Sabtu, 04 Oktober 2014
Wasiat Rasulullah saw di Haji Wada 3
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ حَجَّةِ اْلوَدَاعِ: لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw didengarkan oleh para jamaah haji : “Jangan kalian berbalik setelah aku wafat kepada kekufuran dengan saling membunuh” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الطَّيِّبَةِ الطَّاهِرَةِ…
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menguasai kerajaan langit dan bumi, dan Maha Tunggal mengaturnya, memberikan kekuatan kepada hamba-Nya dengan kadar kehendak-Nya. Allah subhanahu wata’ala menguasai kekuatan dan tidak memberi kekuatan kepada hamba-hamba-Nya yang lain melebihi kekuatan yang diberikan kepada manusia. Para khalifah yang menjadi penguasa di muka bumi, menguasai segala sesuatu yang ada di bumi untuk tunduk kepadanya, sebagaimana firman-Nya:
أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
(الأنبياء: 105 )
” Bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh” ( QS. Al Anbiyaa: 105 )
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Merekalah yang menjadi rahasia penguasa yang hakiki di muka bumi, walaupun mereka tidak terlihat, namun Allah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada mereka, tentunya bukan dengan kekuatan lain selain dengan doa, kekuatan dzikir, kekuatan takwa, kekuatan munajat untuk membentengi musibah, bukan hanya membentengi musibah, bahkan menyingkirkan dan menundukkan musibah langit, lautan, gunung, sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala, dan tanpa mereka berdoa pun Allah telah mengamankan bumi dengan keberadaan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَاْلأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوِ التَّمْرِ لاَ يُبَالِيهِمُ اللَّهُ بَالَةً
(صحيح البخاري)
“Orang-orang shalih telah pergi (wafat), satu per satu, sampai tidak tersisa seorangpun kecuali manusia-manusia yang buruk, ibarat sampah gandum atau ampas kurma yang Allah tidak lagi mempedulikan mereka sedikitpun.” ( HR. Bukhari )
Para shalihin satu persatu wafat, sehingga di lingkungan suatu masyarakat tidak tersisa lagi orang shalih kecuali sampah-sampah yang tidak berarti di mata Allah sehingga Allah tidak peduli atas apa yang akan menimpa mereka setelah kewafatan para shalihin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita bahwa dengan keberadaan para shalihin itu maka Allah peduli dengan keadaan penduduk bumi, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ
( الأنفال : 33 )
” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu(Muhammad) berada di antara mereka” (QS. An Anfal:33)
Tiada akan datang siksa kepada mereka (yang jahat) selama Engkau (nabi Muhammad) berada diantara mereka. Tetangga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang jahat telah aman dari siksa Allah karena masih ada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
(الأنفال : 33 )
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” ( QS. Anfal: 33)
Allah tidak akan menurunkan siksa kepada hamba-Nya selama mereka memohon pengampunan. Istighfar memohon pengampunan itu jangan dianggap remeh karena hal itu menampik musibah, dan sebaliknya perbuatan dosa itu seakan menciptakan musibah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
(الشورى : 30 )
” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu” (QS. As Syuura: 30 )
Semua musibah yang menimpa kalian itu adalah sebab dari perbuatan kalian sendiri, namun dibalik itu Allah telah lebih banyak memaafkan daripada menimpakan musibah atas balasan dari perbuatan jahat mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang diberi musibah di dunia dan dibebaskan musibahnya di akhirah dan merugilah orang yang tidak diberi musibah di dunia namun ditimpa musibah di akhirah, dan sangat beruntung orang yang diselamatkan dari musibah di dunia dan diselamatkan pula dari musibah di akhirah, siapakah mereka?, mereka adalah yang mengikuti tuntunan rahmatan lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Untuk itulah Muhammad Rasulullah diturunkan ke muka bumi kepadaku dan kalian, agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus ke muka bumi adalah untuk membawa rahmat agar kita aman di dunia, segala seuatu apapun sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar segala musibah bisa terjauhkan dari kita. Diriwayatkan dalam sebuah riwayat selain Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah bersabda : “barangsiapa yang membaca (berdoa)”:
بِسمِ اللهِ الَّذِي لا يَضُرُّ مَعَ اسمِهِ شَيءٌ في الأرْضِ وَلا في السّماءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Siapa yang membaca doa itu 3 kali di pagi hari dan sore hari maka ia tidak akan ditimpa musibah di hari itu. Dan dalam riwayat Al Imam Ibn Daud disebutkan bahwa orang yang membaca doa itu tidak akan ditimpa musibah yang datang secara tiba-tiba di hari itu. Kok gampang banget bib?, ucapannya sangat mudah namun makna kalimatnya sangat agung yang harus difahami : “Dengan nama Allah, tidak akan membawa mudharat jika bersama nama-Nya apapun yang ada di langit dan di bumi dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”, sirnalah segala bahaya di langit dan bumi terhalangi dan terbentengi dengan nama Allah subhanahu wata’ala. Siapa yang menciptakan musibah?, Allah lah yang menciptakan musibah, dan kenikmatan siapa yang menciptakan? Allah juga yang menciptakan, cuma bedanya bahwa musibah di muka bumi ini adalah penghapusan dosa bagi ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. ( Jadi kalau saya sudah baca doa tadi Bib tetapi masih mendapat musibah, berarti nabi bohong dong?!), tidak demikian, akan tetapi mungkin saja ada seribu musibah yang ada dihadapanmu telah Allah singkirkan dan hanya satu yang menimpamu. Kita tidak mengetahui misalnya tiba-tiba besok kita terkena stroke hingga wafat, puluhan tahun terbaring tidak bisa bergerak, namun Allah gantikan hanya dengan terkena flu misalnya. Tetapi semakin kuat kita menghadirkan makna dari ucapan (doa) itu, maka semakin banyak musibah yang tersingkirkan. Dan para shalihin dan para ‘arif billah tidak membaca dzikir itu hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk seluruh ummat. Mereka niatkan dzikir itu untuk gunung-gunung berapi, gempa bumi dan lainnya. Mereka dekatkan dekatkan ke dalam hatinya agar diturunkan cahaya Allah di barat dan timur untuk menenangkan semua musibah itu, maka jutaan musibah yang akan reda disebabkan niat para shalihin, jadi semakin para para shalihin maka akan semakin aman, sebaliknya semakin tidak ada para shalihin maka akan semakin banyak musibah, wal’iyadzubillah. Dan semakin banyak yang mengamalkan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan semakin aman, paling tidak untuk dirinya sendiri. Namun doa para shalihin bukan lagi untuk diri mereka sendiri tetapi doa mereka untuk ummat. Hujjatul Islam wabarakatul anam Qutbulanfas Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas Shahib Ar Ratib, beliau adalah seorang hujjatul islam, apakah hujjatul islam itu? Yaitu yang hafal lebih dari 30000 hadits beserta sanad dan matannya, dan derajat keshalihan dan kemakrifatannya pun memuncak di masanya, beliau adalah guru dari hujjatul islam Al Imam Abdullah bin Alwy Al Haddad, dimana beliau juga mempunyai murid seorang hujjatul islam juga yaitu Al Imam Ahmad bin Zein Al Habsyi, demikian mereka para ulama lautan-lautan ilmu dan lautan makrifah, Diriwayatkan bahwa Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas ini di saat shalat tahajjud beliau selalu mengulang-ulang doa :
اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ
” Wahai Allah berilah kami (orang-orang muslim) hidayah, seperti orang yang telah Engkau beri hidayah “
Hingga adzan subuh, beliau terus mendoakan seluruh penduduk bumi agar mendapatkan hidayah, yang muslim agar Allah tambah hidayahnya dan yang non muslim agar diberi hidayah, hanya itu doanya sepanjang malam, maka pahala semua orang yang mendapat hidayah maka Al Imam Abdurrahman Al Atthas mendapatkan bagian dari itu, kenapa? karena Rasulullah telah bersabada dalam riwayat Shahih Muslim: “Ketika seseorang yang mendoakan saudara muslim lainnya maka berkatalah malaikat: amin walaka mitsluh (bagimu seperti doamu)”, jika mendoakan untuk seluruh muslimin, Maka hidayah sampai kepada mereka atau tidak namun malaikat berkata : “amin, semoga engkau mendapat hidayah sebanyak jumlah muslimin”, dan hal itu tidaklah sulit bagi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
( إبراهيم:20 / فاطر:17 )
” Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah” (QS.Ibrahim:20/ QS. Fathir:17 )
Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
( الملك:15 )
” Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15 )
Renungilah ayat ini, Allah telah menjadikan bumi ini dzaluul yang artinya tunduk atau patuh, seperti keledai atau hewan lainnya yang ketika ditunggangi dia hanya diam saja. Dan Allah telah menundukkan bumi untuk kita sehingga kita bisa berjalan diatasnya, jika Allah tidak tundukkan bumi ini untuk kita maka bumi ini akan gempa atau goyang dan lain sebagainya. Dan juga kita memakan rezeki yang ada di bumi ini kemudian kepada Allah kita akan kembali. Akhir dari ayat ini menjadi penentu perbuatan bumi terhadap kita, bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, jika kita telah lupa bahwa kita akan kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, maka berubahlah sifat gunung dan bumi, dia tidak lagi tunduk kepada kita, bahkan kita yang akan diinjak-injak oleh bumi, disiksa oleh gunung, debu, banjir dan bencana alam yang lainnya, kenapa ? karena kita tidak merenungkan kalimat terakhir dalam ayat ini : وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ ( Dan hanya kepada-Nya lah kalian kembali). Saya perjelas, namun jangan tersinggung dulu karena majelis ini disiarkan di streaming seluruh dunia, namun jamaah yang disini insyaallah tidak akan tersinggung, cuma yang menyaksikan di luar saya mohon jangan tersinggung dulu. Bahwa dari 21 gunung yang telah dikabarkan aktif itu hampir berada di wilayah-wilayah yang penduduknya bukan orang shalih (maaf) bahkan kebanyakan dari mereka menyembah selain Allah seperti ratu Kidul dan yang lainnya, dan bukanlah termasuk ummat nabi Muhammad yang baik (maaf), maka hal ini merupakan salah satu teguran, tapi (jangan marah dulu) hal ini juga kesalahan para da’i dan ulama’ juga, para dai tidak sampai kesana, namun jangan saling menyalahkan diantara para da’i atau menyalahkan para da’i yang di Jakarta. Sebaiknya kita berdoa saja semoga Allah memperbanyak para shalihin , amin. Jadi gunung-gunung berapi itu sebenarnya berdakwah mengambil posisi para da’i karena para da’i yang disana tidak mau bergerak, maka gunung-gunung itu berkhidmah kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika gunung-gunung berbuat demikian maka Masjid dan mushalla menjadi ramai, banyak yang berdoa kepada Allah, banyak yang menangis dan bermunajat memanggil nama Allah, banyak yang mengucapkan kalimah Allahu Akbar, Laailaaha illallah yang sebelumnya tidak mereka perbuat. Hal ini menunjukkan seakan-akan gunung-gunung itu berbicara kepada kita : ” Mampukah kalian datang kepada kami untuk berdakwah, jika kalian tidak mampu maka jangan salahkan kami jika kami ingin membantu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Dan walaupun kita mampu mencapai kesana, cuma kita agak sedikit tersinggung, kenapa? gunung merapinya disana mengapa debunya dikirim kesini, bisa-bisa batuk tersebar di Jakarta dalam 2 tau 3 hari ini terkena debu gunung semeru, jika engkau mengirim debu maka kami akan mengirim cahaya Allah dalam doa dan dzikir kesana, kita yang disini mengirim cahaya doa kepada Allah kesana, mungkin ada yang merasa aneh dengan ucapan saya, tetapi ingat firman Allah subhanahu wata’ala:
فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا
( الأعراف: 143 )
” Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh” (QS. Al A’raf: 143 )
Ketika Allah menampakkan cahaya kewibawaan-Nya maka membuat gunung hancur lebur. Kita brdzikir dengan nama Allah itu mneyingkap rahasia cahaya kewibawaan Allah, semoga di saat kita berdzikir Allah tunjukkan cahaya kewibawaan-Nya kepada semua gunung yang aktif agar mereda laharnya dengan cahaya kesejukan Allah. Lalu bagaimana dengan mereka yang belum beriman?, semoga Allah jadikan bagi mereka ledakan hidayah bukan ledakan gunung-gunung merapi, ledakan orang-orang yang taat dan banyak bersujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin. Kita sedikit merasa risau juga jika dengan keadaan yang seperti ini nanti justru akan semakin banyak non muslim yang berdakwah kesana, dan semakin banyak pula orang-orang yang meninggalkan ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya punya rencana untuk berangkat kesana bersama Habib Hud dan para da’i yang lainnya untuk mendatangi gunung-gunung, namun bagaimana dengan Jakarta yang merupakan ibukota negara muslimin terbesar dan paling banyak maksiat di tempat ini, jika Jakarta ditinggal maka khawatir Jakarta yang akan terkena musibah seperti banjir dan lain sebagainya. Jakarta juga perlu majelis dzikir, majelis ta’lim dan lainnya, ya sudah kita doakan saja mereka yang disana, dan jika ada diantara saudara-saudara kita yang peduli ingin berangkat kesana silahkan, Namun kita harus membina wilayah kita dahulu sebelum wilayah yang lainnya. Wilayah kita ini insyaallah akan kedatangan tamu agung Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan akan dilaksanakan acara besar pada malam Selasa tanggal 27 Desember 2010 di Monas, doa dan dzikir yang insyaallah akan mengamankan Jakarta dan seluruh bangsa kita, kita berharap yang hadir lebih dari 5 juta muslimin muslimat, acara selanjutnya pada tanggal 31 Desember 2010 insyaallah di Gelora Bung Karno, mudah-mudahan acara ini sukses. Seperti yang kita ketahui di malam tahun baru penuh dengan maksiat namun kita penuhi malam tahun baru dengan doa dan munajat, semoga Jakarta ini Allah percepat untuk menjadi Kota pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang kemudian berlanjut ke wilayah-wilayah lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita mengingat hari ini adalah tanggal 1 Dzulhijjah, tanggal 1 Dzulhijjah ini mengingatkan kita kepada firman Allah subhanahu wata’ala tentang 10 malam luhur mulai tanggal 1 hingga tanggal 10 Dzulhijjah :
وَالْفَجْرِ ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ ، وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ، وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
(الفجر: 1-4 )
” Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu” (QS. Al Fajr: 1-4 )
Sebagian ulama’ menjelaskan bahwa waktu Fajar adalah fajar di hari idul adha, dan 10 malam itu adalah malam 1 Dzulhijjah sampai malam 10 Dzulhijjah. Dan sebagian mengatakan 10 malam terakhir bulan Ramadhan, namun pendapat yang lebih kuat adalah 10 malam Dzulhijjah karena di dalam ayat itu disebutkan “Demi yang genap dan yang ganjil”, namun di sepuluh malam terakhir ramadhan adalah malam-malam yang ganjil. Disunnahkan di hari-hari ini berpuasa, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak menunaikan ibadah haji atau umrah. Yang paling utama adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafah. Dan juga disunnnahkan untuk berkurban, dan sebelum kita berkurban Rasulullah telah lebih dahulu berkurban untuk kita, hal ini menjadi dalil dibolehkannya mengirimkan amal karena Rasulullah telah mengirimkan amal untuk semua ummatnya sebelum ummatnya lahir. Sebagaimana riwayat Shahih Muslim, saat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih kurban beliau berdoa:
اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
” Ya Allah terimalah (qurban) ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari ummat Muhammad”
Maka seluruh ummat nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam telah mendapatkan bagian dari pahala kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Al Imam Abu Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafi, salah seorang murid Al Imam Bukhari yang menyimpan lebih dari 5000 fatwa dari anad Imam Malik, bahwa ia berkurban sebanyak 12 ribu ekor kambing dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adakah diantara kita yang bisa membeli 12000 ekor kambing?!, lalu dia menghatamkan 12000 kali khatam Al qur’an dan pahalanya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kurban itu hukumnya sunnah muakkadah bukan wajib, demikian pula aqiqah hukumnya sunnah muakkadah, namun ada yang hukumnya fardhu (wajib) yaitu membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kalian faham makna ucapan saya mengarah kemana. Membantu dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib) bagi setiap ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka yang tidak peduli dengan dakwah dan perjuangan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dikhawatirkan akan wafat dalam keadaan su’ul khatimah.
Karena jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada di saat ini, maka beliau akan berjuang untuk memperluas dakwah beliau. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, maka cita-citanya terwariskan kepada ummat beliau, aku dan kalian. Mereka yang menerima cita-cita itulah yang benar-benar berbakti kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(التوبة: 100)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)
Semoga Allah jadikan kita diantara para pengikut muhajirin dan anshar, apa yang mereka dapatkan?, hal yang paling berharga dari segala anugerah Allah yaitu Allah ridha kepada mereka dan mereka pun juga ridha kepada Allah. Tidak ada anugerah yang lebih berharga dari hal ini karena terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahwa ketika manusia masuk kedalam surga kemudian Allah memanggil mereka dan berkata: “maukah kalian Aku beri anugerah yang lebih dari semua ini?”, maka mereka berkata: “wahai Allah, anugerah apa lagi yang lebih dari semua ini?”, nikmat apa lagi, surga telah Allah berikan kepada kita meskipun kita telah banyak berbuat dosa namun Allah ampuni, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab:
أُحِلَّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِيْ، فَلاَ أَسْخُطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبدًا
“Kuhalalkan ridha-Ku untuk kalian, dan Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”
Maka jelaslah bahwa keridhaan Allah merupakan anugerah yang terbesar, yang ditawarkan kepada kita jika kita mau membantu perjuangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana jika kita ingin bersama muhajirin dan anshar. Saudara saudariku, ibukota negara muslimin terbesar di dunia ini saat ini sedang mulai merangkak untuk bangkit, maka bantu dan dukunglah perjuangan dakwah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di pusat kekuatan basis Islam terbesar di dunia yaitu Indonesia ini. Jika di wilayah Indonesia ini bangkit, maka Allah akan percepat kebangkitan di tempat-tempat yang lain, maka kita akan terlibat dalam kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kita ketahui belum pernah ada maulid di seluruh dunia yang di hadiri oleh jutaan orang, namun hal itu kita temukan di Jakarta, Alhamdulillah. Acara-acara dzikir akbar doa yang begitu dahsyatnya, seperti acara Nisfu Sya’ban, Isra’ Mi’raj, haul ahlu Badr dan lainnya yang dihadiri oleh jutaan kaum muslimin muslimat, sampai tidak ada tempat yang mencukupi kecuali Monas, dan nanti akan diusahakan di gelora Bung Karno karena acara bertepatan dengan malam tahun baru. Dan berhati-hatilah dengan jangan sampai meniup terompet di malam tahun baru, terompet itu mainan dan boleh anak-anak kita memainkannya, namun jangan di malam tahun baru, karena meniup terompet di malam tahun baru itu seakan-akan menampakkan kemenangan dakwah non muslim di bibir kita atau di bibir anak-anak kita, mereka menang dan kita kalah. Terompet itu adalah terompet kemenangan mereka, namun kalau ditiup selain malam tahun baru itu lain lagi, itu dianggap mainan anak-anak. Maka yang mempunyai niat utuk jual terompet di malam tahun baru gagalkan niatnya, lebih baik niat jual siomay saja di acara malam tahun baru. Terus orang yang jual terompet bib gimana hukumnya?, jangan kita ganggu kasihan, kalau kita mau jika ada orang yang jual terompet maka kita borong semuanya kita bayar kemudian kita bakar, daripada dibeli orang lain dan di malam tahun baru akan ramai dengan bunyi terompet yang mengumandangkan kemenangan non muslim, maka lebih baik kita borong kemudian kita bakar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Haji Wada’ yang terjadi pada tahun ke 10 H, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun ke 6 H, seperti yang dijelaskan malam selasa lalu, bahwa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam keluar menuju Makkah untuk melakukan Ihram namun dihalangi oleh kuffar quraiys. Dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah melakukan umrah sebanyak 3 kali, dan yang ketiga adalah di saat haji wada’, inilah haji dan umrah nabi yang terakhir sehingga disebut hajjatul wada’. Al wada’ artinya perpisahan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ke 10 H keluar bersama kaum muslimin untuk melakukan hajjatul wada’, di saat itu datang sayyidina Ali bin Abi Thalib kw dan sayyidina Khalid bin Walid RA dari Yaman yang ketika itu mereka diperintahkan untuk berdakwah disana oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sepulangnya mereka langsung menyusul ke Makkah Al Mukarramah dan bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah. Di dalam salah satu khutbah beliau adalah hadits yang kita baca tadi , kaum muslimin mendengarkan khutbah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam salah satu riwayat dihadiri oleh 60 ribu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dalam riwayat lainnya kurang dari jumlah itu, tapi yang mengatakan jumlah sahabat nabi yang hadir di khutbah itu maksimal 60 ribu itu adalah menukil dari kejadian haji wada’. Dan ketika itu mukjizat nabi terlihat, dimana nabi berbicara di atas ontanya, dan suara beliau terdengar sama antara orang yang terdepan dan yang paling belakang, padahal di saat itu tidak ada microphone dan yang hadir 60 ribu, majelis malam ini yang hadir sekitar 50 ribu maka lebih banyak dari jumlah malam hari ini. Diantara khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa khutbah beliau di Mina, dan dalam riwayat lain di Arafah. Khutbah beliau panjang dan diantaranya adalah :
لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
” Janganlah kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, dengan saling membunuh satu sama lain “
Ada beberapa penafsiran tentang hadits ini, diantaranya ada pendapat yang mengatakan bahwa orang yang saling membunuh hukumnya kufur dengan dalil hadits tadi. Namun pendapat yang lebih kuat bahwa membunuh tidak sampai kepada kekufuran akan tetapi termasuk dosa yang sangat besar. Namun makna yang jelas tentang hadits ini adalah bahwa Rasulullah memberikan wasiat kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah, berbeda pendapat diperbolehkan namun jangan sampai saling membunuh atau memerangi satu sama lain, itulah yang dimaksud dalam khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalam salah satu khutbah beliau yang membuat jerit tangis para sahabat adalah :
لَعَلِّي لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا وَمِنْ مَقَامِيْ هَذَا
“Sepertinya aku tidak bertemu kalian lagi setelah tahun ini dan di tempat ini”
Salah satu khutbah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam di saat haji wada’, diriwayatkan dalam salah satu sunan imam Tirmidzi, dan Sunan Baihaqi Al Kubraa, dan dalam Tarikh Ibn Katsir, beliau berkata di hadapan para sahabat : “wahai para sahabatku, tampaknya aku tidak akan berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, maksudnya tidak akan ada lagi ibadah haji beliau setelah hari itu. Maka sepulang dari haji wada’, kondisi Rasulullah mulai drop, hal itu terjadi di tahun 10 H, lalu di bulan Rabi’ul Awal wafatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, 3 bulan setelah khutbah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam membangkitkan semangat muslimin di barat dan timur untuk meneruskan cita-citanya, Allah subahanahu wata’ala melihat jiwa hamba-hamba-Nya yang mau meneruskan cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga aku dan kalian termasuk penerus cita-cita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat khutbah beliau di Arafah atau di Mina, ketika beliau mengucapkan: “Sepertinya aku tidak akan lagi berjumpa dengan kalian setelah tahun ini dan di tempat ini”, dimana hal itu terjadi pada 14 abad yang silam, betapa gembiranya hati sayydina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah 14 abad beliau wafat, ada ummatnya yang berkumpul dan berdzikir, membaca shalawat, dan meneruskan dakwah beliau. Para kaum Anshar rela mengorbankan nyawanya untuk menggembirakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Sirah ibn Hisyam bahwa kaumu Anshar kemanpun Rasulullah pergi mereka selalu ikut, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla naik ke atas gunung maka mereka ikut, beliau masuk ke dasar lautan maka mereka pun akan ikut, dan tidak satupun dari mereka (Anshar) yang akan tersisa, barangkali dengan hal itu mereka bisa membuat gembira Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, itulah kaum Anshar. Bagaimana balasan Nabi Muhammad terhadap kaum Anshar?, di saat Fath Makkah maka nabi pulang ke Makkah, dan kaum Anshar bersedih karena menganggap nabi telah pulang ke kampung halamannya, dan mereka (kaum Anshar) pulang ke Madinah, mereka merasa kehilangan nabi Muhammad yang telah 10 tahun hidup bersama mereka, maka rasulullah bersabda :
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “
Rasulullah berkata, jika kaum Anshar naik ke suatu bukit maka Rasulullah akan bersama mereka, dan jika bukan karena ada takdir hijrah kata rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sungguh aku adalah termasuk dalam kelompok Anshar, kenapa? karena Rasulullah tidak mau berpisah dengan orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Kaum Anshar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hidup bersama mereka hingga wafat bersama mereka dan dimakamkan di Madinah Al Munawwarah. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang yang banyak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga wilayah-wilayah yang lainnya, amin allahumma amin. Diriwayatkan disaat qurban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membawa 100 ekor onta, 63 ekor disembelih oleh Rasulullah dan sisanya diserahkan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk beliau melanjutkan penyembelihannya. 63 ekor yang disembelih oleh Rasulullah, hal itu menandakan usia beliau 63 tahun. Hanya saja ada satu hal yang aneh, sebagaimana onta dan hewan sembelihan yang lainnya tidak boleh melihat darah, oleh karena itu ketika penyembelihan pasti ditutupi, karena jika melihat darah maka hewan itu akan mengamuk, namun ketika Rasulullah memberi minum onta-onta itu kemudian mengumpulkannya untuk disembelih, maka sahabat berkata : “wahai Rasulullah, kita tutupi menggunakan tabir supaya darah tidak terlihat oleh onta yang lain”, maka Rasulullah berkata: “jangan ditutupi biarkan onta yang lain melihatnya”, sahabat berkata : “wahai Rasulullah mereka akan mengamuk jika melihat darah”, namun rasulullah kemudian memegang pedang kecilnya untuk menyembelih, maka onta-onta itupun berdesakan untuk disembelih oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak mengamuk dan lari bahkan mereka berdesakan menjulurkan lehernya untuk lebih dahulu disembelih oleh tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika onta saja seperti itu, jangan mau kalah sama onta maka bangkitlah untuk membantu dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita berdzikir bersama, dan mengirimkan keagungan rahasia dzikir khususnya di pulau Jawa dan seluruh wilayah di Indonesia, untuk gunung-gunung yang sedang aktif agar ditenangkan oleh Allah dengan keagungan dzikir. Wahai Allah, mereka penuh dosa namun mereka adalah hamba-hamba-Mu yang tidak mengetahui, dan kami ingat doa nabi kami :
اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Wahai Allah jika mereka tau keagungan-Mu maka mereka tidak akan menyembah selain-Mu, doa ini dipakai sebagai benteng untuk mendoakan keselamatan mereka, Ketika perang Rasulullah terkena panah baja di tulang rahangnya sehingga mengalirlah darah dari rahang beliau, Rasulullah menutupi darah yang keluar dengan rida’nya agar tidak jatuh ke tanah, maka para sahabat berkata: “wahai Rasulullah biarkan darahnya mengalir, dan kami akan mencabut panah itu dari rahangmu”, Rasulullah tidak mempedulikan sakit dan pedihnya panah yang menembus tulang rahang beliau , beliau menutupi darah dengan surbannya agar tidak jatuh ke tanah dan berkata : “aku tidak ingin jika ada darahku jatuh ke tanah, karena jika ada setetes saja darahku yang terjatuh ke tanah, maka Allah akan turunkan bala’ untuk orang yang memerangiku”, inilah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah dalil kita untuk mendoakan mereka, yang walaupun barangkali mereka telah banyak berbuat dosa, wahai Rabbi…kami hanya memanut sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita bermunajat untuk bumi Jakarta dan sekitarnya, Bogor, Tangerang, Bekasi dan wilayah-wilayah lainnya. Ya Allah, tenangkan gunung-gunung berapi yang kesemuanya takut dengan kewibawaan nama-Mu, kami kirimkan kepada mereka rasahia keluhuran kewibawaan nama-Mu yang jauh lebih berwibawa daripada alam semesta beserta seisinya, dan kami berdoa semoga Engkau ampuni dosa-dosa kami, sebesar apapun dosa-dosa kami, sungguh bagaikan debu dibanding dengan rahasia samudera pengampunan-Mu, dan sebesar apapun hajat kami tidalah berarti dibanding dengan samudera kedermawanan-Mu, Ya Rabbi…hajat-hajat kami yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, hajat kami di saat ini dan di waktu yang akan datang, berilah lebih dari yang kami minta, tambahkan anugerah yang besar kepada kami zhair dan bathin, kuatkan iman kami untuk selalu mampu taat kepada-Mu, sungguh kami sangat lemah dalam menjalankan perintah-Mu dan kami pun lemah dalam menjauhi larangan-Mu, maka berilah kami kekuatan. Kepada siapa kami memohon jika bukan kepada-Mu wahai Yang Maha mendengar dan Maha melihat, Allah Maha melihat semua yang hadir di tempat ini, yang menyaksikan acara ini di streaming website Majelis Rasulullah di seluruh penjuru dunia. Rabbi, Engkau melihat wajah-wajah kami dan perasaan kami semua, pastikan kami wafat dalam husnul khatimah, pastikan kami Engkau limpahi rahmat-Mu di dunia dan akhirah, pastikan kami Engkau anugerahi mahabbah-Mu. Dan semoga diantara kami yang terjebak hutang, atau dalam kesedihan, segera selesaikan dan gantikan dengan ketenangan dan kebahagiaan, tunjukkan rahasia kewibawaan nama-Mu wahai Rabbi, ya rahman ya rahim ya dzal jalali wal ikram…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Hadirin hadirat, kita teruskan dengan pembacaan qasidah Ya Arhamarraahimiin oleh Al Habib Ibrahim Aidid, kemudian doa penutup dan kalimah talqin oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Bagir Al Atthas, yatafaddhal masykura..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar