanya,7 sifat atau 13 sifat atau 20 sifat tersebut adalah bid'ah. 
  
Komentar: terima kasih dengan pendapat saudara.. Kalau sekadar pendapat, semua orang memang bebas berpendapat. Hakikatnya, isi kandungan sifat dua puluh memang ada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah biarpun tidak secara sistematik. Proses penetapan aqidah berdasarkan kaedah akal pun memang ada dalam AL-Qur'an dan As-Sunnah.
Saya pun menantang kepada anda "siapakah dari salafus-soleh yang mengkatan bahwa Abu Jahal bertauhid dengan tauhid Rububiyyah. Itu jelas rekaan Ibn Taimiyyah. Kesimpulan yang tidak jami' dan mani, Ibn Taimiyyah memang selalu membuat kesimpulan yang tidak tepat khususnya melibatkan salafus-soleh. Tujuannya juga utk mengkritik Al-Asya'irah yang memang sudah menjadi penyakit ghullat al-hanabilah.
di Antara kerancuan wahabi yg menggunakan tauhid tiga versi ini, sebagiannya adalah menganggap Abu Lahab dan Abu Jahal lebih bertauhid rububiyyah daripada orang2 Islam yang bertawassul dengan para rasul sedangkan tawassul itu disyariatkan dalam Islam. [Kaifa Nafham At-Tauhid m/s 16 oleh Muhammad Ahmad] Na'uzubillah...
Hati-hatilah wahai orang orang (ektrimis) atas nama agama dan terlibat dgn takfir.
Dalil dann bukti bahwa orang-orang musyrikin yang menolak atau tidak bertauhid rububiyyah :-

1. berkata yazid bin harun:

قال يزيد بن هارون : حدثنا حجاج بن أبي زينب قال: سمعت أبا عثمان النهدي يقول : 
(كنا في الجاهلية نعبد حجرا فسمعنا مناديا ينادي : يا أهل الرحال ، إن ربكم قد هلك ،
Abu Uthman berkata: "Kami ketika jahiliyyah menyembah batu, maka kami mendengar suara memanggil: "Sesungguhnya Rabb kamu telah binasa..." [ rujuk  kitab مصنف ابن أبي شيبة  dan معرفة الصحابة لأبي نعيم ]

lihat bahwa robb [yang memilki rububiyah] mereka di yakini telah celaka
2. Allah s.w.t. sendiri tidak pernah menyebut orang-orang Kafir sebagai "muwahhid dengan tauhid rububiyyah". Na'uzubillah min jahl juhhal... Bahkan Allah s.w.t. memanggil mereka yang menyembah selain Allah (musyrikin) sebagai kaffar [Az-Zumar: 3]... bukan sekadar kafir... kaffar itu mubalaghah.. menafikan segala bentuk tauhid.
Adapun riwayat-riwayat tentang sebagian musyrikin mentauhidkan rububiyah maka itu (bukan berarti tertuju pada semua orang-orang kafir, wahai Ibn Taimiyyah) yakni semua musrikin beriman dengan rububiyah ketuhanan Allah, tetapi tidak sampai darjat tauhid. Iman berbeda dengan tauhid. Iman itu kepercayaan. Tauhid itu mengesakan tuhan dalam kepercayaan tersebut. Orang-orang kafir percaya Allah s.w.t. wujud dan sebagai tuhan, tetapi dalam waktu yang sama masih percaya ada tuhan-tuhan lain yang berkuasa selain Allah s.w.t.. Oleh sebab itu mereka sembah tuhan-tuhan lain juga. 
Kalau orang-orang musyrikin menyembah tuhan selain Allah bukan di karanakan kesyirikan mereka pada rububiyyah (penciptaan, pemberi manfaat dan mudarat dan sebagainya),maka Allah s.w.t. tidak akan menyeru kepada mereka:
"Adakah dia tidak sujud (menyembah) Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi..." [An-Naml: 25]
Al-Mughirah berkata tntang hal musyrikin:-
"ولا نعرف رّ باا"
Maksudnya: "Kami dahulu (sebelum hadirnya Islam) tidak kenal Rabb..." (Al-Mustadrak: no 5901 dengan sanad sahih menurut Imam Az-Zahabi)
Secara jelas Al-Mughirah menjelaskan orang-orang musyrikin tidak kenal siapa Rabb yang sebenarnya apatah lagi ber tauhid Rububiyyah... 
Di manakah perkataan Rasulullah s.a.w. dan para salafus-soleh mengatakan Abu Jahal lebih bertauhid rububiyyah daripada orang-orang Islam yang bertawassul dengan para rasul sedangkan tawassul dengan Rasulullah s.a.w. sendiri diajarkan oleh Rasulullah s.a.w.? Na'uzubillah daripada bibit-bibit takfir ini.
Apakah mrk juga berpegang dengan tauhid tiga ini setuju dgn pendirian Ibn Taimiyyah yang menafikan tauhid uluhiyyah daripada Al-Asya'irah lalu membawa mengkafirkan Al-Asya'irah (atau sekurang-kurangnya menafikan tauhid uluhiyyah pada mereka)? Ini jelas takfir trhadap majoritas umat Islam. Ini benar2 melampaui batas dan ektrimis. 
Silahkan Jawab oleh kalian.... kalau ada perkataan salafus-soleh yg menyatakan Abu Jahal bertauhid rububiyyah, silahkan nukilkan. 
  
Cuma inti tauhid tiga Ibn Taimiyyah yg mendakwa Mutakallimun (termasuk Al-Asya'irah) hanya skdr bertauhid rububiyyah yang tidak menafikan kekufuran. Ini main kafir2kan majoritas umat Islam. malah Setengah wahabi lebih melampaui batas dgn mengklaim Abu Lahab bertauhid rububiyyah dan lebih bertauhid daripada orang2 beriman yang bertawassul padahal sekurang2nya tawassul itu masalah khilafiyyah (dikatakan oleh Muhammad Abdul Wahab juga). 
Mau di bawa Ke mana tauhid tiga nie? apa mau kafirkan orang-orang Islam? Istilah tetap sekadar istilah. Walaupun ada salah dari sudut bahasa ,maka perlu diberi perhatian dan penelitian.
Wahabi: Saya masih tidak yakin untuk menyalahkan pembahagian tauhid kepada rububiyah dan uluhiyah ini. memang seorang mukmin hakiki tidak memisahkan istilah Rob dan Ilah itu sebagai dua dalam iktiqad bahkan satu yang tidak dibedakan.

Tetapi Ibnu Taimiyah itu merujuk kepada sesuatu yang lain iaitu..

“Setiap orang yang beriman dengan Tauhid Uluhiyah padti akan beriman dengan Tauhid Rububiyah dan tidak mesti setiap yang beriman dengan Tauhid Rububiyah akan beriman dengan Tauhid Uluhiyah, seperti orang-orang mursyrikin”.

Pandangan Ibnu Taimiyah itu nampaknya ada asas dalilnya  berdasarkan ayat 13 – 27 Surah Yasin. 

Kita lihat kedua golongan dalam tafsir ayat ituiaitu yang beriman pada (rusul yg mendakwah) dan yang kafir (penduduk Bandar) yang merujuk kepada Tuhan sebagai Ar-Rahman. Tetapi masalahnya iman mereka tidak berlaku sekiranya penduduk itu memang menyembah Ar-Rahman yang mereka rujuk itu. Mereka mengaku wujudnya Ar-Rahman tetapi masalah mereka tidak memiliki pengakuan uluhiyah yaitu Ar-Rahman itu wajib disembah.

Ayat 15 : Yasin “Penduduk bandar itu menjawab: “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga, dan Tuhan Yang Maha Pemurah /Ar-Rahman tidak menurunkan sesuatupun (tentang ugama yang kamu dakwakan); Kamu ini tidak lain hanyalah berdusta”.

Juga perhatikan jawaban salah seorang utusan tersebut kepada penduduk Bandar.

Ayat 22 : Yasin “Dan: “Mengapa aku tidak menyembah Tuhan yang menciptakan daku, dan yang kepadaNyalah (aku dan) kamu semua akan dikembalikan?”

Kata utusan lagi:
Ayat 23 : “Patutkah aku mengambil selainNya sebagai Ilah? (diterjemah secara harfiah) jika Yang Maha Pemurah hendak menimpakan daku dengan sesuatu bahaya, mereka tidak dapat memberikan syafaat kepadaku, dan mereka juga tidak dapat menyelamatkan daku.

Ar-Rahman yang disebut oleh kedua pihak itu merujuk kepada Rob disebut dalam ayat ini..
Ayat 25 : “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhan kamu (Robbukum), maka dengarlah (nasihatku)”,.

Jelas dalam ayat2 itu Tuhan/Ar-Rahman yang dimaksudkan oleh penduduk Bandar itu adalah Rob semesta alam, Yang Maha Mencipta, cuma mereka tidak menyembah Rob itu.

Dengan itu, pandangan Ibnu Taimiyah itu ada asas dalilnya berdasarkan Al-Quran sendiri,jadi tidak wajar untuk menyalahkannya . Saya bukanlah mendukung Ibnu Tamimiyah, tetapi utk menyalahkannya dalam point itu, adalah hal yang keterlaluan. 

Atau mungkin anda bisa  menjelaskan lagi mengenai ayat2 di atas
Komentar: Untuk perbhasan ringkas kali ini, ana yg faqir akan jelaskan secara singkat tntang penolakan ide pembagian tauhid rububiyyah dan uluhiyyah ini:-
Pembahagian Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah menurut Taimiyyah
Ibn Taimiyyah berkata:
Tauhid Rububiyyah maksudnya : (kepercayaan bahwa) tiada pemberi atas apa yang Allah tahan, tiada yang dapat menghalang atas apa yang Allah berikan, tidak bertawakkal melainkan hanya kepadaNya dan tidak meminta melainkan kepadaNya…
“Tauhid Uluhiyyah adalah seseorang itu menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan Allah . Dia mentaati Allah dan mentaati rasulNya, melakukan apa yang diridhai oleh Allah…” (Fatwa Ibn Taimiyyah 1/219)
Ibn Taimiyyah berkata lagi:
“Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah, walaupun (makna) Uluhiyyah mengandung (makna) Rububiyyah dan (makna) Rububiyyah mengandung (makna) Uluhiyyah, salah satu mengandung makna yang lainnya jika  itu hal asing, namun kami tidak menolak bahwasanya setiap satu lafad itu mempunyai makna khusus jika disebut secara beriringan (kedua-duanya disebut pada satu ungkapan).” (Fatwa Ibn Taimiyyah 2/275)
Adapun femahaman Ibn Taimiyyah pada poin awal (iaitu Uluhiyyah mengandung makna rububiyyah dan sebaliknya) adalah suatu pendapat yang benar tetapi muncul keganjilan dan kerancuan pendapat beliau berlaku pada ungkapan beliau: “namun tidak menolak setiap satu lapad (apakah Uluhiyyah dan Rububiyyah) mempunyai makna khusus jika disebut secara bersama-sama”. Pendapat ini  hanya pendapat pribadi beliau tanpa sandaran daripada para ulama’ Salaf . Namun, yang lebih ganjil adalah, pendapat-pendapat cabang Ibn Taimiyyah yang muncul daripada inti pendapat ganjil ini seperti pendapatnya: bahwa “orang kafir beriman dengan tauhid rububiyyah...”.
Ibn Taimiyyah berkata lagi: 
“Tauhid Rububiyyah: adalah tauhid (pengesaan) yang ada dalam setiap orang kafir apatah lagi bagi orang beriman. Itu merangkum tauhid Khaliqiyyah (penciptaan), begitu juga menisbahkan milik langit dan bumi serta pentadbirannya kepada Allah...”
“Tauhid Uluhiyyah: hanya Allah  tuhan sebenarnya yang berhak disembah. Tauhid Ibadah adalah dengan menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya dalam ibadah...” (At-Tadammuriyyah: 106)
Lihatlah kesimpulan beliau yang ganjil yang tidak pernah diungkapkan oleh ulama’ Salaf dan ulama’ muktabar sebelum beliau. Bahkan, kesimpulan Ibn Taimiyyah bahwa setiap orang kafir juga bertauhid dengan tauhid Rububiyyah adalah kesimpulan yang tidak menyeluruh karana orang kafir beragama budha, hindu dan sebagainya tidak bertauhid dengan tauhid rububiyyah sama sekali.
Lebih parah lagi, pendapat ganjil Ibn Taimiyyah tatkala membagikan tauhid kepada Rububiyyah dan Uluhiyyah (di samping tauhid Asma’ wa As-Sifaat) adalah, beliau mendakwa para ulama’ mutakallimin termasuk ulama’ Al-Asya’irah yang merupakann majoritas ulama’ Islam hingga hari ini, hanya bertauhidkan dengan tauhid Rububiyyah, dan mereka (Al-Asya’irah) sama sekali tidak mengetahui (apatah lagi beriman) tentang tauhid Uluhiyyah, sama seperti orang-orang musyrikin juga.
Ibn Taimiyyah berkata dalam Manhaj As-Sunnah 2/62 setelah mengkritik ulama’ mutakallimin termasuk golongan Al-Asya’irah:
“Mereka (ulama’ Mutakallimin termasuk Al-Asya’irah) mengeluarkan inti tauhid daripada tauhid (mereka) seperti tauhid Uluhiyyah, pengakuan tentang hakikat Asma’ dan Sifat Allah dan mereka tidak mengetahui melainkan tauhid Rububiyyah saja...”
Nah, adakah keganjilan pendapat Ibn Taimiyyah yang menafikan tauhid Uluhiyyah daripada pegangan golongan Al-Asya’irah yang mana pendapatnya ini lahir daripada ide pembagian tauhid, ini suatu pendapat yang bisa membawa kepada kekeliruan bagi orang jahil setelah Ibn Taimiyyah juga mengkafirkan golongan Al-Asya’irah (atau mengeluarkan mereka daripada kelompok kebenaran) dengan idenya tentang tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah ini.
Banyak orang yang tidak faham bahaya dan fitnah di balik pembahagian tauhid ini , sedangkan para ulama’ yang sedar betapa syaz (ganjilnya) pendapat ini di samping fitnah yang terkandung di dalamnya, terus menerus menolak pembagian tauhid ini.
Kesimpulan yang mengatakan bahwasanya Al-Asya’irah (termasuk mutakallimun menurut Ibn Taimiyyah dan pengikut-pengikutnya) tidak mengetahui tauhid Uluhiyyah, tetapi hanya berpegang kepada Tauhid Rububiyyah secara tidak langsung membawa kepada takfir Al-Asya’irah yang merupakan majoritas ulama’ Islam.
Lihatlah secara jelas perkataan Ibn Taimiyyah:
“Hanya berTauhid Rububiyyah semata itu tidak menafikan kekufuran...” (Risalah Ahl Suffah: 34)
Muhammad Abdul Wahab merupakan penerus ide pembagian tauhid ini setelah lama ide ini tidak di indahkan oleh majoritas ulama’ Islam sejak kematian Ibn Taimiyyah dan muridnya Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Muhammad ibn Abdil Wahablah yang termasuk di antara orang yang mula-mula menghidupkan kembali  ide ini lalu melampaui batas atas ide asal nya dari Ibn Taimiyyah dengan mengembangkan faham bahawasanya orang-orang musyrikin secara jelas bertauhidkan tauhid Rububiyyah bahkan mereka (musyrikin) adalah golongan yang banyak berzikir kepada Allah (Kasyf As-Syubhat: 3-4)
Imam Muhammad Al-‘Arabi At-Tabbani dalam kitab beliau secara ilmiah mengkritik ide pembagian tauhid kepada Uluhiyyah dan Rububiyyah ini dengan 25 hujah dan dalil dalam buku beliau Bara’ah Al-Asy’ariyyin m/s 96-106. silahkan rujuk kitab itu untuk lebih jelasnya.
Para ulama’ Ahlus-Sunnah wal Jamaah membuat pertanyaan yang jelas kepada para pengikut Ibn Taimiyyah dalam ide ini, kalau memang benar pembagian ini sesuatu yang benar, mengapa tidak ulama’ sebelum Ibn Taimiyyah yang memperbincangkan pembagian ini apakah secara ringkas maupun secara terperinci? Bahkan, tidak ada seorang pun ulama’ Salaf dan Khalaf sebelum Ibn Taimiyyah pernah menyebut pembagian ini sama sekali.
Mustahil seseorang yang mengakui keesaan Tuhan yang mentadbir dan menguasai alam ini lalu menyembah tuhan selain Allah yang Maha Esa. Untuk tujuan apa seseorang yang mengakui keesaan Allah dari sudut pentadbiran dan kekuasaan (tauhid Rububiyah), namun menyembah selain Allah????
Sebagian orang-orang musyrikin Makkah khususnya, walaupun mengakui kekuasaan Allah, namun masih  mengakui kekuasaan tuhan-tuhan lain seperti Latta dan Uzza yang bersekutu kekuasaan dengan Allah. Karana itulah, mereka menyembah tuhan-tuhan lain, karena mereka percaya tuhan-tuhan lain pun mempunyai pengaruh kuasa selain Allah. Ini secara jelas menafikan tauhid Rububiyyah itu sendiri.
Orang-orang kafir mengakui mereka menyamakan tuhan-tuhan lain selain Allah dari sudut Rububiyyah Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an:
“Demi Allah sesungguhnya kami memang dalam kesesatan yang nyata. Tatkala kami menjadikan kamu (tuhan-tuhan selain Allah) sama (menyamakan) dengan Rabb Al-‘Alamiin (Allah)” (Surah As-Syu’ara’: 97-98)
Secara jelas ungkapan Rabb Al-‘Alamin itu menunjukkan Rububiyyah Allah. Maka, mereka (orang-orang kafir) mengaku bahwasanya mereka telah mensyirikkan Allah dengan tuhan-tuhan lain dari sudut rububiyyah juga, bukan sekadar pada Uluhiyyah saja seperti yang di klaim oleh Ibn Taimiyyah dan Muhammad Abdul Wahab.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak bahawasanya Al-Mughirah r.a. menjelaskan tentang perihal orang-orang kafir Quraisy sebelum Islam :

“...menjadikan batu-batu dan berhala sebagai tuhan. Jika kami lihat ada batu yang lebih cantik, maka kami buang batu yang lama lalu menjadikan batu tersebut sebagai tuhan baru kami. Bahkan, kami tidak kenal tentang Rabb, melainkan setelah datangnya Rasulullah s.a.w...” (Imam Az-Zahabi mensahihkan rijal hadith ini begitu juga Imam Al-Hakim sendiri).
Jelaslah bahwasanya orang-orang musryikin Makkah tidak mengetahui robb apatah lagi bertauhid dengan tauhid Rububiyyah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Mughirah.
Dalil-dalil daripada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menolak pembahagian tauhid kepad Rububiyyah dan Uluhiyyah bisa didapati dalam pelbagai kitab-kitab yang menolak pembagian ini seperti kitab Bara’ah Al-Asy’ariyyin oleh Imam Muhammad Al-‘Arabi At-Tabbani, Naqd Taqsim At-Tauhid oleh Sheikh Yusuf Ad-Dijawi (seorang ulama’ Al-Azhar yang agung di zamam beliau), Bayan Khata’ At-Taqsim At-Thulathi lit Tauhid oleh Dr. Umar Abdullah Kamil dan sebagainya.
Insya Allah, jika ada kesempatan lain, kita perbincangkan mengenai ayat-ayat yang dikatakan sebagai sandaran kepada pembagian tauhid ini menurut mereka yang berpegang dengan pembagian tersebut, walaupun pada hal, ulama’-ulama’ Salaf tidak pernah memahami ayat-ayat tersebut seperti ide pembagian tauhid ini, sedangkan mereka sepatutnya lebih faham tentang perkara ini kalau memang pembagian tauhid itu suatu yang berasas dan penting.
Saudara wahabi menggunakan dalil dengan ayat ni:-

Maksudnya: Tanyakanlah (Wahai Muhammad): "Kepunyaan siapakah bumi ini dan Segala Yang ada padanya, kalau kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". katakanlah: "Mengapa kamu tidak mau ingat (dan insaf)?" Tanyakanlah lagi: "Siapakah Tuhan Yang memiliki dan mentadbirkan langit Yang tujuh, dan Tuhan Yang mempunyai Arasy Yang besar?" Mereka akan menjawab: "(Semuanya) kepunyaan Allah". katakanlah: "Mengapa kamu tidak mau bertaqwa?" Tanyakanlah lagi: siapakah Yang memegang Kuasa pemerintahan tiap-tiap sesuatu, serta ia dapat melindungi (segala-galanya) dan tidak ada sesuatupun Yang dapat disembunyi daripada kekuasaannya? (Jawablah) jika kamu mengetahui!" Mereka akan menjawab: "(Segala-galanya) dikuasai Allah". katakanlah: "Jika demikian, Bagaimana kamu tertarik hati kepada perkara Yang tidak benar?" (bukanlah sebagaimana tuduhan mereka) bahkan Kami telah membawa kepada mereka keterangan Yang benar, dan Sesungguhnya mereka telah berdusta. (Surah Al-Mukminun: 84-90)
Jawaban:-
pertama: khitabnya ayat ini kepada siapa? Mereka dalam ayat itu siapa? Kamu dalam ayat itu adalah Rasulullah s.a.w.. Mereka dalam ayat itu adalah musryikin makkah. tetapi Kalau kita bertanya hal itu pada setiap orang kafir, budha, hindu, zoroster,athis dan sebagainya, kita akan dapati jawapan berbeda-beda. Tifak semua akan mengatakan "Allah" seperti dalam ayat ini. makanya, kesimpulan Ibn Taimiyyah salah. Tidak semua orng kafir beriman dengan rububiyyah Allah. 
Kedua: Iman dengan rububiyyah Allah berbeda dengan bertauhid dengan tauhid rububiyyah. Iman adalah hal lain. Tauhid juga sesuatu yang lain. Belajar dahulu bedanya sebelum datang mengkritik. Nanti saya akan syarah lagi, Orang yang percaya tuhan bertempat pun tidak bertauhid dengan tauhid yang sempurna. 
Perkataan wahabi :-
Saya AMBIL kesimpulan bahwa wahabi tidak pernah mengkafirkan umat Islam termasuk Asya'irah, melainkan itu cuma fitnah Asya'irah yang tanpa usul yang jelas . Yang jelas Asya'irah semua mengkafirkan Ibn Taimiyyah, dan ulama-ulama lain seperti Muhammad bin Abdul Wahab, dll.. Maka siapa yang melampau batas disini?
Jawaban:-
Ibn Taimiyyah berkata dalam Manhaj As-Sunnah 2/62 setelah mengkritik ulama’ mutakallimin termasuk golongan Al-Asya’irah:
“Mereka (ulama’ Mutakallimin termasuk Al-Asya’irah) mengeluarkan inti tauhid daripada tauhid (mereka) seperti tauhid Uluhiyyah, pengakuan tentang hakikat Asma’ dan Sifat Allah dan mereka tidak mengetahui melainkan tauhid Rububiyyah saja...”
Nah, adakah keganjilan pendapat Ibn Taimiyyah yang menafikan tauhid Uluhiyyah daripada golongan Al-Asya’irah yang lahir daripada ide pembagian tauhid ini suatu pendapat yang bila dibiarkan akan  membawa kepada  orang jahil setelah Ibn Taimiyyah ikut mengkafirkan golongan Al-Asya’irah (atau mengeluarkan mereka daripada kelompok kebenaran) dengan ide tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah ini.
Kesimpulan yang mengatakan bahwasanya Al-Asya’irah (termasuk mutakallimun menurut Ibn Taimiyyah dan pengikut-pengikutnya) tidak mengetahui tauhid Uluhiyyah, tetapi hanya berpegang kepada Tauhid Rububiyyah secara tidak langsung menghukumi takfir Al-Asya’irah yang merupakan majoritas  ulama’ Islam.
Lihatlah secara jelas perkataan Ibn Taimiyyah:
“Hanya Tauhid Rububiyyah semata itu tidak menafikan kekufuran...” (Risalah Ahl Suffah: 34)
Muhammad Abdul Wahab merupakan penerus ide pembahagian tauhid ini setelah lama idea ini tidak di indahkan oleh majoriti ulama’ Islam sejak kematian Ibn Taimiyyah dan muridnya Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Muhammad ibn Abdil Wahab orang yang mula-mula menghidupkan kembali ide ini lalu melampaui batas dari ide asal Ibn Taimiyyah dengan mengembangkan faham bahawasanya orang-orang musyrikin secara jelas bertauhidkan tauhid Rububiyyah bahkan mereka (musyrikin) adalah golongan yang banyak berzikir kepada Allah (Kasyf As-Syubhat: 3-4)
Saudara yg tidak membaca buku wahabi kesemuanya. daya kasih tau bahwa Mrk menafikan tauhid uluhiyyah daripada Al-Asya'irah. Menurut mereka , tanpa uluhiyyah, tidak menafikan kekufuran. Na'uzubillah..
Bacalah buku itu dulu. maka anda akan tahu wahabi kafirkan orang islam lain 

Baca Ad-Durar As-Saniyyah (10/8) (1/51) (1/312,320,324, 364) Muhamad Abdul Wahab juga. Anda akan menjumpa sesuatu.
Baca juga kedua kitab ini utk faham wahabi lebih lanjut:-

  1. عنوان المجد في تاريخ نجد لعثمان 
  2. وتاريخ نجد لابن غنام 
Malah, Ibn Uthaimin berani mengeluarkan Imam An-Nawawi dan Imam Ibn Hajar daripada Ahlus-SUnnah:-

سؤال: النووي وابن حجر نجعلهما من غير أهل السنة والجماعة؟- قال! العثيمين: فيما يذهبان إليه في الأسماء والصفات ليسا من أهل السنة والجماعة- 
Pertanyaan: apakah An-Nawawi dan Ibn Hajar bukan ahli sunnah wal jamaah? Uthaimin menjawab: "Mereka berdua dalam bab Asma' wa Sifat bukan ahlus-sunnah wal jamaah. (Liqa Al-Bab Al-Maftuh 42)
Sholeh Fauzan mengeluarkan Al-Asya'irah daripada Ahlus-Sunnah wal Jamaah: dalam kitab ((من مشاهير المجددين في الإسلام ابن تيمية ومحمد بن عبد الوهاب)) hal 32
Banyak lagi. mau Ke mana mau di bawa masyarakat Islam dengan tauhid tiga nie? mau keluarkan Al-Asya'irah daripada Ahlus-Sunnah wal Jamaah? karena menafikan tauhid rububiyyah daripada Al-Asya'irah? apa anda akan berkata Abu Lahab lebih bertauhid daripada orang Islam yang bertawassul?
Na'uzubillah daripada al-ghullat...
Kamu baca juga kasyf Syubhat Muhammad Abdul Wahab (yg teks bahasa Arab, jangan yg terjemahan indonesia), Bisa di dapati takfir dan takfir terhadap umat Islam.
Keganjilan Muhammad Abdul Wahab di antaranya dia berkata:
"Rasul terakhir Muhammad s.a.w. menghancurkan patung patung orang soleh, baginda s.a.w. diutuskan kepada suatu kaum yang banyak beribadah, banyak berhaji, banyak sedekah dan banyak berzikir mengingati Allah..." (m/s 5-6)
Cantiknya muqoddimah Muhammad Abdul Wahab yg mana dgn muqoddimah inilah dia akan menyamakan sebahagian orang Islam yang bertawassul dan sebagainya dgn Abu Lahab dan Abu Jahal dalam halaman seterusnya dan seterusnya. Siapa dari kalangan musyrikin makkah yg banyak berzikir mengingati Allah itu? Inilah nadi tauhid tiga Ibn Taimiyyah dalam pemikiran Muhammad Abdul Wahab. Licik. Sembunyi maksud takfir dgn menceritakan "tauhid rububiyyah" org musryikin.
Lihat apa yang di katakan Ibn Abdul Wahab ini :-
"Melainkan, orang-orang musyrikin (Quraisy) bersaksi bahwasanya Allahlah Maha Pencipta satu-satunya, tiada sekutu bagiNya, tiada pemberi rezeki selain ALlah, tiada yang menghidupkan kecuali Allah, tiada yang mematikan kecuali Dia, tiada yang mentadbir alam ini kecuali Dia,..."

Lihat kelicikan Ibn Abdul Wahab yg memuji2 musyrikin Makkah dan tauhid rububiyyah mereka. Apa tujuannya ini ? Kelicikan Ibn Abdul Wahab jelas ada tujuan tertentu. Kenapa dia tidak menyebut, wahai Ibn Abdil Wahab bahwa musyrikin Makkah mendustai hari kebangkitan, musyrikin Makkah percaya tiada yang memusnahkan mereka melainkan masa (ad-dahr), mereka mendustakan Rasulullah s.a.w. dan mencela Baginda s.a.w. dan sebagainya. Heran dengan orang ini, menceritakan kecantikan dan keindahan musyrikin dan mencela sebagian umat Islam dalam buku ini. 

APa tujuan Ibn Abdul Wahab memuji musyrikin tanpa menceritakan keburukan mereka? malah seLepas itu  malah mencela sebagian besar ulama Islam dan umat Islam. Nanti kita akan jumpa di  halaman seterusnya. Haa.. Inilah inti penggunaan tauhid tiga wahabi yg diwarisi hingga zaman ini.

Daripada bibit2 inilah munculnya buku2 seperti hazihi hiya as-sufiyyah, dan sebagainya yg mengkafirkan golongan sufi. Na'uzubillah. Ajaran tauhid ape ini?

Lihat apa perkataan  Ibn Abdul Wahab  lagi tntang orang musyrikin Makkah:-

"Mereka berdoa kepada Allah malam dan siang..."  hal 9

Masya Allah.. begitu Baiknya musyrikin Makkah di sisi Ibn Abdul Wahab. Betul kah musryikin Makkah berdoa kepada Allah siang malam? Tapi Allah s.w.t. menafikan hal ini dengan berfirman: "Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya aku (Muhammad s.a.w.) dilarang untuk menyembah tuhan-tuhan yang kamu semua (musyrikin Makkah) berdoa (kepada tuhan-tuhan tersebut) di samping Allah..." (Surah Al-An'am: 56)
Firman Allah lagi tentang perkataan musyrikin di hari Akhirat kelak: "Mereka (musyrikin) berkata: "Wahai Tuhan kami, merekalah penyekutuan-penyekutuan kami yang kami berdoa kepada mereka di samping Engkau.." (surah An-Nahl 86)

Wahai Ibn Abdul Wahab. Ini Al-Qur'an memberitahu kita, musyrikin tidak berdoa kepada Allah siang malam (dgn lafaz min dunillah dalam ayat itu) tp kepada tuhan-tuhan lain. Ini menafikan tauhid rububiyyah sbb bagi mrk., mrk berdoa kpd tuhan-tuhan lain yg bagi mrk ,tuhan tuhan itu memiliki kuasa, seperti Habl, Al-Latta, Al-Uzza dan Manat.. Ke mana hala tuju pujian kamu kepada musyrikin wahai Ibn Abdil Wahab?
Beliau menuduh org musyrikin zamannya menggunakan lafaz As-Sayyid ( 11).

jenis takfir apa ini wahai Ibn Abdil Wahab. As-Sayyid digunakan oleh ulama' zaman Ibn Abdul Wahab dan sebagainya yang merujuk kepada keturunan Rasulullah s.a.w.. Penggunaan ini pn dituduh sebagai musyrikin? BUkankah Saidina Umar r.a. juga pernah berkata: "Abu Bakr saiyyiduna yang memerdekakan Bilal sayyiduna...". lihatlah  Ibn Abdul Wahab dalam buku kasyf syubhat ini.

Dia menjelaskan bahwasanya orang kafir jahil lebih faham makna la ilaha illaLlah di banding sebagian ulama' zamannya. (hal 13). Ke mana mau dibawa pendekatan ini wahai Ibn Abdil Wahab...

Dalam buku Kasyf Syubhat m/s 15-16, beliau menuduh sebagian besar ulama' di Najad, Hijaz dan Syam sebagai musuh Tauhid..." Na'uzubillah...
Pendekatan tasyaddud ini diwarisi oleh sebagian wahabi di saudi yg mengkafirkan atau membid'ahkan ulama' zaman mereka seperti Imam Ahmad bin Dahlan Al-Makki, Uthman bin Sanad dan sebagainya.

Kemudian takfir atau tabdi'e diteruskan pula oleh sebagian wahabi zaman selepas itu kpd ulama'2 sezaman mereka seperti kepada Imam Al-Kauthari, Imam Ad-Dijawi, Sheikh Abdul fattah Abu Ghuddah, Sheikh Syaltut, Sheikh Dr. Al-Qaradhawi, Sheikh Al-Buti dan sebagainya.
Dalam kasyf syubhat sampai hal 26, Ibn Abdil Wahab terus mengkritik ulama'2 yang tidak setuju dengannya. Malah, dia juga terus mengkritik golongan yang brtawassul.
Muhammad Abdul Wahab berkata lagi: "Apa itu ibadah kepada berhala? Kamu sangka mereka (musyrikin Makkah) percaya kayu-kayu, batu-batu dan sebagainya itu sememangnya mencipta, memberi rezeki, mentadbir...?"hal 36

Wahai sheikh. Mrk menyembah berhala dengan sujud kepada berhala, meminta hajat daripada berhala dan menafikan kerasulan Rasulullah s.a.w.. Itulah makna kekufuran mereka. Apalah ibn Abdul Wahab menyamakan perbuatan menyembah berhala dengan tabarruk (37). Na'uzubillah

Lalu Ibn Abdil Wahab berkata lagi: "Orang-orang musyrikin yang diperangi oleh Rasulullah s.a.w. lebih berakal dan lebih  sedikit syirikya di banding mereka (sebagian ulama' dan para sufi yg dituduh penyembah kubur, na'uzubillah)" hal 43
Ini belum lagi kalau mengkupas buku Ad-Durar As-Saniyyah . 
Antara lain dalam buku Ad-Durar As-Saniyyah fi Al-Ajwibah An-Najdiyyah:
"Mereka (ulama' najad) tidak tahu makna la ilaha illaLah dan tidak tahu bedanya antara agama Muhamamd s.a.w. dengan agama Amr bin Luhay yg diletakkan dalam masyarakat Arab (penyembahan berhala)" 
Dia berkata lagi: 
"Malah di sisi mereka (ulama' yg bertentangan dengannya), agama Amr (penyemba berhala) itulah agama yang sahih" (1/57)
Dalam Ad-Durar As-Saniyyah 10/31, Muhammad Abdul Wahab memberi surat kpada Sheikh Sulaiman Al-Hanbali dengan berkata:-
"Kami sebutkan bahwa kamu dan ayah kamulah yang mendhahirkan kekufuran, syirik dan nifaq... Buku kamu mengandung kekufuran kamu..."
Beliau juga berkata kepada sheikh alim di Najd, Ahmad bin Abdul Karim:-
"Kamu telah berlepas tangan dari agama Ibrahim dan kamu telah menyaksikan kepada mereka bahwasanya diri kamu sebagai pengikut musyrikin..." (Ad-Durar As-Saniyyah 10/64)
Banyak lagi yng saya sudah nukilkan dan juga yang belum nukilkan. Cukuplah sekadar cerita tntang pengaruh tauhid tiga yg dirumuskan oleh Ibn taimiyyah (tanpa membicarakan sebagian ulama' yang juga menggunakan perbahasan tauhid tiga ini tapi tidak menghukumi keluar dari islam siapapun dari kalangan muslimin daripada tauhid uluhiyyah. para ulama' tersebut tidak memahami tauhid tiga dgn femahaman Ibn Taimiyyah, Muhammad Abdul Wahab dan wahabi).
cerita takfir ibn abdil wahab dan wahabi (sebagian mereka ) memang tak  akan habsi . apakah takfir, atau tabdi'e atau menuduh sesat sesama musimin yg bertawassul, golongan sufi dan sebagainya.
Imam Ibn 'Abidin Al-Hanafi berkata dalam radd Al-Mukhtar hal 8:-

مطلب في أتباع ابن عبد الوهاب الخوارج في زماننا

كما وقع في زماننا في أتباع محمد بن عبد الوهاب الذين خرجوا من نجد وتغلّبوا على الحرمين، وكانوا ينتحلون مذهب الحنابلة، لكنهم اعتقدوا أنهم هم المسلمون وأن من خالف اعتقادهم مشركون، واستباحوا بذلك قتل أهل السنّة قتل علمائهم حتى كسر الله شوكتهم وخرب بلادهم وظفر بهم عساكرالمسلمين عام ثلاث وثلاثين ومائتين وألف". ا.هـ.

"Perbahasan tentang pengikut Ibn Abdil Wahab yg merupakan khawarij zaman kita..

…seperti yang berlaku pada masa kita ini adalah  pengikut [Muhammad] Ibn Abdul Wahhab yang keluar dari Najd dan menaklukan al-Haramayn (Mekah dan Madinah) dan mereka bermazhab dengan mazhab al-Hanbali tetapi mereka ber’iktikad bahwa hanya mereka sajalah orang Islam dan orang-orang yang bertentangan akidah dengan mereka adalah kaum Musyrik. Dengan ini mereka pun menghalalkan pembunuhan Ahli Sunnah dan pembunuhan ulama’-ulama’ mereka sehingga Allah SWT mematahkan kekuatan mereka dan memusnahkan negeri mereka dan askar menawan mereka pada tahun 1233 H..
kebanyakkan ulama' muktadil yang tidak bergantung hidup kepada duit-duit wahabi, berani membuat kritikan kepada takfir dan tabdie' wahabi ini. Sebagaimana Imam Ibn 'Abidin, Imam As-Showi juga turut mengkritik pengikut muhammad abdul wahab.
Imam As-Showi yang merupakan antara ulama' muktadil lagi mendalam ilmunya berkata dalam hasyiyah as-showi cetakan Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyyah juz 3, halaman 255  :

"... Dikatakan juga bahawa ayat ini diturunkan berkenaan Khawarij yang  mengubah tafsiran/takwilan al-Quran dan as-Sunnah, untuk menghalalkan darah orang-orang Islam dan harta benda mereka (yakni seperti ayat-ayat yang ditujukan kepada orang kafir dan musyrik, mereka alihkan kepada orang Islam dengan tujuan untuk mengkafirkan dan memusyrikkan sesama umat), sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang kelompok yang mempunyai pendapat-pendapat seperti mereka, iaitu satu firqah di Hejaz yang dipanggil sebagai al-Wahhabiyyah di mana mereka mengira bahawa mereka adalah atas kebenaran. Ketahuilah bahwasanya mereka adalah pendusta yang dikuasai oleh syaithan sehingga mereka lupa untuk mengingati Allah. Merekalah hizb s-syaithan, ketahuilah bahawa hizbusy syaithan adalah golongan yang rugi. Kita memohon kepada Allah al-Karim agar memutuskan tipu daya mereka."
 
Tidak perlu panjang dalam perbincangan ini. Kita hormati mereka yang benar-benar jujur dalam berdakwah kepada tauhid. Tapi mengajak orang kepada ajaran tauhid yang digunakan utk kafirkan atau membid'ahkan sesama muslim (khususnya kepada golongan sufi) hanya karana kejahilan terhadap dalil2 golongan sufi yang mengamalkan tawassul, tabarruk dan sebagainya, maka itu perlu ditolak.
Tauhid yang murni bukan mengajak orang mengkeluarkan sesama muslim daripada daerah Islam dgn masalah tawassul, atau menuduh syirik dan bid'ah bagi pengamal perkara2 khilafiyyah (teguran umum). Tauhid apalah yg membentuk suatu kelompok yg terlalu ektrim dalam menyalahkan orang lain, menuduh bid'ah orang lain, menuduh syirik sesama muslim dan ada yang sampai mengkafirkan muslim. Na'uzubillah...
Wahabi berkata: saya harap kamu baca perkataan ibn katsir dan at-Tobari  

Ibn Katsir berkata:

يقول تعالى مقررا أنه لا إله إلا هو؛ لأن المشركين -الذين يعبدون معه غيره -معترفون أنه المستقل بخلق السموات والأرض والشمس والقمر، وتسخير الليل والنهار، وأنه الخالق الرازق لعباده، ومقدر آجالهم، واختلافها واختلاف أرزاقهم ففاوت بينهم، فمنهم الغني والفقير، وهو العليم بما يصلح كُلا منهم، ومَنْ يستحق الغنى ممن يستحق الفقر، فذكر أنه المستبدُّ بخلق الأشياء المتفرد بتدبيرها، فإذا كان الأمر كذلك فلم يُعبد غيره؟ ولم يتوكل على غيره؟ فكما أنه الواحد في ملكه فليكن الواحد في عبادته، وكثيرًا ما يقرر تعالى مقام الإلهية 
بالاعتراف بتوحيد الربوبية. وقد كان المشركون يعترفون بذلك، كما كانوا يقولون في تلبيتهم: "لبيك لا شريك لك، إلا شريكا هو لك، تملكه وما ملك

Maksudnya: "Allah Taala memberitahu menegaskan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia karana kaum musyrikin itu mengakui Allah adalah tunggal (esa) dalam penciptaan langit dan bumi matahari dan bulan, memperjalankan siang dan malam dan Dialah yang Mencipta, memberi rezeki kepada hambaNya ada di antara mereka yang kaya dan ada yang miskin, Dialah yang mengetahui apa yang patut bagi hamba-hambaNya, siapa yang berhak jadi kaya dan siapa yang berhak menjadi miskin, Dia menyatakan Dialah yang berkuasa mutlak dalam penciptaan makhluk yang Esa dalam pentadbirannya jika demikian keadaannya maka kenapa mereka menyembah selainNya? bertawakkal kepada selainNya? Maka seperti Dia Esa dalam kerajaanNya maka hendaklah Di Esakan dalam ibadah kepadaNya dan kebanyakan taqrir (penetapan) Allah Taala berkenaan Ilahiyah adalah dengan pengakuan terhadap rububiyah karana kaum musyrikin mengaku dengannya (tauhid rububiyah)." (Tafsir Al-'Azhim, 6/294)

Imam At-Tobari berkata:

بل أكثر هؤلاء المشركين بالله لا يعقلون ما لهم فيه النفع من أمر دينهم، وما فيه الضرّ، فهم لجهلهم يحسبون أنهم لعبادتهم الآلهة دون الله، ينالون بها عند الله زُلْفة وقربة، ولا يعلمون أنهم بذلك هالكون، مستوجبون الخلود في النار

Maksudnya: "Bahkan kebanyakan mereka yang musyrik ini tidak memahami apa yang berfaedah dalam urusan agama mereka dan apa yang mudarat, maka mereka karana kejahilan  menyangka sembahan mereka terhadap tuhan-tuhan selain Allah, mereka akan mendapat kedudukan yang dekat dengan Allah dan mereka tidak tahu dengan tindakan mereka itu akan memusnahkan mereka dan mendapat kekekalan dalam neraka". (Jami' Al-Bayan, 20/59)

Kalau kamu benar-benar pandai dalam ilmu tafsir, maka jangan tafsir secara femahaman sendiri.  lhat apa yang ditafsirkan oleh ulama. Jangan potong-potong. Rasulullah bersabda:

مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Maksudnya: "Barangsiapa yang berkata tentang Al-Quran dengan pendapatnya sendiri, maka telah siap tempatnya di dalam neraka." (HR Tirmizi) 

Lebih jelas Imam Ibn Katsir berkata:

المشركين كانوا يعترفون بأن الله هو الخالق للأشياء كلها، ومع هذا يعبدون معه غيره،

Maksudnya: "Kaum musyrikin mengakui bahwa Allah adalah pencipta sekalian makhluk tetapi pada waktu yang sama menyembah selainNya". (Tafsir Al-'Azhim, 7/100) 

Imam Baghawi berkata:

قال قتادة: وذلك أنهم إذا قيل لهم: من ربكم، ومن خلقكم، ومن خلق السموات والأرض؟ قالوا: الله، فيقال لهم: فما معنى عبادتكم الأوثان؟ قالوا: ليقربونا إلى الله زلفى، أي: قربى، وهو اسم أقيم في مقام المصدر: كأنه قال: إلا ليقربونا إلى الله تقريبًا ويشفعوا لنا عند الله،

Maksudnya: "Berkata Qatadah: demikian itu karana adalah mereka (kaum musyrikin) apabila ditanya kepada mereka: Siapakah Rabb kamu, siapa yang mencipta kamu dan mencipta langit2 dan bumi? mereka menjawab: Allah, maka dikatakan kepada mereka: Maka apakah makna kamu menyembah berhala? Jawab mereka: Untuk mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya (zulfa) iaitu lah isim yang diletakkan pada tempat masdar seperti dikatakan : melainkan untuk mendekatkan kami keadap Allah sedekat-dekatnya dan memberi syafaat kepada kami di sisi Allah". (Tafsir al-Bagahawi, 7/108)

Bacalah tafsir-tafsir ulama itu semua..
Kamu pandai saja menukilkan perkataan-perkataan Muhammad Abdul Wahab, tapi tidak mengerti keadaan ketika itu bagaimana. Berkenaan meminta bantuan dari segi keselamatan orang yang hidup sekadar yang dia mampu, ini kes lain. Ini secara fitrahnya manusia memang perlu akan bantuan . 

Firman Allah:

"Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu." (Al-Qasas: 15)

Bahkan pembahagian istighatsah ini terdapat juga dalam syarah kasyf Asy-Syubhat oleh Syeikh Utsaimin. 

Komentar:
Kamu berkata:- saya harap kamu baca perkataan ibn katsir dan at-Tobari  

Ibn Katsir berkata:

يقول تعالى مقررا أنه لا إله إلا هو؛ لأن المشركين -الذين يعبدون معه غيره -معترفون أنه المستقل بخلق السموات والأرض والشمس والقمر، وتسخير الليل والنهار، وأنه الخالق الرازق لعباده، ومقدر آجالهم، واختلافها واختلاف أرزاقهم ففاوت بينهم، فمنهم الغني والفقير، وهو العليم بما يصلح كُلا منهم، ومَنْ يستحق الغنى ممن يستحق الفقر، فذكر أنه المستبدُّ بخلق الأشياء المتفرد بتدبيرها، فإذا كان الأمر كذلك فلم يُعبد غيره؟ ولم يتوكل على غيره؟ فكما أنه الواحد في ملكه فليكن الواحد في عبادته، وكثيرًا ما يقرر تعالى مقام الإلهية 
بالاعتراف بتوحيد الربوبية. وقد كان المشركون يعترفون بذلك، كما كانوا يقولون في تلبيتهم: "لبيك لا شريك لك، إلا شريكا هو لك، تملكه وما ملك

Maksudnya: "Allah Taala memberitahu menegaskan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia karana kaum musyrikin itu mengakui Allah adalah tunggal (esa) dalam penciptaan langit dan bumi matahari dan bulan, memperjalankan siang dan malam dan Dialah yang Mencipta, memberi rezeki kepada hambaNya ada di antara mereka yang kaya dan ada yang miskin, Dialah yang mengetahui apa yang patut bagi hamba-hambaNya, siapa yang berhak jadi kaya dan siapa yang berhak menjadi miskin, Dia menyatakan Dialah yang berkuasa mutlak dalam penciptaan makhluk yang Esa dalam pentadbirannya jika demikian keadaannya maka kenapa mereka menyembah selainNya? bertawakkal kepada selainNya? Maka seperti Dia Esa dalam kerajaanNya maka hendaklah Di Esakan dalam ibadah kepadaNya dan kebanyakan taqrir (penetapan) Allah Taala berkenaan Ilahiyah adalah dengan pengakuan terhadap rububiyah karana kaum musyrikin mengaku dengannya (tauhid rububiyah)." (Tafsir Al-'Azhim, 6/294)
Jawapan saya:- Kaum musyrikin mana?? apa ada di indonesia seperti itu? 
Saya dah bahas rentang pasal ibn Kathir. Memang dia murid ibn Taimiyyah. So what? Kamu tak baca jawapan saya nampaknya.  Sekurang2nya apakah Ibn Kathir menafikan tauhid uluhiyyah daripada Al-Asya'irah sama halnya Ibn taimiyyah. Saya tantang kamu tanya semua hindu dan buddha . Apa jawapan mereka ketika di tanya siapa pencipta langit bumi ?
Kamu berkata: Imam At-Tobari berkata:

بل أكثر هؤلاء المشركين بالله لا يعقلون ما لهم فيه النفع من أمر دينهم، وما فيه الضرّ، فهم لجهلهم يحسبون أنهم لعبادتهم الآلهة دون الله، ينالون بها عند الله زُلْفة وقربة، ولا يعلمون أنهم بذلك هالكون، مستوجبون الخلود في النار

Maksudnya: "Bahkan kebanyakan mereka yang musyrik ini tidak memahami apa yang berfaedah dalam urusan agama mereka dan apa yang mudarat, maka mereka karana kejahilan  menyangka sembahan mereka terhadap tuhan-tuhan selain Allah, mereka akan mendapat kedudukan yang dekat dengan Allah dan mereka tidak tahu dengan tindakan mereka itu akan memusnahkan mereka dan mendapat kekekalan dalam neraka". (Jami' Al-Bayan, 20/59)
Jawaban saya:-
So what? apakah Dalam text ini apakah ada petunjuk tentang tauhid rububiyyah. Yang ada dalam perkataan At-Tabari: "kebanyakan mereka yang musyrik ini tidak memahami apa yang berfaedah dalam urusan agama mereka dan apa yang mudarat..."
Pertama: "Imam At-Tabari berkata: kebanyakkan mereka. bukan semuanya. Inilah yg saya maksudkan. tidak  semua musyrikin bertauhid rububiyyah.
Kedua: Imam At-Tabari kata: "...tidak memahami apa yang berfaedah dalam urusan agama mereka dan apa yang mudarat..." So, tak ada perkataan beliau bahas makna tauhid rububiyyah di sini. Ok. Selesailah maknanya, kamu nukil tak sampai maksudnya (memang selalu gitu. anda cuma Ghairah menukil aje)
Adapun perkataan:" mereka menyangka sembahan mereka terhadap tuhan-tuhan selain Allah ,itu akan membuat mereka mendapat kedudukan yang dekat dengan Allah dan mereka tidak tahu dengan tindakan mereka itu akan memusnahkan dan mendapat kekekalan dalam neraka"... Ini memang syirik Uluhiyyah, tapi tak ada maksud tauhid rububiyyah dalam ayat ini. Ok. di Antara nukilan2 kamu yg inipun tidak sampai maksud lagi. Alhamdulillah. Tak perlu jawab. Orang yang pandai membaca makin tahu cara kamu berhujah.
Kamu berkata:-
 Kalau kamu benar-benar pandai dalam ilmu tafsir, maka jangan tafsir secara femahaman sendiri.  lhat apa yang ditafsirkan oleh ulama. Jangan potong-potong. Rasulullah bersabda:

مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Maksudnya: "Barangsiapa yang berkata tentang Al-Quran dengan pendapatnya sendiri, maka telah siap tempatnya di dalam neraka." (HR Tirmizi)
Jawaban saya:-
Itu kamu menggunakan hadith yg tak sampai maksudnya. tafsir itu ada dua jenis, bil ma'thur dan bil ra'yi. Para ulama' tafsir hatta Imam Ibn Kathir juga ada mentafsir dengan pendapat sendiri. kamu terus saje memberi nukilan tanpa sampai pada maksud. Pendapat ulama' pun sebagiannya adalah pendapat mereka sendiri wahai saudara.pintr anda merujuk tafsir ulama'  Kalam fi wadin wa al-maqsud fi wadin. masya Allah. Alhamdulillah kalau kamu ni memang selalu rujuk ulama'2 walaupun sekadar satu dua saja.
Hatta saya pun tidak nukilkan pendapat saya sendiri. Memang Al-Qur'an itu berbicara mengikut konteks. Itulah di antara manhaj berinteraksi dengan Al-Qur'an. Bacalah kitab2 ulum qur'an yg muktabar. Nanti kamu jumpai hal itu.
Pertama saya tegaskan: Kebanyakkan ayat yg bercerita tentang pertanyaan kepada musyrikin Makkah, oleh Rasulullah s.a.w. adalah terbatas kepada musyrikin Makkah berdasarkan petunjuk2nya. Ape yang salah di sini? kalau wahabi2 mau mengumumkan ayat itu kepada seluruh musyrikin dan orang kafir seluruh dunia, itu  tidak pas. 
Menurut sebagian ulama', lafaz qul dan sa'alta dalam AL QURAN itu adalah khusus kepada Rasulullah s.a.w.. Apa salah faham SEmacam nie? ya Allah wahabi nie. MEmahami Al-Qur'an dengan caranya sendiri.
Kamu berkata:-
 Lebih jelas Imam Ibn Katsir berkata:

المشركين كانوا يعترفون بأن الله هو الخالق للأشياء كلها، ومع هذا يعبدون معه غيره،

Maksudnya: "Kaum musyrikin mengakui bahwa Allah adalah pencipta sekalian makhluk tetapi pada waktu yang sama menyembah selainNya". (Tafsir Al-'Azhim, 7/100) 
Jawaban saya :-
Memang jelas. So what? Kamu yg tak jelas. Siapa musyrikin menurut Ibn Kathir itu? Buddha? Hindu? Zoroster? 
Bacalah baik baik2, ciri2 musyrikin dalam tafsiran Ibn Kathir: "Kaum musyrikin..." Persoalannya... musyrikin mana? Musyrikin Makkah atau seluruh musyrikin di dunia termasuk Buddha, Hindu dan sebagainya?
Jawabannya ada dalam perkataan Ibn Kathir sendiri:-
"...adalah mengakui bahwa Allah adalah pencipta sekalian makhluk tetapi  pada waktu yang sama mereka menyembah selainNya..."
Cuba fahami perkataan ini: "menyembah selainNya..."
ini terjemahan kamu. Salah tu.. Betul ke terjemahan kamu itu sampai kepada maksud asal perkataan Ibn Kathir "ومع هذا يعبدون معه غيره"
ومع هذا maknanya walau bagaimanapun/tetapi pada waktu yang sama, dan sebagainya.  
يعبدون معه غيره  bagaimana terjemahan yg betul? Ini terjemahan kamu: "menyembah selainNya..." Ada satu lafaz yg kamu tidak di terjemah, apa tak tahu atau memang sengaja (dgn kelicikan utk sembunyikan sesuatu) atau tidak sengaja. Apa lafaz yg kamu tidak terjemahkan lalu membiarkan terjemahan itu tergantung lalu membawa kepada makna umum?
Lafaz معه kamu tidak terjemah. Apa alasan saudara? Sedangkan lafaz itulah yg memberi femahaman pada kita siapa musyrikin yg dimaksudkan oleh Ibn Kathir.
Makna keseluruhan lafaz Ibn Kathir: "يعبدون معه غيره" "...mereka (musyrikin) menyembah berserta ALLAH kepada selain ALLAH"
Maknanya, orang musyrikin yg dimaksudkan oleh Ibn Kathir dalam tafsir ayat ini adalah mereka yg menyembah ALLAH dan pada saat yang sama menyembah tuhan2 lain. Ini jenis kesyirikan yg dilakukan oleh Musyrikin Makkah.
Adapun Hindu,itu juga musyrikin, tetapi kesyirikan mereka bukan "menyembah ALLAH dan juga dengan tuhan2 lain". Mereka langsung tidak menyembah tuhan yg namanya ALLAH. Mereka sembah Brahma, tuhan pencipta, Shiva tuhan pentadbir dan Wishnu tuhan pemusnah. Setiap tuhan ada isteri masing2 (begitulah lebih kurang). Di mana tauhid rububiyyah? di mana menyembah berserta Allah sedangkan mrk secara langsung tidak menyembah Allah?
Jadi, hatta tafsiran Ibn Kathir terhadap ayt yg disangka wahabi sebagai tauhid rububiyyah hanya melibatkan musyrikin Makkah (yg hampir tidak ada lagi di dunia ini). Apa lagi di indonesia? Saya pn tk tahu apakah kamu tak sengaja utk tidak menterjemah perkataan "ma'ahu" atau memang ada maksud utk sembunyikan sesuatu atau menukilkan terjemahan daripada orang yang sembunyikan sesuatu, atau... atau. Kita baik sangkalah, Mungkin tak sengaja. Tapi sebab byk yang tak sengaja maka bikin Malu org lain yang baca nanti. Allahumma usturna ya Rabb.
Kamu berkata:- Imam Baghawi berkata:

قال قتادة: وذلك أنهم إذا قيل لهم: من ربكم، ومن خلقكم، ومن خلق السموات والأرض؟ قالوا: الله، فيقال لهم: فما معنى عبادتكم الأوثان؟ قالوا: ليقربونا إلى الله زلفى، أي: قربى، وهو اسم أقيم في مقام المصدر: كأنه قال: إلا ليقربونا إلى الله تقريبًا ويشفعوا لنا عند الله،

Maksudnya: "Berkata Qatadah: demikian itu karana adalah mereka (kaum musyrikin) apabila ditanya kepada mereka: Siapakah Rabb kamu, siapa yang mencipta kamu dan mencipta langit2 dan bumi? mereka menjawab: Allah, maka dikatakan kepada mereka: Maka apakah makna kamu menyembah berhala? Jawab mereka: Untuk mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya (zulfa) iaitu lah isim yang diletakkan pada tempat masdar seperti dikatakan : melainkan untuk mendekatkan kami keadap Allah sedekat-dekatnya dan memberi syafaat kepada kami di sisi Allah". (Tafsir al-Bagahawi, 7/108)
Jawaban saya: 
Masih sama. Ayat ini sedikit pun tidak merujuk kepada orang2 kafir yang lain di dunia kecuali musyrikin Makkah. Baca pernyataan ini: "Untuk mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya (zulfa) itu adalah isim yang diletakkan pada tempat masdar seperti dikatakan : melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya dan memberi syafaat kepada kami di sisi Allah".
Ini juga adalah jenis sembahan musyrikin Makkah. Bukan orang2 kafir lain d seluruh dunia. Tidak ada orang hindu menyembah brahma dengan sebab untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tiada org buddha menyembah patung2 mereka utk mendekatkan diri kepada Allah. Kamu yang lari daripada realitas ini utk faham yang tebatas ini. Zaman dahulu dimaafkanlah, kalau Ibn Taimiyyah berkata semua orang kafir semacam dan sama dgn musyrikin Makkah,wajar karena Zaman tu tak ada internet. Dia pun hidup di Syria. Muhammad Abdul Wahab pun lainlah. Duduk di Najad. Tak ada Buddha hindu di sana. Itu yg difahami oleh kalian bahwa tauhid rububiyyah utk semua orang kafir,padahal. Banyak org kafir tak bertauhid rububiyyah 
Kamu pergilah tanya orang2 kafir di sekeliling kamu. orang2 musyrik yg pagan. Cuba tanya, mereka menyembah berhala itu apa untuk dekatkan diri kepada Allah? Cuba tanya ada mereka bertauhid rububiyyah kah? kalau ada, seorang pun, alhamdulillah.
Kamu berkata:-
Bacalah tafsir-tafsir ulama tersebut semua.. 
Jawaban saya :-
Siapa ulama' itu ? Imam At-Tabari? Tak ada perkataan beliau bahwa semua musyrikin dalam dunia ini brtauhid dgn tauhid rububiyyah. Imam Ibn Kathir? Dia tujukan kpd musyrikin yg menyembah ALLAH dan menjadikan tuhan2 lain di samping Allah sebagai tuhan. Ini pn penyembahan musyrikin makkah saja. Imam Al-Baidhowi? berdasarkan nukilannya pun, merujuk kepada musyrikin Makkah yg menyembah tuhan lain utk dekatkan diri kepada Allah. Kalau tanya kebanyakkan orang hind, , mrk tak akan berkata menyemmbah tuhan2 utk mendekatkan diri dengan ALLAH.
Orang arab Jahiliyyah mmg kenal nama Allah. bersumpah pun dengan nama ALlah. agama asal moyang mereka pun masih lagi tauhid. Berbeda dgn kesyirikan hindu yg  ada hanya konsep menyembah brahma, wishnu da shiva utk dekatkan diri kepada ALLAH. di mana Allah di sisi mereka.??? tuhan pencipta bukan Allah menurut mereka. tuhan pentadbir bukan Allah menurut mereka, dan tuhan pemusnah pun bukan Allah  menurut mereka. So, mana tauhid rububiyyah? Maknanya, tidak semua musyrikin bertauhid rububiyyah. Hatta hampir tidak ada musyrikin yg bertauhid rububiyyah di indonesia.  mau di bawa kemana tauhid tiga di nie?  mau kafirkan Asya'irah ?
Memang benar ayat "tauhid rububiyyah" ( menurut sebagian kelompok) kebanyakkan menceritakan khusus tentang musyrikin makkah.
Saya  kasih tau tafsir-tafsir lain yg lebih jelas jangan me rujuk kpd satu saja , ayat yg kamu gunakan iaitu surah yunus: 31 (cukup satu dulu ):-

ini ayatnya:- 

{ قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وٱلأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَيَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ }

Siapa qul dalam ayat ini? Adakah khusus atau umum? kepada siapa ditujukan pertanyaan ini? Nah, baca tafsir2 ulama' lain sama tidak.
ini di antara tafsirannya:-
Imam Muqatil bin Sulaiman (150 H) mentafsirkan ayat ini:-
قُلْ )) لكفار قريش،))
Firman Allah: "Katakanlah" kepada orang-orang kafir Quraisy (rujuk tafsir Muqatil bin Sulaiman dalam tafsiran ayat ini)
Kata beliau lagi:-

{ فَسَيَقُولُونَ } ، فسيقول مشركو قريش: { ٱللَّهُ } يفعل ذلك، فإذا أقروا بذلك،
((Maka mereka akan berkata)) maka musyrikin makkah akan berkata.. ((Allah)) yg melakukan perbuatan tersebut (mentadbir alam sebagaimana disebutkan dalam ayat itu) maka mereka mengakui yang demikian..." (ibid)
Jelaslah menurut Muqatil yng merupakan salaf mentafsirkan musyrikin di sini sebagai musyrikin Makkah. So, bukankah saya lebih salaf dari kamu yg ikut Ibn Taimiyyah yg bukan salaf (hidup zaman salaf) . Saya pun merujuk tafsir bukan kamu saja yang me rujuk tafsir.
Imam At-Tabrani (360 H) juga antara mufassir yg berada di penghujung zaman salafus-soleh berkata dalam ayat ini dalam At-Tafsir Al-Kabir:-

قَوْلُهُ تَعَالَى: { قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ }؛ أي قل لكفَّار مكَّة
Firman Allah s.w.t. ((Katakanlah siapa yang memberi rezeki dari langit...)) iaitu: katakanlah kepada orang-orang kafir Makkah... (rujuk tafsir tersebut dalam ayat tersebut)
Imam As-Samarqandi (375 H) berkata dalam tafsir Bahr Al-'Ulum:-

{ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ } الشرك فتوحدونه إذ تعلمون أن لا يقدر أحد أن يفعل هذه الأشياء إلا الله تبارك وتعالى. 
((Katakanlah tidakkah kamu takut)) terhadap kesyirikan kamu maka kamu bertauhidkanNya (tak berkata pun mrk dah bertauhid rububiyyah) tatkala kamu tau (tau itu berbeda dengan iman, apatah lagi  tauhid) bahwasanya tiada yg mampu melakukan semua itu kecuali Allah s.w.t..." 
Perkataan beliau lagi pada ayat-ayat seterusnya:-

فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ } يعني فمن أين تمتنعون عن الإيمان بالله.
((mengapa kamu (musyrikin) berpaling)) dari mana (sebab) yang menghalang kamu untuk "beriman kepada Allah"..." Maknanya, musyrikin makkah walaupun tahu hanya Allah yang mentadbir, tetapi masih menganggap tuhan2 lain memiliki kuasa sampingan dan sebagainya. Sebab itulah, ia menafikan keimanan dan tauhid mrk kepada Allah. Imam As-Samarqandi sendiri menjelaskan mereka tak beriman. Tidak beriman, apatah lagi bertauhid? Mkna, mereka sekedar mengaku tau tetapi tidak beriman ataupun mendustai dngn lidah mereka. Itu tafsiran sebagian ulama'. Yg penting, saya rujuk juga tafsiran2 ulama'2 lain.
Imam Al-Fairuzabadi (817 H) berkata dalam tafsir Al-Qur'an pada surah yunus 31 ini:-
{ قُلْ } يا محمد لكفار أهل مكة
((Katakanlah)) wahai Muhammad kepada orang-orang kafir ahli makkah..." 
Ini bukan saya yang berkata. dah tiga ulama' besar berkata, fokus2 ayat itu kepada musyrikin makkah. Bukan tafsiran saya. kamu yg mesti banyak membaca lagi. seperti saya tahu tafsiran Ibn taimiyyah dan taimiyyun dalam ayat ini, saya juga baca tafsiran ulama'2 lain yg lebih muktabar daripada taimiyyun.
Maknanya, ulama'2 ini secara jelas memahami konteks2 ayat ini. Jadi, mereka tidak memahami keumuman musyrikin dalam ayat ini merangkum semua musyrikin dalam dunia termasuk buddha, hindu dan sebagainya. Saya setuju dgn mereka berdasarkan pengalaman kita  realitasnya mmg musyrikin di kita tida tauhid rububiyyah .  Hujah2 kamu tidak dapat membatalkan hujah2 yg saya pegang daripada pengangan majoritias ulama' muktabar.
Kamu berkata:-
Berkenaan tawassul itu bacalah kitab "At-Tawassul" karya syeikh Al-Albani. Bisa download di sini:http://www.saaid.net/book/jass.php?id=143&data=http://www.saaid.net/book/138.zip
Jawaban saya: 
Apa sebabnya saya mesti rujuk Al-Albani? Banyak ulama' lain yang bisa saya rujuk? Kamu pn luaskanlah  bacaan. Sedikit2, AlAlbani, Ben Baz, Ibn Uthaimin dan rakan2nya.apa cuma Itu saja  ulama' dalam dunia Islam nie? Na'uzubillah min ta'assub. (jgn risau, saya dah rujuk sebagian kitab2 Alalbani dan bisa di dapati sebagian kesalahannya, alhamdulillah Tp bukan di sini perbahasannya. Syukran atas saranan). Saya tantang kamu baca kitab Syawahidul Haq dulu 
Saya dah baca dan terlibat dalam forum2 wahabi arabic khususnya. Jadi saya dah tahu tawassul menurut wahabi. Terima kasih atas saranan kamu ya. Kamu pn luaskanlah bacaan. Insya Allah kita sama2 luaskan bacaan supaya tak ta'assub. Amiin. 
Kamu berkata:-
Kamu pandai menukilkan perkataan-perkataan Muhammad Abdul Wahab, tapi tidak mengerti keadaan pada ketika itu bagaimana. 
Jawaban saya:- 
"Kamu pun tidak tahu. Kalau anda faham keadaan zaman Muhammad Abdul Wahab dgn membaca tafsiran Muhammad Abdul Wahab, dengan cara dia. Itu memang tidak adil. Contohnya: "Si W membunuh orang. Bila ditangkap, utk membebaskan diri, si W pinter, dia bunuh orang sebab orng tu mau bunuh kita. Hanya dgn percya perkataan si W, tanpa ada bukti yg dibunuh,  maka penyataan si W itu tidak boleh diterima. Akhirnya semua orang yang berdusta dipercayai. mana bisa"
Kamu pn faham zaman Muhammad Abdul Wahab hanya dgn tulisan dia. Coba baca tulisan2 ulama'2 sezaman dengannya yg menulis keburukan dan fitnah Muhammad Abdul Wahab kepad umat zaman itu, jelas kejelekannya. Ini, bila ulama' zaman Ibn Abdil Wahab menghentamnya, malah dituduh  itu fitnah. Sedangkan yg membunuh muslimin di katakan sebagai pejuang. Itu ta'asub namanya. Baca dua2 belah pihak. MAW. Ayah, saudara kandung, guru2 nya pun menolak dia. Apa cerita? Ulama'2 muktabar zaman dia dan selepasnya pun meng kritik dia. 
Bacalah buku2 lain ye. Kalau Muhammad Abdul Wahab tidak membuat kesalah, ulama'2  juga punya sebab mengkritik. Ini tidak. Yg kritik itu malah di sebut fitnah. Yg membunuh sesama muslim (kononnya membuat syirik) itu sunnah? 
Na'uzubillah min ta'assub al-juhhal. 
mesti kamu suruh saya baca buku2 wahabi yg membela muhamamad abdul wahab kan? Dah saya baca Jgn risau. Tapi tak mampu utk menutup siapa sebenarnya Muhammad Abdul Wahab berdasarkan kitab2 yg menolaknya yg kamu pn belum membaca (tapi seperti terbuka/open minded)
Kamu berkata:-
Berkenaan meminta bantuan dari segi keselamatan orang yang hidup sekedar yang dia mampu, ini kes lain. Ini secara fitrahnya manusia memang perlu bantuan . 

Firman Allah:

"Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu." (Al-Qasas: 15)
Jawapan saya:- 
Itulah kesalahan kamu.  kamu fikir dan gunakan ayat yg lebih tepat. Kamu yg globalkan ucapan kamu. Bukan saya. 
Kamu yg berkata: "...meminta (istighatsah dan isti'anah) kepada selain ALlah, ini jelas menggugurkan uluhiyyahnya" Ini kan umum. Lain kali hati2 berkata. Semua orang faham daripada perkataan kamu ini, kamu mengumumkan "lafaz minta tolong" 
Kamu berkata:-
Bahkan pembagian istighatsah ini terdapat juga dalam syarah kasyf Asy-Syubhat oleh Syeikh Utsaimin. 
Jawaban saya:
Baik kamulah yg baca pembagian tu . Kamu yg salah dalam bab nie. Saya dah khatam baca buku tu. Yg arab pn sudah. Yg terjemahan indonesia.. hm,, belum lg. Kenapa  baca buku di ? Ulama'2 lain pn banyak bahas yg lebih berdasar nas dan lebih tepat lagi. 
Bagi saya: Buat apa me rujuk Ibn Uthaimin (bukan Uthaimin)? Kamu mau rujuk dia, silahkan rujuklah. Dia mengeluarkan Imam An-Nawawi (yg mensyarahkan sahih Muslim) dan Imam Ibn Hajar (yang mensyarah sahih Al-Bukhari) dari kelompok ahlus sunnah. Na'uzubillahlah saya tidak mau merujuk orang semacam ini  itu syarah kitab hadith Astaghfirullah... 
Kamu mau merujuknya, silakanlah. Saya tidak melarang. Mmg itu saja buku2 yg kamu suka  
Kamu berkata:-
Saya menulis di sini untuk menjelaskan menyampaikan hujah, namun saya hanya menyampaikan
saja. Wallahua'lam
Jawaban saya:
Pertama:   Maaf. Mungkin hujah kamu terlalu tinggi Atau tak  layak bagi saya . Maafkan saya. Saya mungkin  tidak  mampu memahami cara kamu berhujah
Sampaikanlah. Orang2 sesat pun (bukan kamu ) atas dasar menyampaikn mrk akan berkata sesatkan org lain. iTulah maksud dhollu fa adhollu. Kamu bukanlah. Orang lain. Semua orang berhujah " kami hanya menympaikan". Tp kalau bagi saya itu tidak sesuai utk disampaikan,
Wahabi berkata: mungkin kamu belum pernah belajar kaedah "al-Lafzi la bi khusus al-Sabab".. Kamu ni mmg pandai membuat keliru ... nampaknya orang selain arab itu yang gada syirik.. dan orang hindu kalau gitu tak perlu masuk Islam??? Terima kasih kerana sudi berhujah.. saya mohon maaf atas kekasaran bahasa... Semoga Allah memberi petunjukNya kepada kita semua. Wallahua'lam..
 Komentar: 
:) org hindu dan sebagainya perlu masuk Islam. Tapi tidak ada kaitannya dengn tauhid rububiyyah. Org kafir yg bertauhid rububiyyah pun disuruh masuk Islam berdasarkan ayat2 lain yg mengajak kepada Islam dalam bentuk umum dan ancaman neraka bagi mrk yg tidak mememluk Islam. Sbb itulah bagi majoritas ulama' Islam, Rasulullah s.a.w. mengajak seluruh manusia kepada semua jenis tauhid, bukan sekadar tauhid uluhiyyah saja. Bagi musyrikin (Hindu, Buddha dan sebagainya) yg tidak bertauhid rububiyyah, maka Islam mengajak kpd tauhid rububiyyah dan uluhiyyah sekaligus. Tidak dipisahkan. Jadi, bukan karena sebab, dengan menafikan tauhid rububiyyah daripada Buddha dan Hindu, sama dengan menafikan mereka sebagai syirik. Justeru, mereka lebih syirik daripada Musyrikin Makkah yg tahu rububiyyah Allah. Itu maksud saya.
Kaedahnya "Al-Ibrah bi umum al-lafz la bi khusus As-Sabab", itu maksud kamu, mungkin. Buka kembali kitab2 ulum Al-Qur'an dan lihat dhowabit (kerangka) utk kaedah itu. Setiap kaedah tidak digunakan kepada setiap ayat-ayat Al-Qur'an. Ada ayat yg umum ttpi maknanya khusus (aam makhsus). Ada ayat yg khusus tapi maknanya umum (ta'mim al-khas), ada ayat yg khusus di tetapkan kekhususannya, ada yng umum dan ditetapkan keumumannya, ada yang mutlak (tanpa bergantung kepada keterikatan seprti asbab nuzul dan sebagainya) dan ada yang muqoyyad (terikat dengan sesuatu keterikatan konteks) dan sebagainya. Inilah kaedah2 dalam ulum AL-Qur'an.  
Terima kasih dengan adab muamalah saudara yang cukup mengagumkan saya. Saya banyak belajar adab dari saudara yg berlapang dada dalam berbincang dan sudi mmpamerkan qudwah dalam berbincang. Sekurang-kurangnya, adab hiwar inilah adab salafus-soleh, yg beradab sesama mereka dalam berbincang.   Maafkan kekurangan diri saya, kekasaran bahasa dan maafkan segala salah  saya.
Semoga Allah s.w.t. memberi petunjukNya kepada kita semua. Semoga Allah s.w.t. memberkati ukhuwwah yang terjalin dalam sesama muslimin. Amiin...
Terima kasih.
 

Kesimpulannya:


Mau mengajak kepada tauhid, baguslah. Tidak akan ada yang kritik. mau gunakan tauhid tiga pun utk memahami Allah (kalau bisa), silakan lah. Walaupun tauhid tiga itu di sini tidak waqi'e;terjadi. Ibn Taimiyyah sibuk berkata orang musyrik tauhid rububiyyah, tu musyrikin mana? Kan itu  musyrik Makkah.  di kita mana ada musyrik makkah. Orang2 kafir di kita tidak bertauhid rububiyyah. sebaiknya cari pembahasan tauhid yg lain.
Hindu percaya kepada Brahma, Wishu dan Shiva. SO, tak ada tauhid rububiyyah pada mereka. Buddha percaya bermacam2 tuhan. Lebih lagi tidak adanya tauhid rububiyyah. Kristian juga tidak menyembah Jesus utk mendekatkn diri kepada Allah, tp mereka anggap Jesus sebagian daripada zat Tuhan. Bukan tauhid rububiyyah juga. Athies yg tak percaya tuhan lagi itu pun tidak bertauhid rububiyyah. 
Adapun fitrah manusia atas rasa wujud Allah dan keagunganNya, itu namanya fitrah. Tauhid itu lain dengan Fitrah yang membawa kepada isyarat tauhid juga lain lagi. Rasulullah s.a.w. pun tidak menyebutkan dalam hadith fitrah, bahwa setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan tauhid rububiyyah. Takda hadith gitu. Yang ada hadith anak adam dilahirkan dalam fitrah.
So, siapa yg bertauhid rububiyyah tapi tak bertauhid uluhiyyah di indonesia? Jangan berkata: Al-Asya'irah  .... nanti panjang pula ceritanya.
Kalau masih mau juga tauhid tiga, silakanlah. Kritikan bukanlah bermaksud menoolak mentah-mentah atau mengeluarkan org yg bertauhid dgn tauhid tiga ini daripada agama atau menganggap mereka sesat. Hasya wa kalla,
So, jadilah muslim yang baik. Kalau tak terlibat dengan takfir, baguslah. Janganlah takfir2 (ini nasihat umum. Tak khusus kepada seseorang). Janganlah tabdi'e2 dlm maslalah khilafiyyah. Makin  nampak kejahilan nanti. Mudah2n Allah s.w.t. selamatkan kita semua daripada extrim takrfir.
Apa pun, saya cuma minta dua dalil yg shorih dari Al-Qur'an dan As-Sunnah:-
-ayat-ayat atau hadith yang mengatakan Al-Asya'irah (mutakallimun lain) tidak bertauhid uluhiyyah secara shorih
-ayat-ayat yg kata Abu Jahal dan Abu Lahab lebih bertauhid daripada orang islam yng bertawassul

Wahabi berkata: 
Kelicikan???/ yang mana kelicikan? Sungguh saudara seolah-olah mendustakan ayat-ayat Al-Quran yang banyak saya nuqilkan sebelum nya. mamang mereka orang2 musyrikin itu, mengakui kerububiyahan Allah. Ayat itu bukan saja kepada orang2 musyrikin mekah tetapi kepada kebanyakan agama di seluruh dunia ini. Walaupun mereka beriktiqad ada banyak tuhan namun di hati mereka percaya yang mencipta, mentadbir ini, pasti hanya ada satu. Ayat-ayat berkenaan ini sangat banyak dalam Al-Quran.

Orang yang paling terkenal tidak mengakui pencipta alam ini ialah Firaun, sedangkan dalam batinnya sebenarnya meyakini pencipta alam yang sebenarnya. Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Musa a.s. kepadanya:

Maksudnya: "Nabi Musa menjawab. Dia lah yang memiliki dan mentadbirkan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya, - kalaulah kamu mau mendapat keyakinan dengan berdalil maka inilah jalannya". Firaun berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya: "Tidakkah kamu dengar (Apa yang dikatakan olehnya)?" Nabi Musa menegaskan lagi: "Dia lah Tuhan yang memiliki dan memelihara kamu dan Tuhan datuk nenek kamu yang telah lalu." Firaun berkata (kepada orang-orangnya): "Sebenarnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini, sungguh gila?" Nabi Musa (menerangkan lagi tentang keesaan Allah dan kekuasaannya dengan) berkata: "Dia lah yang memiliki dan menguasai timur dan barat serta segala yang ada di antara keduanya; kalau kamu orang-orang yang berakal tentulah memahamiNya!" (Asy-Syu’ara: 24-28) 

Firman Allah lagi:


Maksudnya: “Nabi Musa menjawab: "Sebenarnya engkau (hai Firaun) telah mengetahui: tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat ini melainkan Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi, sebagai bukti-bukti yang menerangkan kebenaran; dan sebenarnya aku fikir, engkau hai Firaun, akan binasa". (Al-Israa: 102)

 firman Allah:

Maksudnya: “Bertanyalah kepada mereka (yang musyrik itu): "Siapakah yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? dan siapakah yang mengeluarkan makhluk yang hidup dari benda yang mati, dan mengeluarkan benda yang mati dari makhluk yang hidup? Dan siapakah pula yang mentadbirkan urusan sekalian alam? "(Dengan pertanyaan-pertanyaan itu) maka mereka (yang musyrik) tetap akan menjawab (mengakui) dengan berkata: "Allah jualah yang menguasai segala-galanya! "Oleh itu, katakanlah: "(Jika kamu mengakui yang demikian), maka mengapa kamu tidak mau bertaqwa?” (Yunus: 31)

Jelas di sini mereka (orang-orang musyrikin) mengakui Allah yang memberi rezeki, menguasai pendengaran dan penglihatan, menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, mentadbir sekalian alam, dan menguasai segala-galanya. Siapa yang berkata ini? Jangan kata ayat ini hanya dituju kepada zaman nabi saja. Bahkan ayat ini sesuai sepanjang zaman selagi Al-Quran belum di angkat oleh Allah Ta'ala. 
Bahkan kita maklum agama berhala ini berasal dari zaman Nabi Nuh yang merupakan orang2 soleh yang telah lama meninggal sehingga mereka membuat patung2 mereka dan menyembahnya dengan tujuan mendekatkan diri.

Ibn Abbas meriwayatkan:

"Nama-nama ini (Wad, Suwa', Yaghuts, Ya'uqh, dan Nasr) adalah lelaki soleh di kalangan kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, lalu syaitan membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuatkan patung-patung yang diletakkan di majlis-majlis mereka (sebagai memperingati orang-orang soleh tersebut). Mereka namakan patung-patung itu dengan nama-nama lelaki soleh tersebut, tetapi mereka belum menyembahnya sehinggalah apabila mereka meninggal dunia dan ilmu sudah dilupakan, maka generasi setelah mereka pun menyembah patung-patung itu." (HR. BUkhari, no: 4636)

Apakah bedanya dengan mereka yang menyembah kubur-kubur wali, membuat gambar-gambar syeikh-syeikh dan membesarkan syeikhnya dengan bertawassul memohon keberkatan daripada syeikh-syeikh tersebut? 

Berkenaan ayat-ayat atau hadis2 yang mengatakan asya'irah tidak bertauhid uluhiyyah secara sorih, memanglah ayat Al-Quran tak ada sebut nama asya'irah, namun perbuatan dan amalan sebahagian asya'irah yang melampau dan ghuluw terhadap gurunya sehingga bertawassul (yang haram) meminta (istighatsah dan isti'anah) kepada selain ALlah, ini jelas menggugurkan uluhiyyahnya. Wallahua'lam...

kedua, ayat-ayat kata Abu jahal dan Abu Lahab lebih bertauhid daripada orang islam yang bertawassul. Ayat kamu terlalu global. saya telah jelaskan tawassul ada yang disyari'atkan, ada yang dikhilafkan dan ada yang diharamkan. Contoh yang diharamkan adalah berdoa dengan zat para wali, meminta pertolongan (istighatsah) kepada orang-orang soleh seperti berkata "Wahai Jailani, bantulah kami." dan sebagainya.. Ini jelas2 syirik kerana meminta selain Allah. Namun Abu Jahal dan Abu Lahab hanya bertauhid rububiyyah sahaja tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan tujuan pengutusan para nabi adalah menyampaikan tauhid uluhiyyah, akan tetapi untuk mencapai tauhid yang sempurna mestilah mentauhidkan Allah pada rububiyyah, uluhiyyah dan Asma was sifat...Jelas daripada ayat-ayat Al-Quran yang banyak saya nukilkan sebelum ini... Wallahua'lam...
komentar;
Kamu berkata:-
Firman Allah lagi:


Maksudnya: “Nabi Musa menjawab: "Sebenarnya engkau (hai Firaun) telah mengetahui: tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat ini melainkan Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi, sebagai bukti-bukti yang menerangkan kebenaran; dan sebenarnya aku fikir, engkau hai Firaun, akan binasa". (Al-Israa: 102)
>> Fir'aun yg kamu katakan  ini,ia  juga yg mengaku rububiyyah dirinya dengan mengatakan ana robbukumul a'la... 
So, dia pn mnolak tauhid rububiyyah. Sebab itu saya suruh kamu pergi belajar baik2, kenali apa itu tau, iman dan tauhid. Tau berbeda dengan iman. Iman berbeda dengan mentauhidkan. Tau rububiyyah Allah tapi mengaku ketuhanan dan rububiyyah diri itu tidak membawa tauhid rububiyyah. Fir'aun sendiri mengaku dia berkuasa, bisa membuat itu ini, bisa memberi manfaat dan mudarat dan sebagainya. itu bukan tauhid rububiyyah.
Dalam ayat itu Nabi Musa a.s. menjelaskan tentang "mengetahui", iaitu Fir'aun sepatutnya tahu Allah Maha Mentadbir berdasarkan mukjizat2 para Nabi. Tahu berbeda dengan iman dan tauhid. Tahu semata-mata tidak membawa kepada iman kalau dia tak mengaku keimanan. Iman juga kalau tak ada tauhid dalam diri, tidak membawa kepada tauhid samada rububiyyah atau uluhiyyah. Cepatnya anda menyatakan saya menolak Al-qur'an. jika  orang tidak nmau memahami Al_Qur'an dengan cara Muhammad Abdul Wahab, terus anda tuduh tidak percaya pada Al-Qur'an ya. Dah, nampak dah sesuatu di sini. Teruskanlah berperangai gitu.
Kamu berkata:
Sungguh saudara seolah-olah mendustakan ayat-ayat Al-Quran yang banyak saya nuqilan sebelum ini. mamang mereka orang2 musyrikin itu, mengakui kerububiyahan Allah. Ayat itu bukan saja kepada orang2 musyrikin tetapi kepada kebanyakan agama di seluruh dunia ini. Walaupun mereka beriktiqad ada banyak tuhan namun di hati mereka percaya yang mencipta, mentadbir ini, pasti hanya ada satu. Ayat-ayat berkenaan ini sangat banyak dalam Al-Quran."
jawaban saya:-
biasalah wahabi, kalau tak  mau memahami seperti cara mereka, "seolah-olah" mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an. Memang benar kata Al-Qaradhawi, bahwa mereka ini menganggap femahaman mereka terhadap Al-Qur'an itu wahyu dari langit juga. Patutlah Muhammad Abdul Wahab mengarang kasyf syubhat. Barulah saya faham.  
Kamu berkata:
 firman Allah:

Maksudnya: “Bertanyalah kepada mereka (yang musyrik itu): "Siapakah yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? dan siapakah yang mengeluarkan makhluk yang hidup dari benda yang mati, dan mengeluarkan benda yang mati dari makhluk yang hidup? Dan siapakah pula yang mentadbirkan urusan sekalian alam? "(Dengan pertanyaan-pertanyaan itu) maka mereka (yang musyrik) tetap akan menjawab (mengakui) dengan berkata: "Allah jualah yang menguasai segala-galanya! "Oleh itu, katakanlah: "(Jika kamu mengakui yang demikian), maka mengapa kamu tidak mau bertaqwa?” (Yunus: 31)
Jawapan saya:
musyrik dalam ayat itu siapa? Buddha? Hindu? Kamu nie, baca tafsir yang lebih banyak lagi ah.
kita baca tafsirnya.. aduh  Buka kelas tafsir pula:
Imam At-Tabari :

يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: { قُلْ } يا محمد لهؤلاء المشركين بالله الأوثان والأصنام { مَنْ يَرْزُقَكُمْ مِنَ السَّماءِ } 
Maksudnya: "Allah s.w.t. berfirman dalam mengingatkan Nabi Muhammad s.a.w...: Katakanlah wahai Muhammad kepada kaum musyrikin tersebut yang menyembah berhala dan patung...
Ayat ini khitobnya ditujukan kepada Rasulullah s.a.w.. Para ulama' tafsir berselisih pendapat, adakah setiap yg ditujukan kepada Rasulullah s.a.w. itu khusus kepada Rasulullah s.a.w., atau boleh diumumkan. Maka, pendapat paling rajih adalah, melihat konteks ayat. Ada sebagian ayat dituju khusus kepada Rasulullah s.a.w.. (rujuk Al-Itqan dan Al-Burhan).
Kita lihat konteks ayat . Imam At-tabari menjelaskan bahawasanya, Allah s.w.t. menyuruh Rasulullah s.a.w. bertanya kepada orang musyrikin tersebut. Ada lafaz ha'ulaaa.. faham bahasa Arab tidak? Tidak faham. mau saya ajari??. Ha'ulaa itu khusus dengan maksud, mereka tersebut. Siapa musyrikin di sekeliling Rasulullah s.a.w..? Buddha? Hindu? Zoroster? Taoisme? Bukan. Di keliling Rasulullah s.a.w. adalah musyrikin Makkah yang pelbagai jenis.
Di Antaranya:-
-Penyembah berhala.
-Majusi.
-Mereka yg tidak bertuhan (minoritas) yg berkata masa yg akan binasakan kami.
dan sebagainya.
Jadi, ayat itu berdasarkan pendapat majoritas ulama' (kecuali wahabi, taimiyyun dst), terbatas kepada musyrikin Makkah. Saya sudah tanya banyak orang2 Hindu, mereka berkata, tuhan yg menciptaka alam adalah Brahma. brahma bukan Allah. Ya salaam min ta'assub ala ibn taimiyyah. Hatta dalam hati mereka (hindu yg saya tanya), yg mentadbir alam ini adalah Shiva. Kalau kita umumkan ayat ini kepada semua orang kafir di dunia, maknanya ayat ini salah sebab ayat ini berkata, mereka passti menjawab "Allah". Padahal, Hindu, Buddha, Zoroster, Taoisme tidak menjawab "Allah". Mustahil Al-Qur'an salah. Jadi, lebih baik konsep tauhid rububiyyah Ibn Taimiyyah yg mengkatakan "semua" orang kafir bertauhid rububiyyah itu salah. karena Tidak semua. itu cuma Musyrikin Makkah.
Hatta musyrikin makkah, walaupun mereka berkata "ALLLAH" menciptakan dan sebagainya, itu cuma sekedar pengetahuan mrka saja, bukan keimanan dan tauhid mereka. Tauhid berbeda dengan sekedar pengetahuan. Tauhid adalah mengesakan Allah s.w.t. dengan pengetahuan itu. Kalau sekedar tahu, tapi tidak mengesakan Allah dalam rububiyyah, maka itu tidak bertauhid wahai wahabi. Itu baru ilmu. Belajarlah bahasa Arab dan mustolah. Ilmu, Iman dan Tauhid berbeda maknanya. 
Saya tantang mrk yg menggunakan ayat surah Yunus 31 dgn tafsir Tabari itu, datangkan kalimah tauhid (rububiyyah , atau uluhiyyah , ) dlm tafsiran At-Tabari kepada situasi musyrikin dalam ayat itu. Tidak ada... !!!! Mana  kalimah tauhid rububiyyah dalam tafsir at-tabari pada ayat ini.????
Baca baik 2...:-

{ فَقُلْ أفَلا تَتَّقُونَ } يقول: أفلا تخافون عقاب الله على شرككم وادّعائكم ربًّا غير من هذه الصفة صفته، وعبادتكم معه من لا يرزقكم شيئاً ولا يملك لكم ضرًّا ولا نفعاًولا يفعل فعلاً.
((Maka katakanlah tidakkah kamu takut)) -tafsiran Al-Tabari trhadap ayat itu: "Allah s.w.t. berfirman: "Tidakkah kamu takut siksa Allah atas "kesyirikan" (lawan tauhid, fahami baik 2) kamu dan dakwaan kamu yang menjadikan "RABB" (ini mengandung rububiyyah. Maknanya tidak bertauhid rububiyyah) selain sifat-sifat ini (penciptaan dan pentadbiran alam) sebagai sifatNya, dan kamu sembah bersertaNya sesuatu yang tidak memberi rezeki dan tidak memiliki bagimu mudarat, manfaat dan tidak melakukan apa-apa.." dalam tafsiran ini ada dua kesyirikan iaitu:-

  1. -menjadikan RABB (menisbahkan rububiyyah) kepada selain Allah s.w.t. (ini menafikan tauhid rububiyyah)
  2. -menyembah selain Allah (ini menafikan tauhid uluhiyyah).
Imam At-Tabari secara jelas tidak membedakan tauhid rububiyyah dgn uluhiyyah, dengan tidak menisbahkan hatta tauhid rububiyyah kepada musryikin Makkah dengan ayat ini. Ini karana, pengakuan musyrikin Makkah itu sekadar mengaku di mulut,  apakah hanya bentuk pengetahuan tanpa tauhid, atau pendustaan. So, sekadar menjawab "ALLAH" ciptakan langit, bumi tapi di samping itu mereka merasa tuhan-tuhan lain pun berkuasa juga, itu bukan tauhid rububiyyah wahai wahabi.
Imam Al-Qurtubi ketika mentafsirkan surah Yunus 31 berkata:

فمن اعترف منهم فالحجة ظاهرة عليهم، ومن لم يعترف فيقرّر عليه أن هذه السموات والأرض لا بدّ لهما من خالق؛ ولا يتمارى في هذا عاقل
"Siapa yang mengakui  (ingat kalimatnya "mengakui" iktiraf bukan mentauhidkan, bda antara dua lafad itu) dari kalangan mereka (musyrikin) maka hujah jelas atas mereka. Seapa yang tidak mengiktiraf (rububiyyah Allah), maka kita beri hujah: "Sesungguhnya langit dan bumi ini mesti ada pencipta yang mana tidak didustai oleh setiap yang berakal (kaedah mantik)" 
Nah jelas, hatta di sisi Al-Qurthubi, tidak semua musyrikin akan menjawab ALLAH ketika ditanya tentang penciptaan langit dan bumi. Ini menunjukkan kekhususan kepada jenis musyrikin tertentu saja wahai taimiyyun.
Adapun Ibn Kathir, maka memang terkenal dia mengikut kebanyakkan pendapat gurunya iaitu Ibn Taimiyyah kecuali dalam masalah furu'. Saya tidak heiran kalau ada unsur2 tauhid tiga dalam tafsir beliau dan tauhid tiga Ibn Kathir tidak juga  menafikan tauhid uluhiyyah daripada Al-Asya'irah malah beliau adalah di antara mereka yang berguru dengan ulama'2 Al-Asya'irah.
begitu juga, Ibn Kathir tidak menggunakan istilah Uluhiyyah tetapi lebih menggunakan istilah Ilahiyyah (( وحدانية إلاهيته، )) karana Uluhiyyah itu mempunyai kesalahan secara bahasa menurut sebagian ulama jika maksudnya tauhid ketuhanan'. Wallahu a'lam. 
Perkataan kamu:-
"Jelas di sini mereka (orang-orang musyrikin) mrngakui/ iktiraf Allah yang memberi rezeki, menguasai pendengaran dan penglihatan, menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup, mentadbir sekalian alam, dan menguasai segala-galanya. Siapa yang berkata ini? Jangan kata ayat ini hanya dituju kepada zaman nabi saja. Bahkan ayat ini sesuai sepanjang zaman selagi Al-Quran belum di angkat oleh Allah Ta'ala"
Jawaban saya:
Tidak ada bukti daripada ayat itu di luar ( ruang lingkup) musyrikin Makkah berdasarkan petunjuk ayat2 tadi. Ulama'2 tafsir sendir membahas. Malah saya pun sudah jelaskan di mana Imam At-Tabari membedakan antara mengakui, mengiktiraf dengan mentauhidkan Allah dari sudut rububiyyah. Fahamilah. Kalau mau paksa orang lain fahami maka ikut wahabi, na'uzubillah. 
Perkataan kamu:
"Bahkan ayat ini sesuai sepanjang zaman selagi Al-Quran belum di angkat oleh Allah Ta'ala"

komentar:
sedikitpun tidak menampakkan bahwa kamu faham manhaj Al-Qur'an yang lafaz-lafaznya berupa macam-macam bentuk dan uslub seperti berbentuk umum, atau khusus, khusus yang diumumkan, umum yang dikhususkan, muqayyad, mutlak dan sebagainya. Lafaz ini kalau orang awam ada yang dengar, wah  Memang kalimahnya betul, tapi tidak kena pada tempatnya. Membatasi nas kepada situasi berdasarkan qarinahnya itu bukan menafikan"kesesuaian Al-Qur'an" sepanjang zaman.
Andai seorang zindiq melihat ayat ini, lalu bertanya kepada seorang hindu, kamu yakin siapa pencipta alam ini? Hindu menjawab: "Eh, sudah tentu Brahma". Zindiq bertanya: "Brahma...? Bukan Allah?" Jawab orang Hindu itu: "Allah. Siapa Allah? tuhan yg mencipta alam ini berdasarkan kepercayaan saya adalah Brahma." Zindiq jawab: "Tapi ayat Qur'an ini berkata, orang-orang kafir akan men jawab Allah bila ditanya siapa pencipta langit dan bumi... Adakah Al-Qur'an salah?"
Na'uzubillah. Al-Qur'an tidak salah wahai zindiq. Al-Qur'an berbicara ikut konteksnya. Inilah makna Al-Qur'an sesuai sepanjang zaman.
Perkataan kamu:-
Bahkan kita maklum agama berhala ini berasal dari zaman Nabi Nuh yang  merupakan orang2 soleh yang telah lama meninggal sehingga mereka membuat patung2 mereka dan menyembahnya dengan tujuan mendekatkan diri.

Ibn Abbas meriwayatkan:

"Nama-nama ini (Wad, Suwa', Yaghuts, Ya'uqh, dan Nasr) adalah lelaki soleh di kalangan kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, lalu syaitan membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuatkan patung-patung yang diletakkan di majlis-majlis mereka (sebagai memperingati orang-orang soleh tersebut). Mereka namakan patung-patung itu dengan nama-nama lelaki soleh tersebut, tetapi mereka belum lagi menyembahnya sehinggalah apabila mereka meninggal dunia dan ilmu sudah dilupakan, maka generasi setelah mereka pun menyembah patung-patung itu." (HR. BUkhari, no: 4636)
Jawaban Saya:-
Benar. Kalau itu merujuk kepada agama musyrikin Makkah (rujuk Rahiq Makhtum). tapi agama buddha, Hindu dan sebagainya, tidak ada dalil berkaitan dengan amalan kaum Nabi Nuh. Kalau pun iya, maka konsep ketuhanan musryikin Makkah berbeda dengan konsep ketuhanan trimurthy Hindu.
Kamu berkata:-
Apakah bedanya dengan mereka yang menyembah kubur-kubur wali, membuat gambar-gambar syeikh-syeikh dan membesarkan syeikhnya dengan bertawassul memohon keberkatan daripada syeikh-syeikh tersebut? 
Jaawaban saya:-
"Menyembah kubur",, syirik. so what?
"membuat gambar-gambar sheikh-sheikh"... kalau gambar daripada camera, yg merupakan cahaya (pengimejan) yg dibekukan, tidak ada masalah. Banyak gambar wahabi2 dalam internet. wahabi syirik? Tidak kan??? . Kalau melukis, hukumnya khilaf. Tidk  boleh mensyirikkan org dalam masalah khilaf kecuali yang melampau batas. Na'uzubillah.
"membesarkan syeikhnya dengan bertawassul memohon keberkatan daripada syeikh-syeikh tersebut"
perkataan kamu pun dah salah. Tawassul pun anda tak faham,  e mau berkata -jauh.
Tawassul memohon kepada Allah dengan keberkatan para sheikh..." bukan memohon keberkatan sheikh..."
Tawassul adalah seseorang berdoa kepada Allah dengan keberkatan atau hak atau kedudukan seseorang di sisi Allah s.w.t.. bagi mereka yg mengamalkannya, ada dalil2 yang kuat. Baca buku Syawahidul Haq karangan Imam An-Nabhani. Kamu karang satu kitab utk rod (bangkang) dalil-dalill dalam syawahidul Haq tu, baru kamu datang lagi , dan kita sambung bincang bab tawassul. Kalau kamu tak mampu (fi in lam taf'alu) dan memang kamu tak akan mampu insya Allah (wa lan taf'alu insya Allah) maka takutlah Allah dalam menyalahkan orang dalam bab khilafiyyah apa lagi menuduh syirik sesama muslimin. kalau dah mampu, datang lagi , kita bahas bab tawassul. Kalau tak tahu ape dalil mrk yg beramalkan, dan sekadar tarjih masalah tawassul dgn tarjihan wahabi, pergilah tarjih itu untuk anda saja Ok. Tutup kes bincang tawassul ini. 
Pendeknya, bab tasawwul, bab gambar, tak sama dengan musyrikin penyembah berhala. Banyak gambar2 wahabi dalam internet Syirik juga ? Na'uzubilah. Tawassul kalau mau menyamakan dgn penyembah berhala, maka samalah kejahilan kamu dgn Muhammad Abdul Wahab kalau gitu. Muhammad Abdul Wahab di sebabkan tidak dapat menjwb hujah mrk yg bertawassul, dia mengarang kasyf syubhat. lihat saja siapa yg dikafirkan dlm kitab tu. Na'uzubillah.
Kamu berkata:-

Berkenaan ayat-ayat atau hadis2 yang mengatakan asya'irah tidak bertauhid uluhiyyah secara sorih, memang ayat Al-Quran tidak menyebut nama asya'irah, namun perbuatan dan amalan sebagian asya'irah yang melampaui dan ghuluw terhadap gurunya sehingga bertawassul (yang haram) meminta (istighatsah dan isti'anah) kepada selain ALlah, ini jelas menggugurkan uluhiyyahnya. Wallahua'lam...

Jawaban saya :
Pertama. banyak membahas di luar daripada persoalan yang saya minta, akhirnya tolong  jawb jugak walaupun dengan jawaban yg tidak membantu saya
Kedua: Perkataan kamu "namun perbuatan dan amalan sebagian asya'irah yang melampau dan ghuluw". Itu tidak menjawab pertanyaan saya, sebab ibn taimiyyah menafikan tauhid uluhiyyah daripada keseluruhan Al-Asya'irah malah keseluruhan mutakallimin. So, masih tak menjawab lagi. Tidak apalah. Ada usaha menjawab pun, alhamdulillah. Syukran tuan.
Perkataan kamu:
"namun perbuatan dan amalan sebagian asya'irah yang melampau dan ghuluw terhadap gurunya sehingga bertawassul (yang haram) meminta (istighatsah dan isti'anah) kepada selain ALlah, ini jelas menggugurkan uluhiyyahnya."

Komentar: 
Pertama: "bertawassul yg haram". tak ada tawassul yg haram menurut majoritas ulama'  menurut wahabi mungkin ada. Di sisi Imam Ahmad pun boleh bertawassul hanya dengan Rasulullah s.a.w. hatta setelah kewafatan Baginda s.a.w.. Itu yg boleh" menurut wahabi, disebabkan tidak faham tawassul itu apa,  seningga muncul tawasul yg diharamkan.
Adapun masalah tawasasul, kalau anda faham makna tawassul, maka tidak akan timbul tawassul yang membawa kepada syirik hatta tawassul yg haram menurut wahabi.  Bacalah buku2 ulama'2 lain selain wahabi. Wahabi  , makna tawassul pun dah tidak faham. Kalau faham tawassul dgn makna syirik,maka  maknanya itu sama tidak faham tawassul . Asal tawassul itu dibolehkan berdasarkan hadith-hadith sahih. Jadi, asal tawassul itu tidak bisa mem bawa syirik. Hatta tawassul yg haram menurut  wahabi pun tidak membawa kepada syirik kalau masih dalam mafhum tawassul. Nah Yg jadi syirik itu bila perbuatan itu keluar daripada mafhum tawassul yang asal. Menyeembah selain Allah utk mendekat kepada Allah, itu syirik. Tp belum pernah ada org mentafsirkan tawassul dgn mkna: "menyembah selain Allah utk mendekat diri kepada Allah". Tawassul hanya: "berdoa kpd Allah dgn perantaraan sesuatu seperti amal soleh, keberkatan solihin dan sebagainya. hatta kalau bertawassul dengan keberkatan solihin itu haram (ntah darimana faham  seperti ini ntah), tetap ia tidak syirik sbb asalnya ttp berdoa kepada Allah. 
Perkataan kamu "meminta (istighatsah dan isti'anah) kepada selain ALlah, ini jelas menggugurkan uluhiyyahnya". Ini suatu lafaz umum (heran jugak sebagian wahabi suka mengumumkan lafaz). Semua orang dalam dunia meminta tolong daripada orang lain termasuklah Rasulullah s.a.w. yg banyak meminta tolong kepada para sahabat r.a. dan begitu juga para sahabat yg banyak meminta tolong kepada Rasulullah s.a.w.. Syirikkah mereka? Na'uzubillah. Fikirlah dulu sebelum cberkata.
Kalau kamu maksudkan minta tolong selain Allah dgn kepercayaan selain Allah berkuasa membantu secara indefenden, maka itu syirik, saya setujulah. Tp, kalau begitu, minta tolong dgn orang hidup dan orang mati pun sama. Kalau minta tolong kepada orang yang hidup dengan kepercayaan orang itu memilki kuasa tersendiri, itu juga syirik. So, itu lebih kepada masalah hati. Siapa yg tau. 
Kalau seorang wahabi pun (misalnya.   contoh wahabi sbb mrk adalah "sebaik-baik" manusia. sbb dia je salaf (sebaik-baik kurun). Org lain bukan salaf katanya) yg berkerja makan gaji lalu merasakan bosnyalah yg membagi rezeki kepadanya setiap bulan, maka itu juga syirik. So, ia bukan melibatkan Al-Asya;irah saja. Wahabi pn ada yg terlibat kalau tanpa bantuan Allah s.w.t.. Allahumma sallimna.
Bacalah syawahidul haq tu . Kalau tidak,maka cuma buang2 waktu. Kesimpulannya, tak ada lagi secara jelas Al-Qur'an menafikan tauhid uluhiyyah daripada Al-Asya';irah.
Perkataan kamu:-
"kedua, ayat-ayat berkata Abu jahal dan Abu Lahab lebih bertauhid daripada orang islam yang bertawassul. Ayat kamu terlalu global. saya telah jelaskan tawassul ada yang disyari'atkan, ada yang dikhilafkan dan ada yang diharamkan. Contoh yang diharamkan adalah berdoa dengan zat para wali, meminta pertolongan (istighatsah) kepada orang-orang soleh seperti berkata "Wahai Jailani, bantulah kami." dan sebagainya.. Ini jelas2 syirik kerana meminta selain Allah. Namun Abu Jahal dan Abu Lahab hanya bertauhid rububiyyah saja tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan tujuan pengutusan para nabi adalah menyampaikan tauhid uluhiyyah, akan tetapi untuk mencapai tauhid yang sempurna mestilah mentauhidkan Allah pada rububiyyah, uluhiyyah dan Asma was sifat...Jelas daripada ayat-ayat Al-Quran yang banyak saya nukilkan sebelum ini... Wallahua'lam..."
Jawaban saya:
Perkataan kamu: "kedua, ayat-ayat kata Abu jahal dan Abu Lahab lebih bertauhid daripada orang islam yang bertawassul. Ayat kamu terlalu global." itu kurang tepat. Bukan saya yg buat ke"global"an itu. tetapi Muhammad Abdul Wahab dalam kasyf Syubhatnya dan Muhamamd Ahmad dalam buku "kaifa nafham tauhid",nya yang berkata gitu. Mrk yg global menglobalkan. Saya hanya tanya  dalil bagi keglobalan itu. tak ada jawaban bagi ke"global"an itu, its ok. Saya faham.
Kamu berkata:- 
saya telah jelaskan tawassul ada yang disyari'atkan, ada yang dikhilafkan dan ada yang diharamkan. Contoh yang diharamkan adalah berdoa dengan zat para wali... (catatan sedikit dari saya:- Memang ma'ruf pengharaman ini menurut wahabi.) 
Perkataan kamu:
meminta pertolongan (istighatsah) kepada orang-orang soleh seperti berkata "Wahai Jailani, bantulah kami." dan sebagainya.. Ini jelas2 syirik kerana meminta selain Allah.
Jawaban saya:-
Kalau ada seorang murid wahabi berkata kepada gurunya ibn Uthaimin, wahai Ibn Uthaimin, bantulah kami. itu syirik ? Apa yg syirik? Seorang anak saja selalu minta bantuan dari emaknya. Itulah. Kamu, memang suka menglobalham juga. Sbb itu saya tanya dalil globalnya, sebab tabiat wahabi mmg suka menglobalkan.
Oklah. yg syirik adalah minta tolong kepada orang dgn iktiqad bhwa org itu memiliki kuasa mutlak selain Allah s.w.t.. Itu syirik. Kalau minta tolong kepada orang dgn iktiqad hanya Allah s.w.t. Maha Berkuasa, sedangkan minta tolong kepada orang ( anak minta tolong kepada ayahnya, seorang wahabi minta tolong kepada gurunya), sekadar mengambil sebab (akhz bi al-asbab), maka itu tidak syirik. Alhamdulillah. Jelas. Kita tolong perbaiki sedikit ungkapan kamu tu. Supaya kamu tak menuduh syirik seluruh manusia dalam dunia yg minta tolong kepada sesama manusia. Alhamdulillah.

Wallahu alam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar