MUSIBAH DAN PENGHAPUS DOSA
Seperti yang telah kita maklumi bahwa,
Dunia bukan tempat bahagia, dunia adalah tempat fitnah, ujian, mara
bahaya dan derita, yang jika kita lulus menghadapi itu semua akan dapat
menghantarkan kehidupan kekal di akhirat yang tiada lain kecuali
kebahagiaan, kesejahteraan dan keamanan.
Setiap perkara yang menimpa seseorang
berupa sakit, kesulitan, kesusahan, kesedihan atau keletihan, bahkan
duri yang menusuk sekalipun, maka semua itu sebagai penebus
dosa.Kemudian jika dia bersabar dan mengharap pahala maka di samping
mendapat penghapusan dosa dia juga mendapatkan pahala atas kesabarannya
dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
مجمع الزوائد ومنبع الفوائد » كتاب التوبة » باب الحزن كفارة
رواه أحمد ، والبزار ، وإسناده حسن .
الراوي: عائشة المحدث: الألباني – المصدر: السلسلة الضعيفة – الصفحة أو الرقم: 2695
خلاصة الدرجة: ضعيف
Bagi seorang Hamba yang sadar akan dirinya bukanlah hamba yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah, yaitu sebagai seorang yang tidak memperbanyak dosa, apa yang menimpa pada dirinya cukuplah hal itu sebagai bentuk kasih saying Allah kepadanya.
Seorang Muslim tentu berpikir, andai dosa dosa yang dilakukan itu seluruhnya dikonskwensikan kepada dirinya, dalam arti sebagai imbal balik atas keta’atannya, maka akan ia dapati dirinya tidaklah layak menghirup udara gratis dari Allah.
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS.Asy-Syuuraa:30)
Banyak cerita dalam manaqib para Salafus Salih yang lebih memilih menderita di dunia ini, daripada mereka mendapatkan kehormatan dunia, sebab mereka sadar dan penuh keyakinan, jika penderitaan di dunia ini sama dengan mendapatkan harapan hidup mulia di Akhirat.
Al Khazan itu adalah:
Bertumpuk tumpuknya masalah dalam hati
yang harus diselesaikan, baik dalam rangka menghindarkan diri dari
masalah buruk atau mengharapkan sesuatu yang diinginkan.
Contohnya:
Terbelit utang, ketercukupannya dalam
memberi nafaqoh, membiayai pendidikan anak, menjaga kehormatan diri,
keluarga dan orang tua dll.
Intinya; jika kehidupan kita baik baik
saja, sementara kualitas ibadah kita serba dalam keadaan kurang, artinya
“baik baik saja” itu justru sangat menhawatirkan, ada kalanya “baik
baik saja” itu akan dicabut entah kapan, khawatirnya jika dicabutnya itu
ketika kita dalam keadaan tidak siap.
Terkait
Se”kelumit” LAGI TENTANG MAULIDPOHON EKSISTENSI IBNU ‘ARABI
Ketika Semuanya HARUS Sama Dengan Rasulullah
Jika Pandai Berfikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar