Nur Muhammad Menurut Ahlusunnah dan Ibnu taymiyah << Link Asal Keterangan lebih luas
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ اَنَّهُ هُوَا الـَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang ”.
Keterangan :
Tawassul Nabi Adam as. pada Rasulallah saw.. Sebagaimana disebutkan pada firman Allah swt. (Al-Baqarah :37) diatas. Menurut ahli tafsir kalimat-kalimat dari Allah yang diajarkan kepada Nabi Adam as. pada ayat diatas agar taubat Nabi Adam as. diterima ialah dengan menyebut dalam kalimat taubatnya bi-haqqi (demi kebenaran) Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Makna seperti ini bisa kita rujuk pada kitab: Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Al-Maghazili As-Syafi’i halaman 63, hadits ke 89; Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusui Al-Hanafi, halaman 97 dan 239 pada cet.Istanbul,. halaman 111, 112, 283 pada cet. Al-Haidariyah; Muntakhab Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muntaqi, Al-Hindi (catatan pinggir) Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 1, halaman 419; Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’i, jilid 1 halaman 60; Al-Ghadir, oleh Al-Amini, jilid 7, halaman 300 dan Ihqagul Haqq, At-Tastari jilid 3 halaman 76. Begitu juga pendapat Imam Jalaluddin Al-Suyuthi waktu menjelaskan makna surat Al-Baqarah :37 dan meriwayatkan hadits tentang taubatnya nabi Adam as. dengan tawassul pada Rasulallah saw.
Nabi Adam as. ,manusia pertama, sudah diajarkan oleh Allah swt. agar taubatnya bisa diterima dengan bertawassul pada Habibullah Nabi Muhammad saw., yang mana beliau belum dilahirkan di alam wujud ini. Untuk mengkompliti makna ayat diatas tentang tawassulnya Nabi Adam as. ini, kami akan kutip berikut ini beberapa hadits Nabi saw. yang berkaitan dengan masalah itu:
Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak/Mustadrak Shahihain jilid 11/651 mengetengahkan hadits yang berasal dari Umar Ibnul Khattab ra. (diriwayat- kan secara berangkai oleh Abu Sa’id ‘Amr bin Muhammad bin Manshur Al-‘Adl, Abul Hasan Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Handzaly, Abul Harits Abdullah bin Muslim Al-Fihri, Ismail bin Maslamah, Abdurrahman bin Zain bin Aslam dan datuknya) sebagai berikut, Rasulallah saw.bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ الله.صَ. : لَمَّا اقْتَرَفَ آدَمَُ الخَطِيْئَةَ قَالَ: يَا رَبِّ أسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي,
فَقالَ اللهُ يَا آدَمُ, وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أخْلَقُهُ ؟ قَالَ: يَا رَبِّ ِلأنَّـكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيدِكَ
وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأسِي فَرَأيـْتُ عَلَى القَوَائِمِ العَرْشِ مَكْتُـوْبًا:لإاِلَهِ إلاالله
مُحَمَّدَُ رَسُـولُ اللهِ, فَعَلِمْتُ أنَّكَ لَمْ تُضِفْ إلَى إسْمِكَ إلا أحَبَّ الخَلْقِ إلَيْكَ, فَقَالَ اللهُ
صَدَقْتَ يَا آدَمُ إنَّهُ َلاَحَبَّ الخَلْقِ إلَيَّ اُدْعُنِي بِحَقِّهِ فَقـَدْ غَفَرْتُ لَكَ, وَلَوْ لاَمُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ.
“Setelah Adam berbuat dosa ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Dia bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.): ‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulallah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa disamping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’. Allah menegaskan: ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bihaqqihi (demi kebenarannya), engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan’ “.
Hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Hafidz As-Suyuthi dan dibenarkan olehnya dalam Khasha’ishun Nabawiyyah dikemukakan oleh Al-Baihaqi didalam Dala ’ilun Nubuwwah, diperkuat kebenarannya oleh Al-Qisthilani dan Az-Zarqani di dalam Al-Mawahibul Laduniyyah jilid 11/62, disebutkan oleh As-Sabki di dalam Syifa’us Saqam, Al-Hafidz Al-Haitsami mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam Al-Ausath dan oleh orang lain yang tidak dikenal dalam Majma’uz Zawa’id jilid V111/253.
Sedangkan hadits yang serupa/senada diatas yang sumbernya berasal
dari Ibnu Abbas hanya pada nash hadits tersebut ada sedikit perbedaan
yaitu dengan tambahan:
وَلَوْلآ مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُ آدَمَ وَلآ الجَنَّةَ وَلآ النَّـارَ
‘Kalau bukan karena Muhammad Aku (Allah) tidak menciptakan Adam, tidak menciptakan surga dan neraka’.
Mengenai kedudukan hadits diatas para ulama berbeda pendapat. Ada
yang menshohihkannya, ada yang menolak kebenaran para perawi yang
meriwayatkannya, ada yang memandangnya sebagai hadits maudhu’, seperti
Adz-Dzahabi dan lain-lain, ada yang menilainya sebagai hadits dha’if dan
ada pula yang menganggapnya tidak dapat dipercaya. Jadi, tidak semua
ulama sepakat mengenai kedudukan hadits itu. Akan tetapi Ibnu Taimiyah
sendiri untuk persoalan hadits tersebut beliau menyebutkan dua hadits
lagi yang olehnya dijadikan dalil. Yang pertama yaitu diriwayatkan oleh
Abul Faraj Ibnul Jauzi dengan sanad Maisarah yang mengatakan sebagai
berikut :
قُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ, مَتَى كُنْتَ نَبِيَّا ؟ قَالَ: لَمَّا
خَلَقَ اللهُ الأرْضَ وَاسْتَوَى إلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَما وَا تٍ,
وَ خَلَقَ العَرْشَ كَتـَبَ عَلَى سَـاقِ العَـرْشِ مُحَمَّتدٌ رَسُوْلُ
اللهِ خَاتَمُ الأَنْبِـيَاءِ , وَ خَلَقَ اللهُ الجَنَّـةَ الَّتِي
أسْكَـنَهَا
آدَمَ وَ حَوَّاءَ فَكـُتِبَ إسْمِي عَلَى الأبْـوَابِ وَالأوْرَاقِ
وَالقـِبَابِ وَ الخِيَامِ وَ آدَمُ بَيْـنَ الرَُوْحِ وَ
الجَسَدِ,فَلَـمَّا أحْيَاهُ اللهُ
تَعَالَى نَظَرَ إلَى العَـرْشِ , فَرَأى إسْمِي فَأخْبَرَهُ الله
أنَّهُ سَيِّدُ وَلَدِكَ, فَلَمَّا غَرَّهُمَا الشَّيْطَانُ تَابَا
وَاسْتَشْفَعَا بِإسْمِي عَلَيْهِ
“Aku pernah bertanya pada Rasulallah saw.: ‘Ya Rasulallah kapankah
anda mulai menjadi Nabi?’ Beliau menjawab: ‘Setelah Allah menciptakan
tujuh petala langit, kemudian menciptakan ‘Arsy yang tiangnya termaktub
Muham- mad Rasulallah khatamul anbiya (Muhammad pesuruh Allah terakhir
para Nabi), Allah lalu menciptakan surga tempat kediaman Adam dan Hawa,
kemudian menuliskan namaku pada pintu-pintunya, dedaunannya,
kubah-kubahnya dan khemah-khemahnya. Ketika itu Adam masih dalam keadaan
antara ruh dan jasad. Setelah Allah swt .menghidupkannya, ia memandang
ke ‘Arsy dan melihat namaku. Allah kemudian memberitahu padanya bahwa
dia (yang bernama Muhammad itu) anak keturunanmu yang termulia. Setelah
keduanya (Adam dan Hawa) terkena bujukan setan mereka ber- taubat kepada
Allah dengan minta syafa’at pada namaku’ ”.
Sedangkan hadits yang kedua berasal dari Umar Ibnul Khattab
(diriwayatkan secara berangkai oleh Abu Nu’aim Al-Hafidz dalam Dala’ilun
Nubuwwah oleh Syaikh Abul Faraj, oleh Sulaiman bin Ahmad, oleh Ahmad
bin Rasyid, oleh Ahmad bin Said Al-Fihri, oleh Abdullah bin Ismail
Al-Madani, oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan ayahnya) yang
mengatakan bahwa Nabi saw. berrsabda:
لَمَّا أصَابَ آدَمَ الخَطِيْئَةُ, رَفَعَ رَأسَهُ فَقَالَ: يَا رَبِّ
بَحَقِّ مُحَمَّدٍ إلاَّ غَفَرْتَ لِي, فَأوْحَى إلَيْهِ, وَمَا مُحَمَّدٌ ؟
وَمَنْ مُحَمَّدٌ ؟ فَقَالَ: : يَا رَبِّ إنَّكَ لَمَّا أتْمَمْتَ
خَلْقِي وَرَفَعْتُ رَأسِي إلَى عَرْشِكَ فَإذَا عَلَيْهِ مَكْتُوْبٌ
لإلَهِ إلااللهُ مُحَمَّدٌ رَسُـولُ اللهِ فَعَلِمْتُ أنَّهُ أكْرَمُ
خَلْقِـكَ عَلَيْكَ إذْ قَرََرَنْتَ إسْمُهُ مَعَ اسْمِكَ فَقَالَ, نَعَمْ,
قَدْ غَفَرْتُ لَكَ ,
وَهُوَ آخِرُ الأنْبِيَاءِمِنْ ذُرِّيَّتِكَ, وَلَوْلاَهُ مَا خَلَقْتُكَ
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia mengangkat kepalanya seraya
berdo’a: ‘Ya Tuhanku, demi hak/kebenaran Muhammad niscaya Engkau
berkenan mengampuni kesalahanku’. Allah mewahyukan padanya: ‘Apakah
Muhamad itu dan siapakah dia?’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah
Engkau menyempurnakan penciptaanku, kuangkat kepalaku melihat ke ‘Arsy,
tiba-tiba kulihat pada “Arsy-Mu termaktub Laa ilaaha illallah Muhammad
Rasulallah. Sejak itu aku mengetahui bahwa ia adalah makhluk termulia
dalam pandangan-Mu, karena Engkau menempatkan namanya disamping
nama-Mu’. Allah menjawab: ‘Ya benar, engkau Aku ampuni,. ia adalah
penutup para Nabi dari keturunanmu. Kalau bukan karena dia, engkau tidak
Aku ciptakan’ ”.
Yang lebih heran lagi dua hadits terakhir ini walaupun diriwayatkan
dan di benarkan oleh Ibnu Taimiyyah, tapi beliau ini belum yakin bahwa
hadits-hadits tersebut benar-benar pernah diucapkan oleh Rasulallah
saw.. Namun Ibnu Taimiyyah toh membenarkan makna hadits ini dan
menggunakannya untuk menafsirkan sanggahan terhadap sementara golongan
yang meng- anggap makna hadits tersebut bathil/salah atau bertentangan
dengan prinsip tauhid dan anggapan-anggapan lain yang tidak pada
tempatnya.
Ibnu Taimiy yah dalam Al-Fatawi jilid XI /96 berkata sebagai berikut:
“Muhammad Rasulallah saw. adalah anak Adam yang terkemuka, manusia
yang paling afdhal (utama) dan paling mulia. Karena itulah ada orang
yang mengatakan, bahwa karena beliaulah Allah menciptakan alam semesta,
dan ada pula yang mengatakan, kalau bukan karena Muhammad saw. Allah
swt. tidak menciptakan ‘Arsy, tidak Kursiy (kekuasaan Allah), tidak
menciptakan langit, bumi, matahari dan bulan.
Akan tetapi
semuanya itu bukan ucapan Rasulallah saw, bukan hadits shohih dan bukan
hadits dho’if, tidak ada ahli ilmu yang mengutipnya sebagai ucapan
(hadits) Nabi saw. dan tidak dikenal berasal dari sahabat Nabi. Hadits
tersebut merupakan pembicaraan yang tidak diketahui siapa yang
mengucapkannya. Sekalipun demikian makna hadits tersebut tepat benar
dipergunakan sebagai tafsir firman Allah swt.: “Dialah Allah
yang telah menciptakan bagi kalian apa yang ada dilangit dan dibumi ”
(S.Luqman : 20), surat Ibrahim 32-34 (baca suratnya dibawah
ini–pen.) dan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang menerangkan, bahwa Allah
menciptakan seisi alam ini untuk kepentingan anak-anak Adam. Sebagai-
mana diketahui didalam ayat-ayat tersebut terkandung berbagai hikmah
yang amat besar, bahkan lebih besar daripada itu. Jika anak Adam yang
paling utama dan mulia itu, Muhammad saw. yang diciptakan Allah swt.
untuk suatu tujuan dan hikmah yang besar dan luas, maka kelengkapan dan
kesempurnaan semua ciptaan Allah swt. berakhir dengan terciptanya
Muhammad saw.“. Demikianlah Ibnu Taimiyyah.
Firman-Nya dalam surat Ibrahim 32-34 yang dimaksud Ibnu Taimiyyah ialah:
اللهُ الَّذِى خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَ الاَرْضَ وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً َفاَََخْرَجَ بِهِ
مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًالَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى البَحْرِ بِاَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ
الاَنْهَارَ َوَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَآتَاكُمْ مِنْ
كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْه وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا اِنَّ الاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rizki untuk kalian, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu dapat berlayar di
lautan atas kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagi
kalian. Dan Dia jualah yang telah menundukkan bagi kalian matahari dan
bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya masing-masing dan
telah menundukkan bagi kalian siang dan malam. Dan Dia jugalah yang
memberikan kepada kalian apa yang kalian perlukan/mohonkan. Dan jika
kalian menghitung-hitung nikmat Allah, kalian tidak akan dapat
mengetahui berapa banyaknya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)”.(QS Ibrahim :32-34).
DAPAT
DISIMPULKAN JUGA BAHWA IBNU TAYMIYAH MENGAKUI KONSEP “NUR MUHAMMAD”
BAHWA NUR NABI MUHAMMAD ADALAH MAKHLUQ YANG PERTAMA KALI DICIPTAKAN.
Dan
perhatikan kebiasaan buruk dan kedustaan ibnu taymiyah (mati 721 H)
yang mengatakan “tidak ada ahli ilmu yang mengutipnya” padahal imam Thabrani (wafat 360 H) menulisnya dalam al -ausath, Abu Nu’aim (wafat 430 H) dalam Dala’ilun Nubuwwah dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar