Senin, 05 Januari 2015

Mayit mendengar orang di Dunia

Di antara dalil-dalil yang digunakan sebagian kalangan dalam menolak tawassul dengan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan orang-orang sholih yang telah wafat adalah karena menurut mereka orang mati itu tidak dapat mendengar. Lalu buat apa ber-tawassul dengan orang-orang yang telah mati, bukankah itu sama saja dengan menyembah kuburan? Lalu mereka menyebutkan Firman Alloh Subhaanahu Wa Ta’aala :

وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ إِنَّ اللهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ
“Dan tidak (pula) sama orang yang masih hidup dengan orang yang mati. Sesungguhnya Alloh memberikan pendengaran kepada siapa yang Dia kehendaki, dan engkau (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.”  (QS, Faathir : 22)

إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling kebelakang. (QS, An Naml : 80)

Ketahuilah, bahwasannya ayat-ayat diatas tidaklah berbicara tentang kehidupan barzakh, banyak para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat-ayat seperti di atas adalah berbicara tentang buta tulinya orang-orang kafir dalam mengambil manfaat dari risalah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Yang ditiadakan dalam ayat ini adalah mendengar dalam arti menerima dan mematuhi apa yang didengar. Sebab Alloh telah menjadikan orang kafir seperti mayit yang tidak mampu menjawab orang yang memanggilnya, dan seperti binatang ternak yang mendengar suara, tapi tidak mampu memahami maksudnya. Mayit meskipun ia mendengar ucapan dan mengerti maksudnya namun ia tidak mampu menjawab panggilan orang yang memanggil dan tidak bisa mematuhi perintah dan larangannya karena ia tidak memperoleh manfaat dengan adanya perintah dan larangan. Demikian pula orang kafir, ia tidak memperoleh manfaat dengan adanya perintah dan larangan meskipun ia mendengar seruan (khithab) dan mengerti maksudnya sebagaimana firman Alloh :

وَلَوْ عَلِمَ اللهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
Kalau kiranya Alloh mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Alloh menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Alloh menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS, Al Anfal : 23)

Alloh juga berfirman :

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka memiliki mata (tetapi) tetapi tidak dipergunakannya melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya mendengarkan (ayat-ayat Alloh). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. 
(QS, Al A’raaf : 179)

Adapun tentang kehidupan alam barzakh serta kenikmatannya bagi orang-orang beriman, sungguh telah banyak nash-nash sohih yang menetapkan-nya, diantaranya adalah :

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
 Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Alloh, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS, Al Baqoroh : 154)

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Alloh itu mati; bahkan mereka  itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”
(QS, Ali Imron : 169)

Hadits-hadits Nabi yang menetapakan adanya kehidupan mayit di alam barzakh, diantaranya adalah :


1.     Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam memanggil orang-orang kafir yang telah meninggal :
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ يَوْمَ بَدْرٍ بِأَرْبَعَةٍ وَعِشْرِينَ رَجُلًا مِنْ صَنَادِيدِ قُرَيْشٍ فَقُذِفُوا فِي طَوِيٍّ مِنْ أَطْوَاءِ بَدْرٍ فَنَادَاهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ وَسَمَّاهُمْ ((يَا أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ يَا أُمَيَّةَ بْنَ خَلَفٍ يَا عُتْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ يَا شَيْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ يَا فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ! أَلَيْسَ قَدْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا فَإِنِّي قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقًّا)) .. فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللهِ مَا تُكَلِّمُ مِنْ أَجْسَادٍ لَا أَرْوَاحَ لَهَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ وَلَكِنَّهُمْ لاَ يُجِيْبُوْنَ))
Sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menyuruh mengubur 24 lelaki pembesar Qurays. Mereka dimasukkan ke dalam salah satu lembah yang terdapat di Badar. Lalu beliau -shollallohu ‘alaihi wasallam- memanggil nama-nama mereka. “Wahai Abu Jahl ibnu Hisyam !, wahai Umayyah ibnu Kholaf!, wahai ‘Utbah ibnu Robi’ah!, wahai Syaibah ibnu Robi’ah!, wahai fulan ibnu fulan!. Apakah kalian tidak mendapatkan janji Tuhan terhadap kalian itu benar? Karena aku sungguh telah mendapatkan janji Tuhanku terhadapku benar adanya.” ‘Umar ibnu Khotthob bertanya, “Wahai Rosululloh!, bukankah jasad-jasad tak bernyawa tidak bisa berbicara?” maka Rosululloh  shollallohu ‘alaihi wasallam menjawab : “Demi Dzat yang nyawaku berada di tangannya. Kalian tidak lebih mampu mendengar terhadap ucapanku dari pada mereka. Namun mereka tidak mampu menjawab,” (HR. Bukhori-Muslim)

Dalam konteks hadits di atas, Imam At Thobaroni meriwayatkan dari haditsnya Ibnu Mas’ud dengan isnad shohih dan dari haditsnya ‘Abdulloh ibnu Sidan  semisal haditsnya Ibnu ‘Umar yang di dalamnya terdapat redaksi sebagai berikut :
فَقَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَهَلْ يَسْمَعُوْنَ ؟ قَالَ : يَسْمَعُوْنَ كَمَا تَسْمَعُوْنَ وَلَكِنْ لَا يُجِيْبُوْنَ

Para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah mereka bisa mendengar?” “Mereka bisa mendengar sebagaimana kalian. Tetapi mereka tidak mampu menjawab” jawab Nabi.

2.     Mayit dapat mendengar suara terumpa para pengantarnya kekuburan
الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ

“Jika seorang hamba sudah diletakkan dalam kuburannya dan para sahabatnya telah meniggalkan kuburan hingga ia mendengar bunyi sandal mereka maka akan datang kepadanya dua malaikat lalu keduanya mendudukkannya dst…” (HR. Bukhori-Muslim)

3.     Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam Bertemu Para Nabi Yang Sudah Wafat
وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ

“Sungguh saya telah melihat diri saya dalam rombongan para nabi. Tiba-tiba bertemu Nabi Musa yang sedang berdiri mengerjakan sholat dan ternyata ia seorang lelaki berbadan kurus (dlorbun) dan berambut keriting seperti lelaki Arab. Tiba-tiba bertemu Nabi Isa yang sedang berdiri mengerjakan sholat. Orang yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah ibnu Mas’ud Al Tsaqofi. Dan tiba-tiba bertemu Nabi Ibrahim yang sedang berdiri mengerjakan sholat. Orang yang paling mirip dengannya adalah teman kalian – maksudnya beliau sendiri -. Saat waktu sholat tiba saya menjadi imam mereka. Ketika saya selesai sholat seseorang berkata kepadaku, “Wahai Muhammad!, ini adalah malaikat Malik penjaga nereka. Berilah salam kepadanya!. Saya pun menoleh kepadanya namun ia mendahului saya memberikan salam.” (HR. Muslim)

4.     Nabi Musa ‘alaihis salaam Sholat Dalam Kuburnya
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍأَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَيْتُ وَفِي رِوَايَةِ هَدَّابٍ مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

“Saya datang menemui Musa pada malam saat aku diisra’kan di dekat bukit pasir merah. Saat itu ia sedang berdiri melakukan sholat di dalam kuburnya.” (HR. Muslim)

5.     Utuhnya Jasad Para Nabi Dan Mereka Hidup Serta Dikaruniai Rizki
عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَيْمَن عَنْ عُبَادَةَ بْنِ نُسَيٍّ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنَّهُ مَشْهُودٌ تَشْهَدُهُ الْمَلَائِكَةُ وَإِنَّ أَحَدًا لَنْ يُصَلِّيَ عَلَيَّ إِلَّا عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلَاتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا قَالَ قُلْتُ وَبَعْدَ الْمَوْتِ قَالَ وَبَعْدَ الْمَوْتِ إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ فَنَبِيُّ اللهِ حَيٌّ يُرْزَقُ

Dari Abi Darda’, ia berkata; “Rosululloh  shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Perbanyaklah bersholawat kepadaku pada hari Jumu’at . karena hari Jumu’at adalah hari yang disaksikan para malaikat. Sesungguhnya tidak seorang pun yang menyampaikan sholawat kepadaku kecuali sholawat itu akan disampaikan kepadaku sampai ia selesai bersholawat.” Abu Darda’ berkata, “Saya bertanya, “Apakah itu terjadi setelah kematian?”. “Setelah kematian, “jawab beliau, “Sesungguhnya Alloh telah mengharam-kan bumi untuk menelan jasad para nabi. Maka Nabiyallah itu hidup dan diberi rizqi.” Lanjutnya. “ (HR. Ibnu Majah dalam As Sunan.)

6.     Membaca Al Qur’an Dalam Kubur
Hadits riwayat At Tirmidzi yang dinailainya hasan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:ضَرَبَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِبَاءَهُ عَلَى قَبْرٍ وَهُوَ لَا يَحْسِبُ أَنَّهُ قَبْرٌ فَإِذَا فِيهِ إِنْسَانٌ يَقْرَأُ سُورَةَ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ حَتَّى خَتَمَهَا ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فأخبره ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Dari Ibnu Abbas, ia berkata :“Sebagian sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam mendirikan kemah di atas kuburan. Ia tidak mengira bahwa lokasi itu adalah kuburan. Tiba-tiba ia mendengar dari dalam kuburan seseorang yang membaca surat Al Mulk sampai selesai. Lalu ia mendatangi Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam dan menceritakan pengalaman yang dialaminya. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menjawab : “Surat Al Mulk adalah penolak siksa kubur dan penyelamat yang menyelamatkan mayit dari adzab kubur.”
(HR. At Tirmidzi)

Hadits riwayat An Nasa’i dan Al Hakim dari ‘Aisyah, ia berkata;
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِمْتُ فَرَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ – ولفظ النسائي : دَخَلْتُ الْجَنَّة – فَسَمِعْتُ صَوْتَ قَارِئٍ يَقْرَأُ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوا هَذَا حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَاكَ الْبِرُّ كَذَاكَ الْبِرُّ كَذَاكَ الْبِرُّ وَكَانَ أَبَرَّ النَّاسِ بِأُمِّهِ

Dari ‘Aisyah, ia berkata :“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saya tidur lalu bermimpi berada di sorga.” Redaksi An Nasa’i berbunyi : – Saya masuk ke dalam sorga -. Lalu saya mendengar seseorang membaca Al Qur’an. “Siapakah orang yang membaca Al Qur’an ini? “tanyaku. Mereka menjawab, “Haritsah ibnu Nu’man.”kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berkata : “Demikianlah kebajikan, Demikianlah kebajikan, Demikianlah kebajikan, Haritsah ibnu Nu’man adalah orang yang paling berbakti pada ibunya.” (HR. Al Hakim-An Nasa’i) Al Hakim menilainya sebagai hadits sohih sesuai syarat Imam Bukhori – Imam Muslim.

7.     Setelah Wafat, Rosululloh Memintakan Ampunan Untuk Ummatnya

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَنُحَدِّثُ لَكُمْ ، وَوَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ فَإِنْ وَجَدْتُ خَيْراً حَمِدْتُ اللهَ ، وَإِنْ وَجَدْتُ شَرّاً اسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ.
Hidupku lebih baik untuk kalian. Kalian bisa berbicara dan mendengar pembicaraan. Dan kematianku lebih baik buat kalian. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan amal baik maka aku memuji Alloh dan bila menemukan amal buruk aku memohonkan ampunan kepada Alloh untuk kalian.(HR. Al Bazzar)

8.     Do’a Dari Para Penghuni Kubur Untuk Orang Yang Masih Hidup

إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ مِنْ الْأَمْوَاتِ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا
“Sesungguhnya amal perbuatan kalian diperlihatkan kepada kerabat-kerabat kalian yang mati. Jika amal itu baik maka mereka bergembira dan jika sebaliknya mereka berdoa, “Ya Alloh, jangan Engkau matikan mereka hingga Engkau memberi petunjuk kepada sebagaimana Engkau memberi petunjuk kepada kami.” (HR. Ahmad.)

9.      Sikap Sayyidah ‘Aisyah –rodhiyallohu ‘anha- Terhadap Pusara Nabi
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dengan sanad sampai kepada Sayyidah ‘Aisyah –rodhiyallohu ‘anha- ia berkata :

كُنْتُ أَدْخُلُ بَيْتِي الَّذِي دُفِنَ فِيهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي فَأَضَعُ ثَوْبِي فَأَقُولُ إِنَّمَا هُوَ زَوْجِي وَأَبِي فَلَمَّا دُفِنَ عُمَرُ مَعَهُمْ فَوَاللَّهِ مَا دَخَلْتُ إِلَّا وَأَنَا مَشْدُودَةٌ عَلَيَّ ثِيَابِي حَيَاءً مِنْ عُمَرَ.
“Saya masuk ke dalam rumahku di mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dan ayahku dikubur di dalamnya dan saya melepas baju saya. Saya berkata mereka berdua adalah suami dan ayahku. Ketika Umar dikubur bersama mereka,–Demi Alloh- saya tidak masuk ke rumah kecuali dengan busana tertutup rapat karena malu kepada ‘Umar.” (HR.  Ahmad, Al Hakim)

Imam Ahmad dan Al Hakim menilainya shohih sesuai syarat Bukhori-Muslim, sementara Adz Dzahabi tidak mengomentarinya.

10.    Setelah Wafat, Nabi Menjawab Salam Yang Dihaturkan Untuknya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ
Dari Abu Huroiroh, bahwasannya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Alloh akan mengembalikan nyawaku hingga aku menjawab salamnya.”
(HR. Abu Dawud)

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ قريبا سَمِعْتُهُ ، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ بعيدا بلغْتُهُ
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menyampaikan sholawat kepadaku dari dekat maka saya mendengarnya. Siapa yang menyampaikan sholawat kepadaku dari jarak jauh maka sholawat itu disampaikan kepadaku.” (HR. Ad Daruquthni.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar