Jumat, 02 Januari 2015

Dalil Maulid fatwa Ulam'

Al-Imam al-Hafizh Abu Syamah al- Maqdisi, guru al-Imam al- Nawawi, berkata dalam kitabnya al-‘Baits fi Inkar al- Bida’ wa al-Hawadits sebagai berikut:

 ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺫِﻛْﺮَﻯ ﻓِﻲْ ﺃَﻳَّﺎﻣِﻨَﺎ ﻫِﻲَ ﺫِﻛْﺮَﻯ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ ﺍﻟﻨَّﺒَﻮِﻱِّ. ﻓَﻔِﻲْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻳُﻜْﺜِﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺎﺕِ ﻭَﻳَﺰِﻳْﺪُﻭْﻥِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺍﺕِ ﻭَﻳُﺒْﺪُﻭْﻥَ ﻛَﺜِﻴْﺮﺍً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺤَﺒَّﺔِ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﻳَﺤْﻤَﺪُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟﻰَ ﻛَﺜِﻴْﺮﺍً ﺑِﺄَﻥْ ﺃَﺭْﺳَﻞَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻟِﻴَﺤْﻔَﻈَﻬُﻢْ ﻋَﻠﻰَ ﺳُﻨَّﺔِ ﻭَﺷَﺮِﻳْﻌَﺔِ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡِ .
“Peringatan paling utama pada masa sekarang adalah peringatan Maulid Nabi saw. Pada hari tersebut, manusia memperbanyak mengeluarkan sedekah, meningkatkan aktifitas ibadah, mengekspresikan kecintaan kepada Nabi saw secara maksimal, memuji Allah Subhanahu wata’ala dengan lebih meriah karena telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka untuk menjaga mereka di atas Sunnah dan Syariat Islam.” Demikian pernyataan Al- Imam Abu Syamah dalam kitabnya al-Ba’its fi Inkar al- Bida’ wa al-Hawadits. Kitab ini sangat dikagumi oleh kaum Salafi-Wahabi yang anti Maulid, karena pandangannya dalam persoalan bid’ah.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺪِﻡَ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﻓَﻮَﺟَﺪَ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﺻِﻴَﺎﻣًﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻬُﻢْ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ « ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡُ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺗَﺼُﻮﻣُﻮﻧَﻪُ .» ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻡٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ ﺃَﻧْﺠَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﻗَﻮْﻣَﻪُ ﻭَﻏَﺮَّﻕَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻗَﻮْﻣَﻪُ ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺷُﻜْﺮًﺍ ﻓَﻨَﺤْﻦُ ﻧَﺼُﻮﻣُﻪُ. ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ « ﻓَﻨَﺤْﻦُ ﺃَﺣَﻖُّ ﻭَﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﻤُﻮﺳَﻰ ﻣِﻨْﻜُﻢْ .» ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪِ. ﺭَﻭَﺍﻩُ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ .
Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, kaum Yahudi sedang berpuasa Asyura. Rasulullah saw bertanya: “Hari apa kalian berpuasa ini?” Mereka menjawab: “Ini hari agung, Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, lalu Musa berpuasa karena bersyukur kepada Allah, maka kami juga berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Kami lebih berhak mensyukuri Musa dari pada kalian.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa dan memerintahkan umatnya berpuasa.” (HR. Muslim). Dalam hadits shahih di atas, selamatnya Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Raja Fir’aun, serta tenggalamnya Fir’aun dan kaumnya, telah dijadikan momentum oleh Nabi Musa ‘alaihissalam dan kaumnya untuk dirayakan setiap tahun dengan cara berpuasa. Lalu Nabi saw membenarkan puasa tersebut, dan bahkan beliau melakukan dan memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada hari Asyura setiap tahun. Sudah barang tentu, lahirnya Nabi saw lebih utama untuk dijadikan momentum sebagai hari raya, dalam setiap tahun, karena derajat beliau yang lebih mulia dan lebih utama dari pada nabi- nabi yang lain termasuk Nabi Musa ‘alaihissalam.

Dalam hal ini, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata :

 ﻓَﻴُﺴْﺘَﻔَﺎﺩُ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻌْﻞُ ﺍﻟﺸُّﻜْﺮِ ﻟﻠﻪِ ﻋَﻠﻰَ ﻣَﺎ ﻣَﻦَّ ﺑِﻪِ ﻓِﻲْ ﻳَﻮْﻡٍ ﻣُﻌَﻴَّﻦٍ ﻣِﻦْ ﺇِﺳْﺪَﺍﺀِ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ، ﺃَﻭْ ﺩَﻓْﻊِ ﻧِﻘْﻤَﺔٍ، ﻭَﻳُﻌَﺎﺩُ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲْ ﻧَﻈِﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻣِﻦْ ﻛُﻞَّ ﺳَﻨَﺔٍ، ﻭَﺍﻟﺸُّﻜْﺮُ ﻳَﺤْﺼُﻞُ ﺑِﺄَﻧْﻮَﺍﻉِ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ … ﻭَﺃَﻱُّ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﺃَﻋْﻈَﻢُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔِ ﺑِﺒُﺮُﻭْﺯِ ﻫَﺬﺍَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻧَﺒِﻲِّ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﺻَﻠﻰَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺁَﻟِﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
“Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan tentang perbuatan bersyukur kepada Allah karena karunianya pada hari tertentu berupa datangnya kenikmatan atau tertolaknya malapetaka, dan perbuatan syukur tersebut diulangi pada hari yang sama dalam setiap tahunnya.
Bersyukur dapat terlaksana dengan beragam ibadah… Kenikmatan apa yang kiranya lebih agung dari pada kenikmatan dengan lahirnya Nabi pembawa rahmat shallallahu ‘alaihi wasallam.

” Pemahaman kontekstual semacam ini, dalam ilmu ushul fiqih, disebut dengan Qiyas Aula, dimana hukum yang dianalogikan lebih kuat dari pada hukum asal yang menjadi patokan analogi. Syaikh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa-nya (jua 21 hal. 207), menganggap bahwa hukum yang disimpulkan dari pemahaman kontekstual (mafhum) melalui Qiyas Aula, lebih kuat dari pada hukum yang diambil pemahaman tekstualnya (manthuq).
Menurutnya, penolakan terhadap hukum yang dihasilkan melalui Qiyas Aula, termasuk bid’ah kaum literalis (zhahiriyah) yang tercela.

Baca baik2 yaa yg tdk suka maulidi nabi saw apa lgi mmbencinya...
MENGAPA IBLIS BENCI BANGET PD MAULID NABI saw...?


حكى السهيلي عن تفسير بقي بن مخلد الحافظ أن ابليس رن أربع رنات: حين لعن
وحين أهبط، وحين ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم، وحين أنزلت الفاتحة
 
.Imam Suhaili menjelaskan bahwa Iblis menangis keras 4 ..x :
1. Ketika Allah SWT menyatakan dia sebagai makhluq yg terkutuk
2. Ketika ia diusir (dari surga)
3. Ketika Nabi Shollallaahu 'Alaihi wa Sallam LAHIR,dan
4. ketika surah AL FATIHAH turun.
[Ibnu Katsir di Al Bidayah wan-Nihayah, juz : 2-166]
 

Imam Baqi ibn Makhlad rh dlm tafsirnya:
 
أن إبليس رن أربع رنات: رنة حين لعن، ورنة حين أهبط الى الأرض، ورنة حين ولد
رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورنة حين أنزلت فاتحة الكتاب
Sesungguhnya Iblis berteriak sambil menangis pada empat kejadian :
Pertama ketika ia dilaknat oleh Allah swt.
Kedua ketika ia diusir ke bumi.
Ketiga ketika Rosulullah Shollallaahu 'Alaihi wa Sallam dilahirkan.
Ke empat ketika surat al-Fatehah diturunkan
 

WTS (Wahabi Tanduk Syaithan) Neo Khawarij babu-babu nya Yahudi juga
menangis (dlm hati) waktu kaum Muslimin merayakan KELAHIRAN (maulid) Rasulullah saw & membaca FATIHAH dlm berbagai acara. mirip 1/2 tangisan iblis laknatullah..


KEUTAMAAN ORANG YANG MENYEDIAKAN MAKANAN UNTUK MAULID NABI

Imam Ma'ruf al-Karkhi berkata:
ﻣﻦ ﻫﻴﺄ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻷﺟﻞ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭ ﺟﻤﻊ ﺍﺧﻮﺍﻧﺎ ﻭ ﺃﻭﻗﺪ ﺳﺮﺍﺟﺎ ﻭ ﻟﺒﺲ ﺟﺪﻳﺪﺍ ﻭ ﺗﺒﺨﺮ ﻭ ﺗﻌﻄﺮ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺣﺸﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺒﻴﻴﻦ ﻭ ﻛﺎﻥ ﻓﻰ ﺃﻋﻠﻰ ﻋﻠﻴﻴﻦ
Artrinya:
“Barangsiapa menyediakan makanan untuk peringatan pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara- saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi- wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin) .” (I'anatuth Tholibin)
[Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al Habsyi]
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar